Selasa, 03 Februari 2009

Respo Ortu Terhadap BBL

Respon Orang Tua Terhadap BBL
By. Sri Sugiarti, Amd.Keb



Banyak orangtua baru yang belum berpengalaman merasa bingung dan sulit ketika menghadapi bayi pertamanya. Mereka terkadang tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi bayinya yang sedang menangis, berceloteh, atau bergerak-gerak.
Sebab, bisa jadi bayi menangis bukan karena lapar ingin minum susu atau minta makan. Tetapi, boleh jadi ia menangis karena sesuatu telah membuat dirinya sakit atau tidak nyaman. Selain itu, ada juga bayi yang bergerak-gerak tetapi bukan karena ia ingin di gendong melainkan ia ingin diajak bermain dan berbicara.
Memahami bahasa tubuh bayi memang tidak mudah. Perlu pendekatan yang baik dari orangtua terhadap diri sang bayi. Biasanya, orangtua yang merawat dan mengasuh bayinya dengan ’tangan sendiri’ akan lebih mudah memahami bahasa tubuh bayi. Mereka dengan mudah dapat menerjemahkan apa yang dibutuhkan bayi melalui suara, gerakan, dan kerutan dahinya.
Ada beberapa hal yang dapat memudahkan orangtua melakukan pendekatan kepada anak. Yaitu melalui pandangan, pendengaran, sentuhan dan ciuman kepada bayi (Shelly Herold, MS, Ed, 2006).Pandanglah setiap anggota tubuh bayi (mata, hidung, bibir) dan perhatikanlah ekspresi wajah dan gerak tubuhnya yang menawan. Tersenyumlah kepadanya dan berbahagialahatas kehadirannya. Sebab ia adalah harapan dan masa depan kita sebagai orangtuanya.Dengarkanlah setiap keunikan suaranya. Ketika bayi sedang berceloteh maka cobalah untuk membalas celotehannya tersebut. Berikanlah respon yang penuh dengan empati dan kasih sayang ketika bayi menangis.Sentuhlah bayi dengan kelembutan. Peluklah dan belailah ia dengan cinta dan kasih sayang. Dengan demikian maka sebagai orangtua akan merasakan suasana kehangatan yang penuh dengan cinta.Berikanlah ciuman kepada anak dengan penuh kasih sayang. Tunjukkanlah kepadanya bahwa orangtua sangat mencintainya. Dengan cara seperti itu maka di antara orangtua dan anak akan terjalin suatu ikatan bathin yang erat. Mereka akan saling 'menyatu', tercipta suatu kedekatan dan sikap saling memahami yang penuh dengan cinta





























BOUNDING ATTACHMENT



Bounding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak
antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bounding merupakan suatu ketertarikan
mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak,
saat pertama kali mereka bertemu.
Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang
mengikat individu dengan individu lain.
Sedangkan menurut Nelson & May (1996), attachment
merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian
serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kenell (1992), bounding attachment bersifat unik,
spesifik dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa
ikatan orangtua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan
selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda
keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Menurut Saxton dan Pelikan, 1996
o Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan
afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah
lahir
o Attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu
Maternal Neonatal Health :
o Bounding attachment adalah kontak dini secara
langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai
pada kala III sampai dengan post partum
o Prakondisi yang mempengaruhi ikatan (Mercer, 1996), yaitu :
1. Kesehatan emosional orang tua
2. Sistem dukungan social yang meliputi pasangan hidup, teman
dan keluarga
3. Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam
memberi asuhan yang kompeten
4. Kedekatan orang tua dengan bayi
5. Kecocokan orang tua – bayi (termasuk keadaan, temperamen
dan jenis kelamin)
Tahap-Tahap Bonding Attachment
a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara dan mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya.
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan
individu lain
Menururt Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah
perkenalan.
Elemen-Elemen Bounding Attachment
_ Sentuhan
Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh
orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh
bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu
pola sentuhan yang hampir sama yakni pengasuh memulai
eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak
lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk
mengelus badan bayi & akhirnya memeluk dengan tangannya
(Rubin, 1963; Klaus, Kennell, 1982, Tulman, 1985). Gerakan
ini dipakai untuk menenangkan bayi.
_ Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan
menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.
Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata
mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell,
1982).
_ Suara
Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan
bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama
bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenang
dan berpaling ke arah orang tua mereka saat orang tua mereka
berbicara dengan suara bernada tinggi.
_ Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah
respons terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui
bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch,
Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya (stainto, 1985).
_ Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti
sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan
menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
_ Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada
dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi
baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme).Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang
yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsive.Hal ini dapat
meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk
belajar.
_ Kontak dini
Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan
bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting
untuk hubungan orang tua – anak. Namun menurut Klaus,
Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini :
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
2. Reflek menghisap dilakukan dini
3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua & anak
_ Body warmth (kehangatan tubuh)
_ Waktu pemberian kasih sayang
_ Stimulasi hormonal
Prinsip-Prinsip & Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
a. Menit pertama jam pertama
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik & sistematis
d. Terlibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam
memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu,
serta memberi rasa nyaman.
h. Fasilitas untuk kontak lebih lama
i. Penekanan pada hal-hal positif
j. Perawat maternitas khusus (bidan)
k. Libatkan anggota keluarga lainnya
l. Informasi bertahap mengenai bounding attachment
Dampak positif yang dapat diperoleh dari bounding attachment :
- Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan
sikap social
- Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
Hambatan Bonding Atatchment :
- Kurangnya support system
- Ibu dengan resiko
- Bayi dengan resiko
- Kehadiran bayi yang tidak diinginkan
Perkembangan tingkah laku anak yang terhambat
- Tingkah laku stereotipe
- Sosial abnormal
- Kemunduran motorik, kognitif, verbal
- Bersikap apatis



Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas


Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.
* Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
* Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
* Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu.
* Harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan. Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :
1. Taking In period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat. Dalam memenuhi kebutuhan sangat tergantung pada orang lain, sulit mengambil keputusan.
2. Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. Sikap aktif dan positif serta lebih mandiri namun masih memerlukan bantuan orang lain. Masih ada kurang percaya diri tetapi fokus perhatian mulai meluas. Tenaga ibu mulai sehat dan meningkat serta merasa lebih nyaman.
3. Letting Go Period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu. Mulai menjalankan peranannya dan sudah punya konsep. Mampu merawat bayinya, dirinya sendiri dan mulai sibuk dengan tanggung jawab sebagai ibu.

































Sibling Rivalry


Sibling Rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang menimbulkan ketegangan di antara mereka. Hal ini tak dapat disangkal bahwa perselisihan antar mereka akan selalu ada. Biasanya ini terjadi apabila masing-masing pihak berusaha untuk lebih unggul dari yang lain. Kemungkinan sibling rivalry akan semakin besar apabila mereka berjenis kelamin sama dan jarak usia keduanya cukup dekat.
Sibling rivalry merupakan persaingan antarsaudara kandung dalam memperebutkan kasih sayang dan perhatian orangtua yang telah dirasakan saat anak berusia tiga tahun. Berebut mainan, berebut tempat untuk bisa lebih dekat dengan ayah atau ibu, berebut kue, berebut kesempatan memainkan sesuatu dan sebagainya.
Saat melerai perkelahian anak dalam ajang perebutan ini orangtua akan tanpa sadar menempatkan salah satu anak sebagai yang dikalahkan atau yang dimenangkan. Namun, saat penanganan kasus sibling rivalry, bila ditanya orangtua akan menjawab, ”Mana ada sih orangtua yang membenci dan membedakan anak yang keluar dari rahim yang sama?”
Dalam memberi perhatian kepada anak sebenarnya ada dua hal yang terlibat, yaitu dedikasi material dan dedikasi emosional.
Orangtua akan mengatakan, setiap membeli mainan, pakaian, peralatan sekolah, akan dibeli dua buah yang sama (dedikasi material). Hanya cara memberikan benda tersebut, kesempatan memilih duluan atau tanggapan orangtua terhadap reaksi emosi anak saat menerima pemberian, akan berbeda dari satu anak ke anak yang lain (dedikasi emosional).
Perbedaan itu sangat dipengaruhi oleh karakter mental spesifik anak, seperti apakah anak tertutup atau ceria, karakteristik fisik (lebih cantik dengan rambut bergelombang, lurus, kulit yang kelam, kulit kuning langsat dan seterusnya). Apalagi dalam kasus tertentu, sang adik lebih cerdas dibandingkan dengan kakaknya.
Atau ungkapan, ”Kamu kakak, harus mengalah kepada adik.” Jarang sekali terungkap dari mulut orangtua, ”Kamu adik, hormati dong kakakmu.”
Perbedaan perlakuan yang terkait dengan dedikasi emosional inilah yang sering dirasakan anak yang merasa selalu dikalahkan. Rasa cemburu, benci dan jengkel berlanjut akan terpendam. Perasaan negatif ini ternyata dibawa hingga masa dewasa kelak.
Rasa benci dalam dimensi sadar biasanya mendapat dukungan dari dorongan agresi yang memang merupakan dorongan dasar setiap manusia, yang seyogianya mampu dikendalikan dan dikelola dengan baik. Perilaku merusak buku adik diam-diam oleh kakak adalah manifestasi perilaku destruktif yang dilandasi agresivitas tertutup dan kecemburuan amat sangat.
Perlu disimak bahwa kebencian dan kecemburuan yang hingga dewasa tidak teratasi dan bercokol dalam hati sanubari seseorang menjadi bibit ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi munculnya iri hati beserta eksesnya secara berlanjut terhadap teman, rekan kerja, yang berkembang menjadi persaingan tidak sehat saat mereka masuk dalam lingkup kerja dan pergaulan sosial lebih besar kelak.
Mereka tidak mampu menerima kekurangan diri dan tidak mampu beradaptasi sosial dengan baik. Keberhasilan orang lain akan selalu menjadi ancaman bagi diri yang membuka peluang berkembangnya perilaku destruktif sosial.
Kondisi psikologis tidak terkelolanya ekses sibling rivalry dapat menghambat peraihan sukses karier karena ia akan menutup mata pada keberhasilan rekan kerja yang sebenarnya dapat digunakan sebagai motivator peningkatan kualitas kerja. Apalagi bila kariernya ditentukan oleh keberhasilan bekerja dalam satu tim.
Apa penyebab terjadinya Sibling rivalry ? 1. Anak-anak sangat bergantung akan cinta dan kasih sayang orang tuanya. Mereka merasa terancam apabila orang tua membaginya kepada orang lain. Hal ini sering terlihat saat ibu hamil, anak mulai menunjukan protesnya melalui perilaku yang 'sulit'. 2. Kecenderungan terhadap satu anak. Hal ini dapat menimbulkan perasaan kesal dan cemburu bagi anak yang lain dan anak yang lain akan merasa tersisihkan. 3. Bila seorang anak menyadari kekurangannya dari saudaranya yang lain. Terlebih apabila si anak berjenis kelamin sama dan jarak usia yang berdekatan, maka diam-diam anak akan mengembangkan rasa benci terhadap saudaranya tersebut. Biasanya ketika orang tua sering memuji kemampuan anak yang lain dihadapan anak yang memiliki kekurangan, tentu saja akan membuat anak yang ‘kekurangan’ menjadi minder dan merasa kurang diterima ditengah-tengah keluarga. Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya sibling rivalry? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi maupun intensitasnya. 1. Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adik. Pada saat hamil, libatkan anak untuk mempersiapkan kelahiran seperti ajak anak memilih pakaian ataupun perlengkapan bayi lainnya dan juga beritahukan bahwa adik barunya tidak akan merebut perhatian ibunya. 2. Beri setiap anak perhatian dan cinta yang khusus dan istimewa. Berikanlah perhatian yang khusus pada setiap anak, terutama bila anak tidak sepandai atau semenarik saudaranya, sehingga ia juga merasa dirinya istimewa. 3. Jangan membanding-bandingkan anak. Hindarkan perkataan ''kamu kok bandel banget, lihat adikmu, sudah pintar, penurut lagi, tidak seperti kamu.. mama kehabisan akal menghadapi kamu..!'' Ucapan ini tidak akan memotivasi anak namun justru perlahan-lahan menumbuhkan rasa cemburu dan kebencian terhadap saudaranya tersebut. 4. Jangan menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya. Jangan paksa anak yang lebih tua sebagai pengasuh adiknya. Karena anak akan merasa terbebani dan mempengaruhi anak menjadi lebih dewasa dari waktunya. 5. Buatlah pembagian tugas rumah masing-masing anak. 6. Kembangkan dan ajarkan anak bersikap empati dan memperhatikan saudaranya yang lain. Bagaimanapun juga, persaingan antar saudara kandung (sibling rivalry) dalam keluarga tidak dapat dihindari. Namun, naluri keibuan, kasih sayang dan kepekaan sebagai orang tua akan sangat membantu meminimalkan perasaan cemburu dan permusuhan di antara mereka, sehingga akan timbul perasaan empati dan kesediaan sikap untuk berbagi dengan saudaranya yang lain.

Tidak ada komentar: