Sabtu, 14 Februari 2009

Hiperemesis Gravidarum

Pengertian
a. Terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot hingga terjadi nidasi (implantasi) pada uterus berakhir dengan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 1998 : 95)
b. Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. (prawirohardjo, 2002 : 254)
c. Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan terjadi dehidrasi. (Mochtar, 1998 : 195)
d. Hyperemesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berat yang terjadi pada ibu hamil hingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. (Prawirohardjo, 2002 : 275).
e. Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya turun, turgor kulit kurang, diurese kurang dan timbul aseton dalam air kencing. (Obsteri Patologi, 1984 : 84)
Etiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadiannya 1 per 1000 kehamilan. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik dan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah dan apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hyperemesis. Beberapa faktor predisposisi yang dikemukakan yaitu :
a. Pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Karena sebagian kecil primagrivada belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonatropin, sedangkan pada mola hidatidosa disebabkan jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan hyperemesis gravidarum.
b. Faktor organik yaitu alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun.
c. Faktor psikologik memegang peranan penting dalam penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Hubungan psikologis dan hyperemsis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.
(Mansjoer, 2001: 256)
Patofisiologi
Pada wanita hamil perasaan mual dan muntah saat Trimester I diakibatkan karena peningkatan hormon estrogen. Pengaruh psikologis kemungkinan berasal dari system saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung selain adaptasi hormonal dan sistem saraf pusat faktor psikologis merupakan faktor utama. Kebanyakan wanita hamil dapat beradaptasi terhadap mual dan muntahnya hingga berbulan-bulan.
Dengan frekuensi mual dan muntah yang sering dapat menyebabkan dehidrasi serta tidak seimbangnya elektrolit, pada kejadian ini cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran beralih pada cadangan lemak dan protein karena kurang sempurnanya pembakaran lemak maka terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik.
Dengan muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan cairan tubuh makin kurang serta elektrolit natrium, kalium, kalsium sehingga darah menjadi kental yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan menimbulkan zat toksik. Mual dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada esophagus dan lambung.
Tanda dan Gejala
Pada gejala hyperemsis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat :
a. Hyperemsis gravidarum tingkat pertama (ringan)
- Muntah berlangsung terus
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan menurun
- Nyeri epigastrium
- Turgor kulit berkurang
- Tekanan darah turun dan nadi + 100x/menit
- Mata tampak cekung
- Lidah kering. (Manuaba, 1998: 210)
b. Hyperemsis gravidarum tingkat dua (Sedang)
- Penderita tampak lebih lemah serta mulai tampak gejala gangguan kesadaran (Apatis).
- Gejala dehidrasi, mata tampak cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor.
- Berat badan makin menurun
- Mata ikterik
- Timbul hipotensi
- Suhu kadang naik
- Nadi kecil dan cepat
- Hemokonsentrasi dan oliguria
- Nafas berbau aseton. (Manuaba, 1998: 210)
c. Hyperemesis gravidarum tingkat tiga (berat)
- Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma
- Muntah berhenti
- Nadi kecil dan cepat
- Suhu meningkat dan tekanan darah makin menurun
- Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi uterus.
(Manuaba, 1998: 211)
Penatalaksanaan
a. Diagnosa
· Diagnosa hyperemsis gravidarum biasanya tidak sukar harus ditentukan pada kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum, kemungkinan lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan dikonsultasikan dengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, tukak lambung, pemeriksaan laboratorium dapat dibedakan ketiga kemungkinan hamil disertai penyakit.
· Muntah terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu hyperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
b. Tindakan
· Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hyperemesis yaitu :
- Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.
- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
- Menganjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.
- Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
- Makanan dan minuman yang disajikan sebaiknya dalam keadaan masih hangat.
- Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi akan merasa mual dan muntah.
Defekasi teratur hendaknya dijamin menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. (Mochtar, 1998: 196)
· Pengobatan
- Penggunaan sedativa ringan. Luminal (30 gram)
- Vitamin : B1 dan B6, B kompleks, vitamin C
- Obat antimual muntah : Mediameter B6, emetrade, stimetil, avopres.
- Anti alergi : Anti histamine, dramamin, avomin.
(Mochtar, 1998: 196)
Penanganan pada hyperemsis gravidarum lebih berat (tingkat II dan III).
Pada kasus ini diperlukan kolaborasi dengan dokter obgyn dan dirawat di rumah sakit :
a. Pada 24 jam pertama tidak diberikan makanan dan minuman peroral.
b. Diberikan infus berupa glukosa 5% dan larutan garam. Fisiologis 2-3 liter dalam 24 jam, terus ditambah sampai urine bereproduksi dalam batas normal.
c. Ditambah vitamin dan elektrolit dalam cairan
d. Pasien ditempatkan tersendiri pada kamar yang tenang dan bebas dari bau-bauan.
e. Jika pasien tidak muntah dan keadaan umumnya baik maka dicoba untuk diberikan makanan kering atau biskuit sedikit demi sedikit tiap 2 hingga 3 jam dan minuman tiap 2 jam tetapi sekali minum tidak boleh > 100 cc.
f. Bila pemberian makanan dan minuman sudah dapat dilakukan maka pemberian cairan dihentikan.
g. Pemberian suntikan obat penenang :
- Luminal 100 mg IM / IV
- Valium 10 mg IM / IV
- Per Oral : - Luminal 3 x 30 mg / hr
- Valium 3 x 2,5 mg / hr.
(Mochtar, 1998: 196-197)

Tidak ada komentar: