Kistadenoma ovarii musinosum merupakan salah satu klasifikasi tumor ovarii neoplastik jinak jenis tumor kistik. Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, id mungkin berasal dari ceratoma dimana dalam pertumbuhannya suatu elemen mengalahkan elemen - elemen lain. Jenis ini dapat mencapai ukuran besar. Ukuran yang terbesar yang pernah dilaporkan adalah 328 pound.
Angka Kejadian
Di Indonesia, Hartadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan (1977) 29,9%; Sapardan (1970) 37,2% dan Djaswadi 15,1%. Tumor ini paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 - 50 th, dan jarang sekali pada masa pubertas.
a. Makroskopis
Tumor ini mempunyai bentuk bulat, avoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata dan berwarna putih atau putih kebiru - biruan. Di beberapa tempat dindingnya sangat tipis sehingga transparan. Umunya tidak mengadakan perlekatan dengan sekitarnya. Bila ada perlekatan maka ini disebabkan oleh peradangan dan bukan oleh keganasan. Isi kista umumnya cairan yang jernih, kadang - kadang sangat kental berisi mucus. Kista ini biasanya bersifat multilceluler.
Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonci. Akibatnya timbul penyakit menahun dengan musim terus bertambah dan menyebabkan perlekatan. Akhirnya penderita meninggal karena ileus.
b. Mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel dengan inti pada dasar sel warnanya pucat, dan letaknya di antara sel-sel yang memudar karena terisi lendir.
Pada kista-kista yang besar, sel-sel epitel tampak lebih rata (pendek). Kadang-kadang tampak gambaran papillomateur, tapi jarang seperti pada cyctadenoma serosum. Lapisan epitel ini bersifat adenomateus, menyebabkan invaginasi sehingga timbul kista baru, anak kista.
Histogenesis
1. Kista ini sebagian besar dianggap berasal dari teratoma dengan sifat-sifat endodemik, yang menonjol.
2. Ada pula yang menyatakan berasal dari tumor brenner
3. Metaplasia dari epitel geminal
Gejala-gejala
§ Teraba bagian pada perut bagian bawah yang padat kenyal
§ Gangguan siklus menstruasi
§ Sesak nafas akibat:
o Dorongan tumor
o Hidrotoraks atau asites
§ Perasaan berat di perut bagian bawah
Pada pemeriksaan:
§ Teraba tumor: kistosa, padat atau padat kenyal
§ Tanda-tanda cairan bebas-asites
§ Pemeriksaan bimanual teraba tumor bebas dari uterus
§ Alat diagnosis pembantu dengan
a. Laparaskopi
b. Ultrasonografi
c. Foto rontgen
d. Fungsi cairan asites untuk patologi klinik dan patologi anatomi
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa oavarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (Salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista, diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan fungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma paeritonei karena tercecernya isi kista.
Pencegahan
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi:
1. Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah.
3. Pemeriksaan petanda tumor (tumor marker)
4. Pemeriksaan CT-Scan/MRI bila dianggap perlu
Pemeriksaan tersebut di atas sangat dianjurkan terutama wanita yang mempunyai resiko akan terjadi kanker ovarium, yaitu :
1. Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopouse lebih lambat
2. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
3. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
4. Wanita Penderita kanker payudara dan kolon
Rabu, 08 April 2009
Condiloma Akuminata
Ø Pengertian
Candiloma Akuminata terjadi sebagai lesipapi tomatosa pada vulva dan dapat melibatkan vagina atau serviks.
Kondiloma akuminata merupakan pertumbuhan pada kulit dan selaput lendir yang menyerupai jengger ayam jago.
Kandiloma akuminata merupakan sejenis penyakit kelamin yang boleh merebak melalui hubungan seksual.
Condiloma akuminata merupakan kutil-kutil yang runcing dan biasanya tumbuh sebagai akibat flour albus yang banyak.
Ø Etiologi
Etiologi Condiloma akiminata belum jelas. Beberapa sarjana menyatakan pertumbuhan itu disebabkan oleh virus HPV, akan tetapi ada pula yang berpendapat bahwa epidermis terangsang getah vagina, sehingga terjadi pertumbuhan-pertumbuhan kapiler. Memang pada Condiloma akuminata sering pula dijumpai flour albus akibat peradangan oleh trichomonas vaginalis, Candida albicans atau gonokokkus. Karena itu 3 jenis infeksi ini selalu harus diperiksa dan diobati lebih dahulu sebelum terapi ditujukan kepala kondilomanya.
Condiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts, genital warts/venereal wart, condiloma akuminata merupakan penyakit menular seksual, ditemukan pada laki-laki ataupun perempuan disebabkan infeksi virus human papiloma (HPV) tipe 6 dan 11.
Adapun tempat virus masuk melalui penis, vagina, anus dimana melalui sentuhan langsung dari kulit ke kulit ketika melakukan hubungan seksual melalui vagina, dubur atau secara oral dengan seorang yang telah mengidap penyakit ini. Untuk masa inkubasinya 2-3 bulan.
Ø Gejala
Kondiloma akuminata paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab, lipatan. Pada laki-laki area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan di bawah kulit depannya (Jika tidak disunat). Sedangkan pada di area vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina.
Penyakit ini juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada laki-laki homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur. Dimana kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagian pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Bisa tumbuh dengan cepat dan memiliki tangkai. Seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaan yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol. Pada wanita hamil pada gangguan sistem kekebalan dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.
Ø Cara Pemberantasan
A. Upaya Pencegahan
Hindari kontak dengan sesi dari orang lain. Penelitian yang dilakukan belakangan ini menunjukkan bahwa pemakaian kondom pada pria ternyata tidak mencegah terjadinya infeksi.
B. Pengawasan Penderita, kontak, dan lingkungan sekitar
· Laporan kepada institusi kesehatan setempat
· Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi terhadap mereka yang kontak dan melakukan hubungan seks dengan penderita cukup pada kulit kelamin, harus dilakukan pemeriksaan dan bila perlu diberikan pengobatan.
Ø Pengobatan
Adapun tujuan utama pengobatan adalah menghilangkan gejala klinik yang tampak atau warts banyak pilihan pengobatan dapat diberikan secara topikal, bedah dan sistemik, keputusan pemilihan pengobatan tergantung kondisi penderita, ukuran jenis, lokasi lesi, gambaran morfologi, ketrampilan dokter dan biaya. Untuk wanita hamil dilakukan pengobatan sebelum bersalin, yakni dengan eksisi dengan elektrokauter apabila kondilomanya kecil-kecil atau hanya beberapa tetapi besar-besar, awal hubungan dengan dasarnya tidak terlampau lebar.
Namun ada juga dokter-dokter yang lebih suka mengobati kondiloma akuminata dengan ting ture podofilin yang setiap kali dioleskan pada pertumbuhan-pertumbuhan, walaupun lama tapi hasilnya cukup memuaskan, tetapi kalau papilomatosis yang cukup luas maka dilakukan operasi caesar untuk melahirkan bayinya.
Bersihkan/irigasi lokasi lesi dengan larutan antisepik abrasi dengan kauter elektrik pada semua lesi yang ditemukan.
Pilihan terapi lokal lainnya :
· Asam triklord asetat 40-50%
· Asam salisilat 20-40% (Hndungi bagian sekitar lesi dengan vaselih agar tidak membakar mukosa yang sehat).
· Berikan pula asikklovin 200 mg setiap 4 jam
· Beri antibiotika profilaksis pasca ablasi (amplisilin + sulbaktam 2,25 gram/oral dosis tunggal)
· Bila timbul lesi yang sangat ekstensif (pasca pengobatan) pertimbangkan kemungkinan adanya HIV.
· Obati pula pasangannya dengan terapi yang sama, gunakan metode banier (kondom) apabila melakukan hubungan seks.
Candiloma Akuminata terjadi sebagai lesipapi tomatosa pada vulva dan dapat melibatkan vagina atau serviks.
Kondiloma akuminata merupakan pertumbuhan pada kulit dan selaput lendir yang menyerupai jengger ayam jago.
Kandiloma akuminata merupakan sejenis penyakit kelamin yang boleh merebak melalui hubungan seksual.
Condiloma akuminata merupakan kutil-kutil yang runcing dan biasanya tumbuh sebagai akibat flour albus yang banyak.
Ø Etiologi
Etiologi Condiloma akiminata belum jelas. Beberapa sarjana menyatakan pertumbuhan itu disebabkan oleh virus HPV, akan tetapi ada pula yang berpendapat bahwa epidermis terangsang getah vagina, sehingga terjadi pertumbuhan-pertumbuhan kapiler. Memang pada Condiloma akuminata sering pula dijumpai flour albus akibat peradangan oleh trichomonas vaginalis, Candida albicans atau gonokokkus. Karena itu 3 jenis infeksi ini selalu harus diperiksa dan diobati lebih dahulu sebelum terapi ditujukan kepala kondilomanya.
Condiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts, genital warts/venereal wart, condiloma akuminata merupakan penyakit menular seksual, ditemukan pada laki-laki ataupun perempuan disebabkan infeksi virus human papiloma (HPV) tipe 6 dan 11.
Adapun tempat virus masuk melalui penis, vagina, anus dimana melalui sentuhan langsung dari kulit ke kulit ketika melakukan hubungan seksual melalui vagina, dubur atau secara oral dengan seorang yang telah mengidap penyakit ini. Untuk masa inkubasinya 2-3 bulan.
Ø Gejala
Kondiloma akuminata paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab, lipatan. Pada laki-laki area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan di bawah kulit depannya (Jika tidak disunat). Sedangkan pada di area vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina.
Penyakit ini juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada laki-laki homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur. Dimana kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagian pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Bisa tumbuh dengan cepat dan memiliki tangkai. Seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaan yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol. Pada wanita hamil pada gangguan sistem kekebalan dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.
Ø Cara Pemberantasan
A. Upaya Pencegahan
Hindari kontak dengan sesi dari orang lain. Penelitian yang dilakukan belakangan ini menunjukkan bahwa pemakaian kondom pada pria ternyata tidak mencegah terjadinya infeksi.
B. Pengawasan Penderita, kontak, dan lingkungan sekitar
· Laporan kepada institusi kesehatan setempat
· Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi terhadap mereka yang kontak dan melakukan hubungan seks dengan penderita cukup pada kulit kelamin, harus dilakukan pemeriksaan dan bila perlu diberikan pengobatan.
Ø Pengobatan
Adapun tujuan utama pengobatan adalah menghilangkan gejala klinik yang tampak atau warts banyak pilihan pengobatan dapat diberikan secara topikal, bedah dan sistemik, keputusan pemilihan pengobatan tergantung kondisi penderita, ukuran jenis, lokasi lesi, gambaran morfologi, ketrampilan dokter dan biaya. Untuk wanita hamil dilakukan pengobatan sebelum bersalin, yakni dengan eksisi dengan elektrokauter apabila kondilomanya kecil-kecil atau hanya beberapa tetapi besar-besar, awal hubungan dengan dasarnya tidak terlampau lebar.
Namun ada juga dokter-dokter yang lebih suka mengobati kondiloma akuminata dengan ting ture podofilin yang setiap kali dioleskan pada pertumbuhan-pertumbuhan, walaupun lama tapi hasilnya cukup memuaskan, tetapi kalau papilomatosis yang cukup luas maka dilakukan operasi caesar untuk melahirkan bayinya.
Bersihkan/irigasi lokasi lesi dengan larutan antisepik abrasi dengan kauter elektrik pada semua lesi yang ditemukan.
Pilihan terapi lokal lainnya :
· Asam triklord asetat 40-50%
· Asam salisilat 20-40% (Hndungi bagian sekitar lesi dengan vaselih agar tidak membakar mukosa yang sehat).
· Berikan pula asikklovin 200 mg setiap 4 jam
· Beri antibiotika profilaksis pasca ablasi (amplisilin + sulbaktam 2,25 gram/oral dosis tunggal)
· Bila timbul lesi yang sangat ekstensif (pasca pengobatan) pertimbangkan kemungkinan adanya HIV.
· Obati pula pasangannya dengan terapi yang sama, gunakan metode banier (kondom) apabila melakukan hubungan seks.
Kista Korpus Luteum
Setelah ovulasi, korpus luteum timbul dari transformasi sel-sel granulosa yang tinggal menjadi sel-sel lutein polihedral besar yang mensekresi estrogen dan progesteron, siklus hidup korpus luteum dapat dibagi menjadi empat stadium : proliferasi, vaskularisasi, maturitasi dan regrasi.
Pada mulanya kongesti kapiler dan perdarahan kedalam lapisan sel-sel granulosa diikuti oleh invasi kapiler dari sel-sel teka dan sel-sel granulosa yang mengalami luteinasi, walaupun perdarahan yang terjadi di dalam lumen biasanya tipe zonal. Perdarahan yang lebih ekstensif dapat meregang seluruh lumen dengan darah membentuk suatu hematoma korpus luteum. Folikel yang baru ruptur yang terisi materi kongulasi kemerahan disebut juga korpus hemarrhagicum. Kadang-kadang terjadi perdarahan intra peritoneal.
Stadium maturasi dimulai sekitar hari keempat setelah ovulasi korpus luteum mencapai puncak. Aktifitas fungsional sekitar hari kedelapan setelah ovulasi.
Apabila terjadi kehamilan perkembangan korpus luteum berlanjut di bawah pengaruh chorionic gonadotropin. Apabila konsepsi tidak terjadi korpus luteum mulai mengalami regresi sekitar hari kesembilan setelah ovulasi. Penurunan produksi estrogen dan progesteron menimbulkan perubahan-perubahan endometrium sehingga menyebabkan menstruasi.
Normalnya, interval dari ovulasi sampai mesntruasi cenderung stabil 14 hari variabilitas panjang siklus biasanya disebabkan oleh variasi dalam jumlah hari yang dibutuhkan untuk perubahan folikel dan pematangan sewaktu fase menjelang ovulasi. Namun kadang-kadang korpus luteum dapat menetap walaupun korpus tidak terjadi karena produksi estrogen dan progesteron berlarut, menstruasi tidak berhasil muncul pada waktu yang diharapkan, sindrom korpus luteum, persisten ini dapat dikacaukan dengan kehamilan muda.
Kista Korpus Luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebakan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul dan perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
Ada beberapa gejala kista korpus luteum
Seperti nyeri sewaktu haid, nyeri perut bagian bawah, sering merasa ingin buang air besar atau kecil, dan pada keadaan yang sudah berlanjut dapat teraba benjolan pada daerah perut. Jika menekan saluran kemih, usus, saraf atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, tumor akan menimbulkan keluhan susah kencing, gangguan pencernaan, seperti tidak bisa buang air besar, kesemutan atau kaki sering bengkak. Sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana terjadinya kista. Biasanya tumbuh sangat pelan dan sering terjadi keganasan pada umur lebih dari 45 tahun. Dari keempat kista ini paling banyak dan justru sering mengecil sendiri seiring dengan membaiknya keseimbangan hormonal adalah kista fungsional. Kewaspadaan terhadap kista yang bersifat ganas dilakukan bila :
1. Kista cepat membesar
2. Kista pada usia remaja atau pasca menopouse
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4. Kista dengan bagian padat
5. Tumor pada ovarium
Faktor yang menyebabkan kista
Faktor genetik juga berpengaruh. Ada sebagian orang yang secara genetik lebih besar kecenderungannya untuk menderita kanker, adapula orang yang secara genetik lebih kecil kemungkinannya. Sebab itu, jika dalam riwayat kesehatan keluarga kita ada beberapa orang yang diketahui menderita kanker, misalnya ayah, ibu, kakak, paman bibi, kakek, nenek dan lain-lain, maka kita harus lebih waspada menghindari faktor-faktor lain yang dapat memicu kanker. Harus lebih selektif memilih makanan yang sehat, lebih teratur berolahraga, jangan merokok, dan hindari hidup diantara para perokok.
Dengan laporoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan kista atau mengambil bahan percontohan untuk biopsi.
Terapi yang diberikan yaitu :
1. Pendekatan acoewait and seea
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovuasi teratur, tanpa gejala dan hasil USG menunjuan kista berisi cairan, dokter tidak mmberikan pengobatan apapun dan menyarankan intuk pemeriksaan USG ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pasca menopouse jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
2. Pil Kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 sikluas haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan kanker, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kista tersebut merupakan kanker, dokter akan menyarankan tindakan histeroktomi ovarium.
Pada mulanya kongesti kapiler dan perdarahan kedalam lapisan sel-sel granulosa diikuti oleh invasi kapiler dari sel-sel teka dan sel-sel granulosa yang mengalami luteinasi, walaupun perdarahan yang terjadi di dalam lumen biasanya tipe zonal. Perdarahan yang lebih ekstensif dapat meregang seluruh lumen dengan darah membentuk suatu hematoma korpus luteum. Folikel yang baru ruptur yang terisi materi kongulasi kemerahan disebut juga korpus hemarrhagicum. Kadang-kadang terjadi perdarahan intra peritoneal.
Stadium maturasi dimulai sekitar hari keempat setelah ovulasi korpus luteum mencapai puncak. Aktifitas fungsional sekitar hari kedelapan setelah ovulasi.
Apabila terjadi kehamilan perkembangan korpus luteum berlanjut di bawah pengaruh chorionic gonadotropin. Apabila konsepsi tidak terjadi korpus luteum mulai mengalami regresi sekitar hari kesembilan setelah ovulasi. Penurunan produksi estrogen dan progesteron menimbulkan perubahan-perubahan endometrium sehingga menyebabkan menstruasi.
Normalnya, interval dari ovulasi sampai mesntruasi cenderung stabil 14 hari variabilitas panjang siklus biasanya disebabkan oleh variasi dalam jumlah hari yang dibutuhkan untuk perubahan folikel dan pematangan sewaktu fase menjelang ovulasi. Namun kadang-kadang korpus luteum dapat menetap walaupun korpus tidak terjadi karena produksi estrogen dan progesteron berlarut, menstruasi tidak berhasil muncul pada waktu yang diharapkan, sindrom korpus luteum, persisten ini dapat dikacaukan dengan kehamilan muda.
Kista Korpus Luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebakan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul dan perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
Ada beberapa gejala kista korpus luteum
Seperti nyeri sewaktu haid, nyeri perut bagian bawah, sering merasa ingin buang air besar atau kecil, dan pada keadaan yang sudah berlanjut dapat teraba benjolan pada daerah perut. Jika menekan saluran kemih, usus, saraf atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, tumor akan menimbulkan keluhan susah kencing, gangguan pencernaan, seperti tidak bisa buang air besar, kesemutan atau kaki sering bengkak. Sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana terjadinya kista. Biasanya tumbuh sangat pelan dan sering terjadi keganasan pada umur lebih dari 45 tahun. Dari keempat kista ini paling banyak dan justru sering mengecil sendiri seiring dengan membaiknya keseimbangan hormonal adalah kista fungsional. Kewaspadaan terhadap kista yang bersifat ganas dilakukan bila :
1. Kista cepat membesar
2. Kista pada usia remaja atau pasca menopouse
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4. Kista dengan bagian padat
5. Tumor pada ovarium
Faktor yang menyebabkan kista
Faktor genetik juga berpengaruh. Ada sebagian orang yang secara genetik lebih besar kecenderungannya untuk menderita kanker, adapula orang yang secara genetik lebih kecil kemungkinannya. Sebab itu, jika dalam riwayat kesehatan keluarga kita ada beberapa orang yang diketahui menderita kanker, misalnya ayah, ibu, kakak, paman bibi, kakek, nenek dan lain-lain, maka kita harus lebih waspada menghindari faktor-faktor lain yang dapat memicu kanker. Harus lebih selektif memilih makanan yang sehat, lebih teratur berolahraga, jangan merokok, dan hindari hidup diantara para perokok.
Dengan laporoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan kista atau mengambil bahan percontohan untuk biopsi.
Terapi yang diberikan yaitu :
1. Pendekatan acoewait and seea
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovuasi teratur, tanpa gejala dan hasil USG menunjuan kista berisi cairan, dokter tidak mmberikan pengobatan apapun dan menyarankan intuk pemeriksaan USG ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pasca menopouse jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
2. Pil Kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 sikluas haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan kanker, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kista tersebut merupakan kanker, dokter akan menyarankan tindakan histeroktomi ovarium.
Langganan:
Postingan (Atom)