Sabtu, 14 Februari 2009

Persalinan

Definisi
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2002:100).
b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo,1997:3).
c. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002:100).
d. Persalinan normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Prawirohardjo, 1997: 4)
e. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang, atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diamater kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri. (Manuaba,1998 :157).
Etiologi
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim. Pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi :
a) Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
b) Teori plasenta menjadi tua : akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c) Teori distensi rahim : Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero-plasenter.
d) Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikate (fleksus Frankerhouser) bila ganglion ini digeser dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus. (Mochtar, 1998 : 158).
Tanda-tanda Inpartu
1. Rasa sakit yang datangnya lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir campur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Seperti telah dikemukakan terdahulu. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
1. Kekuatan mendorong janin keluar (power)
- His (kontraksi uterus)
- Kontraksi otot-otot dinding perut
- Kontraksi diafragma
- Ligmentous action terutama ligamentum rotundum
2. Faktor janin
3. Faktor jalan lahir
Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
1. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
- Periode akselarasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 2 cm.
- Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
- Periode deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Kala I pada primi berlangsung 13-14 jam pada multi berlangsung 6-7 jam.
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin, kala II pada primi berlangsung 1 ½ - 2 jam pada multi berlangsung ½ - 1 jam.
c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Dalam waktu 1-5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atu dengan sedikit dorongan dari atas symfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama pada bahaya perdarahan post partum. (Mochtar, 1998 : 94-97).
Pada saat tanda persalinan terjadi lightening menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan kontraksi braxton hiks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah. Gambaran lightening pada primigravida menunjukan hubungan normal antara 3P yaitu power (kekuatan his), pessage (jalan lahir normal), dan pasanger (janinnya dan plasenta). Pada multipara gambarannya tidak jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
- Terjadinya his permulaan pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua kehamilan pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi lebih sering.
Sifat his palsu
· Rasa nyeri ringan di bagian bawah
· Datangnya tidak teratur
· Tidak ada perubahan pada serviks
· Durasinya pendek
- Pada tanda persalinan terjadi his persalinan yang mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, durasi makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap serviks, makin beraktivitas kekuatan makin bertambah. Serta terjadi pengeluaran darah dan lendir. Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi juga perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. Dalam tanda persalinan ditandai juga dengan adanya pengeluaran cairan biasa terjadi karena ketuban pecah biasanya ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
- Dalam pembagian tahap persalinan pada kala I pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai lengkap, lamanya kala I untuk primi berlangsung 12 jam sedangkan multi gravida sekitar 8 jam. Pada kala II gejalanya his semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah ditandai pengeluaran cairan dan diikuti keinginan mengejan kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu dan sub occiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi hidung dan muka dan kepala seluruhnya yang diikuti putar paksi luar untuk menyesuaikan kepala pada punggung setelah putar paksi luar berlangsung persalinan bayi ditolong dengan cara kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan curam keatas untuk melahirkan sisa badan bayi. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban. Lamanya Kala II untuk primi 50 menit untuk multi 30 menit.(Manuaba, 1998:165)
- Dalam kala III lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uetrus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas plasenta di leps segmen bawah rahim tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.(Manuaba, 1998:166)
- Kemudian pada Kala IV dilakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (Manuaba, 1998:166)
Observasi yang dilakukan :
- Tingkat kesadaran penderita
- Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan
- Kontraksi uterus
- Terjadinya perdarahan (Manuaba, 1998 : 163-166)

BBL Normal

Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
- Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin dan sesuai kehamilanya 37 – 42 minggu dengan berta lahir 2500 – 4000 gram dan panjang badan 48 – 52 cm. (Ilyas, Jumiarni, 1994 : 44).
- Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan usia 37 – 42 minggu dan berat badan lahir 2500 – 4000 gram.( Prawirohatdjo, 2002 : 135)
- Bayi baru lahir adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan segera bernafas spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Saifudin,2002).
Keadaan Klinik Bayi Baru Lahir Normal
Berat badan bayi 2500 – 4000 gram.
Panjang badan 48 – 52 cm.
Lingkar dada 30 – 38 cm.
Lingkar kepala 33 – 35 cm.
Bunyi jantung pda menit-menit pertama ± 180 x/menit, kemudian turun – 140 x/menit – 120 x/menit, pada waktu berumur 30 menit.
Respirasi pada menit-menit pertama sekitar 80 x/menit disertai dengan pernafasan cuping hidung, retrasi suprasterial dan interkostal serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit.
Kulit merah-merah dan licin.
Rambut lanugo tak terlihat.
Kuku agak panjang dan lemas.
Genetalia wanita labia mayor menutupi labia minor sedangkan pada pria testis sudah turun.
Reflek hisap dan menelan baik.
Reflek morro baik.
Graf reflek baik.
Eliminasi baik. (Prawirohardjo, 2002, 135 – 138)
Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan apabila bayi tidak segera menangis, penolong atau bidan diharapkan agar segera membersihkan jalan nafas bayi dengan cara sebagai berikut :
1. Letakkan bayi di tempat yang hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala lebih menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan kassa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3x atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi menangis.
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu mempengaruhi bayi kecuali bayi kurang bulan.
1. Mengikat tali pusat
Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dengan menggunakan benang DTT atau klem plastic tali pusat (DTT atau steril) lakukan sampul kunci atau jepitan secara mantap.
2. Rawat tali pusat
- Jangan membungkus pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan ramuan apapun ke tali pusat, dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun ke tali pusat bayi.
- Pemakaian alkohol atau betadine sudah tidak dipakai lagi.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
1. Mengeringkan suhu tubuh bayi.
2. Selimuti bayi dengan selimut yang bersih.
3. Tutup kepala bayi.
4. Anjurkan ibu untuk segera menyusui dan memeluk bayinya.
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
d. Memberi vitamin K
Vitamin K diperlukan untuk mencegah perdarahan pada BBL, semua BBL dan cukup bulan perlu diberikan Vitamin K peroral 1 mg / hari selama 3 hari.
e. Memberi obat tetes atau salep mata
Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap BBL perlu diberikan salep mata kurang dari 5 jam setelah bayi lahir, pemberian tetes atau salep mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 % dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular sexual).
f. Identifikasi Bayi
1. Peralatan identifikasi bayi hendaknya harus selalu terseid di tempat periksa, di kamar bersalin atau di ruang bayi.
2. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi halus yang tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3. Pada alat gelang identifikasi harus tercantum :
- Nama bayi (nyonya)
- Tanggal, jam, hari lahir
- Nomor bayi
- Jenis kelamin
- Unit dan nama lengkap ibu
4. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan dicantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi, sidik telapak kaki dan jari bayi harus ada, ukur berat badan bayi, panjang badan, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
(Prawirohardjo 2002 : 138)
Fisiologi Neonatus
Fisiologi neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus, yaitu suatu organisme yang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstrauterine.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi ini yaitu : maturasi, adaptasi, dan toleransi.
Maturasi adalah mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intra ke kehidupan ekstrauterine dan ini berhubungan lebih erat dengan masa gestasi dibandingkan dengan berat badan lahir.
Adaptasi adalah suatu hal yang diperlukan oleh neonatus untuk tetap dapat hidup dalam lingkungan baru yang dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus.
Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila dibandingkan dengan maturasi. Karena makin matur neonatus makin baik pula adanya adaptasi tetapi makin kurang toleransinya.

KB Suntik

Pengertian
Alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormon progesteron di suntikan ke tubuh wanita secara periodik. Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
• Depo Medroksiprogestero Asetat (DMPA), mengandung 150 Mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di daerah bokong yaitu di sepertiga syas dan tulang sakrum).
• Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 Mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik intramuskuler. (Saifudin, 2003 : MK-40)
Mekanisme kerja suntikan KB
a. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
b. Mengentalkan lendir serviks, sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma (sulit di tembus spermatozoa).
c. Perubahan peristaltik tuba fallopii, sehingga menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi. (Manuaba, 1998 ; 444).
Keuntungan Suntik KB
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung etsrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pegaruh terhadap ASI.
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun,
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit. (Sickel cell)
(Saifudin, 2003: Mk – 41).
Keterbatasan suntik KB
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
- Siklus haid yang memendek atau memanjang
- Perdarahan yang banyak atau sedikit
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spooting)
- Tidak haid sama sekali.
b. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali, untuk suntik ulang).
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping yang tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
f. Terlambatnya kembali kesuburan rata–rata 4 bulan setelah penghentian pemakaian.
g. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadi kerusakan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntik dari deponya (tempat suntikan).
h. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
i. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntik KB (indikasi)
a. Usia reproduksi
b. Nulipara dan yang telah memiliki anak
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
e. Setelah abortus atau keguguran.
f. Telah banyak anak tapi tidak menghendaki tubektomi.
g. Perokok.
h. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
i. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitorn dan barbiturat) atau obat tuberculosis.
j. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
k. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
l. Anemia defisiensi besi.
m. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kombinasi.
Kontra Indikasi
a. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada 7 janin per 100.000 kelahiran).
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenoroe.
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e. Diabates melitus disertai komplikasi.
Waktu menggunakan kontrsepsi suntik KB
a. Setiap saat selama siklus haid, asalkan ibu tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan, tidak dapat menunggu sampai haid berikutnya datang.
e. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan mulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya.
f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontraepsi hormonal, suntikan pertama suntikan hormonal dapat segera diberikan asalkan ibu tersebut sedang tidak hamil.
g. Ibu menggunakan AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke 7 siklsu haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
h. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu sedang tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.(Saifudin, 2003 : MK 42-43)
Manajemen Asuhan
a. Konseling prametode tentang efek samping dan pelambatan fertilitas.
b. Memantau kanker payudara, ajarkan pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan, pemeriksan payudara setiap bulan, pemeriksaan payudara tahunan oleh tenaga kesehatan profesional, mamograf dasar, apabila wanita secara individu atau keluarga mempunyai riwayat penyakit payudara.
c. Pemakaian saat pasca partum, diberikan dalam 5 hari setelah kelahiran apabila bayi diberikan makanan melalui botol, apabila bayi disusui maka diberikan 6 minggu setelah pasca partum, setelah suplai susu yang terbentuk sudah membaik (sejumlah kecil depo – yang ditemukan dalam ASI tidak merusak susu maupun bayi).
d. Sangat penting untuk mendapatkan kembali suntikan setelah 12 minggu.
e. Gunakan kondom, apabila berisiko terhadap HIV atau PMS.
(Varney, Helen, 2002 : 36)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Definisi
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan usia 37 – 42 minggu dan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Prawirohardjo, 2002:135).
b. Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin yang usia kehamilannya 37 – 42 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram dan panjang badan 45 – 52 cm. (Jumiani, 1994:44)
c. BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai 2.499 gram). (Prawirohardjo, 2001:376).
d. BBLR adalah kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lahir rendah dari semestinya, sekalipun cukup atau karena kombinasi keduanya. (Bagus gde, 1998:326)
e. BBLR adalah bayi prematur dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena didasari tidak semua bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur. (MochtarRustam, 1998:448)
f. BBLR adalah neonatus dengan berat lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2.499 gram). (Jumiani, 1995 : 73).
Etiologi
1. Faktor ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi buruk, peminum alkohol.
2. Faktor uterus dan plasenta
Kelainan pertumbuhan darah (hemangioma), inserti tali pusat yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin
Ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan Penyebab lain : Keadaan sosial ekonomi yang rendah, kondisi janin dalam kandungan tidak diketahui.(Prawirohardjo,2005 : 782).
Patofisiologi :
1. Faktor Ibu
a. Usia Ibu
Jika usia ibu terlalu muda ataupun terlalu tua hal ini akan sangat mempengaruhi sistem reproduksi seseorang dan sebagai akibatnya akan terjdai suatu keadaan dimana bayi lahir dengan berat badan rendah.
b. Sosial Ekonomi
Dimana ekonomi seseorang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan karena jika seorang ibu hamil yang tingkat pengetahuan kurang, otomatis motivasi untuk melakukan ANC kurang sehingga mengakibatkan kekurangan gizi yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan janin.
c. Ibu Perokok
Seorang ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi karena di dalam rokok mengandung zat nikotin yang dapat mengganggu aliran darah sehingga kadar karbon monoksida dalam darah meningkat serta akan berkurang dan akibatnya terjadi BBLR.
2. Faktor Janin
a. Cacat Bawaan
Terjadi kelainan kromosom mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan mengakibatkan BBLR.
b. Infeksi dalam rahim
Dimana virus TORCH masuk ke dalam rahim sehingga terjadinya gangguan imonologi pada janin dan terjadi ketidakseimbangan asupan nutrisi dan akan mengakibatkan BBLR.
3. Faktor Kehamilan
a. Hidramnion
Dimana terjadi plasenta menjadi lebih besar dari ukuran normal sehingga pertumbuhan dan perkembangan Janin berkurang dan akan menyebabkan BBLR.
b. Kehamilan Ganda
Dimana suplai makanan dibagi lebih dari satu sehingga terjadi ketidaksamaan pembagian sirkulasi darah dan kemungkinan pertumbuhan berat badan salah satu janin berkurang sehingga mengakibatkan BBLR.
c. Pre-eklampsia
Mengecilkan aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi sehingga terjadi gangguan pertukaran CO2 dan O2 dan mengakibatkan gangguan suplai nutrisi dan mengakibatkan BBLR.
d. KPD
Berkurangnya cairan nutrisi dan air ketuban sehingga menurutnya asupan nutrisi yang akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan akan mengakibatkan BBLR.

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Definisi
a. Ketuban pecah dini yaitu apabila pecah spontan dan tidak di ikuti tanda-tanda persalinan,ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu.Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala ,misalnya ketuban pecah primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm (Smith Joseph,F.2001).
b. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba, 1998 : 113)
c. Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan ibu bersalin dimana ketuban pecah sebelum waktunya (pembukaan masih kecil). (Alamin, 1990 : 135)
d. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.(Alamin, 1990 : 135)
Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD,namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak ditentukan secara pasti.Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat denan KPD,namun faktor-faktor yang lebih berperan sulit diketahui .Kemungkinan yang menjadi faktor adalah (Bruce Elizabeth,2002).
-Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
-Servik yang inkompetensia,kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan curetage) .
-Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,hidramnion,gemelli.Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD.Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,pemeriksaan dalam,maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
-Kelainan letak,misalnya sungsang,sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
-Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain (Bruce Elizabeth,2002)
a. Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yng tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban
b. Faktor disproposisi antar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multigraviditas,merokok dan perdarahan antepartum
d. Definisi gizi dari tembaga atau asam askorbat.
Patofisiologi
- Adanya hipermortalitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevositis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
- Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
- Infeksi (amnionitis atau karioamnionitis).
- Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi, cerviks incompeten, dan lain-lain.
- Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini. (Mochtar, 1998 : 223)
Penatalaksanaan
Ketuban pacah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat,pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih yinggi dari badannya,bila mingkin nengan posisi ber sujud.Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 kari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin.Tali pusat divulva dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik.
Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebihdari6 jam,berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 juta IU intrmuskular dan ampisilin 1 g peroral.Bila pasien tinak tahan ampisilin,berikan eritromisin 1g peroral.
Bila keluarga menolak dirujuk,pasien disuruh istirahat dalam posisi berbaring miring,berikan antibiotik penisilin prokain1,2 juta IU intramuskular tiap 12 jam dan ampisilin tiap 1 g peroral diikuti 500 mg tiap 6 jam atau eritromisin dengan dosis yang sama .
Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,yaitu tirah baring,diberikan sedatif berupa fenobartial 3x30 mg.Berikan antibiotik selama 5 hari dan glukokortikosteroid,contoh dexametason 3x5 mg selama 2 hari.Berikan pula tokolisis.Bila terjadi infeksi akhiri kehamilan.
Pada kehamilin 33-35 minggu,lakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu induksi persalinan.Bila terjadi infeksi,akhiri persalinan.Pada kehamilan lebih dari 36 minggu,bila ada his,pimpin meneran dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri.Bila tidak ada his,lakukan induksi persalinan bila ada ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari ,seksio sesarea bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor pelvik kurang dari 5.

Hiperemesis Gravidarum

Pengertian
a. Terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot hingga terjadi nidasi (implantasi) pada uterus berakhir dengan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 1998 : 95)
b. Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. (prawirohardjo, 2002 : 254)
c. Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan terjadi dehidrasi. (Mochtar, 1998 : 195)
d. Hyperemesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berat yang terjadi pada ibu hamil hingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. (Prawirohardjo, 2002 : 275).
e. Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya turun, turgor kulit kurang, diurese kurang dan timbul aseton dalam air kencing. (Obsteri Patologi, 1984 : 84)
Etiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadiannya 1 per 1000 kehamilan. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik dan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah dan apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hyperemesis. Beberapa faktor predisposisi yang dikemukakan yaitu :
a. Pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Karena sebagian kecil primagrivada belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonatropin, sedangkan pada mola hidatidosa disebabkan jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan hyperemesis gravidarum.
b. Faktor organik yaitu alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun.
c. Faktor psikologik memegang peranan penting dalam penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Hubungan psikologis dan hyperemsis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.
(Mansjoer, 2001: 256)
Patofisiologi
Pada wanita hamil perasaan mual dan muntah saat Trimester I diakibatkan karena peningkatan hormon estrogen. Pengaruh psikologis kemungkinan berasal dari system saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung selain adaptasi hormonal dan sistem saraf pusat faktor psikologis merupakan faktor utama. Kebanyakan wanita hamil dapat beradaptasi terhadap mual dan muntahnya hingga berbulan-bulan.
Dengan frekuensi mual dan muntah yang sering dapat menyebabkan dehidrasi serta tidak seimbangnya elektrolit, pada kejadian ini cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran beralih pada cadangan lemak dan protein karena kurang sempurnanya pembakaran lemak maka terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik.
Dengan muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan cairan tubuh makin kurang serta elektrolit natrium, kalium, kalsium sehingga darah menjadi kental yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan menimbulkan zat toksik. Mual dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada esophagus dan lambung.
Tanda dan Gejala
Pada gejala hyperemsis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat :
a. Hyperemsis gravidarum tingkat pertama (ringan)
- Muntah berlangsung terus
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan menurun
- Nyeri epigastrium
- Turgor kulit berkurang
- Tekanan darah turun dan nadi + 100x/menit
- Mata tampak cekung
- Lidah kering. (Manuaba, 1998: 210)
b. Hyperemsis gravidarum tingkat dua (Sedang)
- Penderita tampak lebih lemah serta mulai tampak gejala gangguan kesadaran (Apatis).
- Gejala dehidrasi, mata tampak cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor.
- Berat badan makin menurun
- Mata ikterik
- Timbul hipotensi
- Suhu kadang naik
- Nadi kecil dan cepat
- Hemokonsentrasi dan oliguria
- Nafas berbau aseton. (Manuaba, 1998: 210)
c. Hyperemesis gravidarum tingkat tiga (berat)
- Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma
- Muntah berhenti
- Nadi kecil dan cepat
- Suhu meningkat dan tekanan darah makin menurun
- Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi uterus.
(Manuaba, 1998: 211)
Penatalaksanaan
a. Diagnosa
· Diagnosa hyperemsis gravidarum biasanya tidak sukar harus ditentukan pada kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum, kemungkinan lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan dikonsultasikan dengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, tukak lambung, pemeriksaan laboratorium dapat dibedakan ketiga kemungkinan hamil disertai penyakit.
· Muntah terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu hyperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
b. Tindakan
· Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hyperemesis yaitu :
- Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.
- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
- Menganjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.
- Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
- Makanan dan minuman yang disajikan sebaiknya dalam keadaan masih hangat.
- Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi akan merasa mual dan muntah.
Defekasi teratur hendaknya dijamin menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. (Mochtar, 1998: 196)
· Pengobatan
- Penggunaan sedativa ringan. Luminal (30 gram)
- Vitamin : B1 dan B6, B kompleks, vitamin C
- Obat antimual muntah : Mediameter B6, emetrade, stimetil, avopres.
- Anti alergi : Anti histamine, dramamin, avomin.
(Mochtar, 1998: 196)
Penanganan pada hyperemsis gravidarum lebih berat (tingkat II dan III).
Pada kasus ini diperlukan kolaborasi dengan dokter obgyn dan dirawat di rumah sakit :
a. Pada 24 jam pertama tidak diberikan makanan dan minuman peroral.
b. Diberikan infus berupa glukosa 5% dan larutan garam. Fisiologis 2-3 liter dalam 24 jam, terus ditambah sampai urine bereproduksi dalam batas normal.
c. Ditambah vitamin dan elektrolit dalam cairan
d. Pasien ditempatkan tersendiri pada kamar yang tenang dan bebas dari bau-bauan.
e. Jika pasien tidak muntah dan keadaan umumnya baik maka dicoba untuk diberikan makanan kering atau biskuit sedikit demi sedikit tiap 2 hingga 3 jam dan minuman tiap 2 jam tetapi sekali minum tidak boleh > 100 cc.
f. Bila pemberian makanan dan minuman sudah dapat dilakukan maka pemberian cairan dihentikan.
g. Pemberian suntikan obat penenang :
- Luminal 100 mg IM / IV
- Valium 10 mg IM / IV
- Per Oral : - Luminal 3 x 30 mg / hr
- Valium 3 x 2,5 mg / hr.
(Mochtar, 1998: 196-197)