Minggu, 15 Februari 2009

Retensio Plasenta

Pengertian
a. Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir (Sastrawinata, 2005 : 174).
b. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi 30 menit bayi lahir (Saifuddin, 2002 : 178).
c. Retensio plasenta yaitu plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir (Prawirohardjo, 1999 : 656).
d. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi (Manuaba, 1998 : 300).
e. Retensio plasenta adalah kalau plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir (Sastrawinata, 1998 : 234).
f. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. (Mochtar, 1998 : 299)
Etiologi
1. Sebab Fisiologis
a. His kurang sehat
b. Plasenta sukar terlepas, karena :
Insersi di sudut tuba (Cornu)
Plasenta anularis mengelilingi rahim (cincin)
Bentuk tipis
Plasenta sangat kecil
Plasenta membraneca (tipis lebar)
2. Sebab Patologi
a. Plasenta acreta
b. Plasenta increta
c. Plasenta purulenta (Sastrawinata, 2005 : 175)
Jenis-jenis Retensio Placenta
a. Plasenta adhesiva
Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta
Adalah implantasi jonjot korion sehingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki miometrium.
d. Plasenta perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa dinding uteri.
e. Plasenta inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam vacum uteri disebabkan oleh lingkaran kontriksi ostium uteri, bisa disebabkan oleh kesalahan penanganan kala III (Saifuddin, 2002 : 178).
Kejadian Retensio Plasenta Berkaitan Dengan
1. Grande multipara dengan implatasi plasenta dalam bentuk adhesi placenta akreta, plasenta inkreta dan placenta perkreta.
2. Menganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan :
a) Darah penderita terlalu banyak yang hilang
b) Keseimbangan baru, berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi
c) Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
4. Plasenta manual segera dilakukan bila :
a) Terdapat riwayat perdarahan post partum berulang
b) Terjadi perdarahan post partum melebihi 400 cc
c) Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
d) Plasenta belum lepas setelah menunggu ½ jam.
Patofisologi
Pada kala III persalinan (setelah bayi lahir) jika plasenta belum lepas ½ jam setelah bayi lahir maka dikatakan retensio plasenta. Sebab-sebabnya adalah : plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat lebih dalam, yag menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi : Plasenta adhesiva, plasenta inkreta, plasenta akreta, dan plasenta perkreta.
Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri, dan akan menyebabkan perdarahanyang banyak. Atau karena adanya ligkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penangaan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata). Pada kondisi seperti ini maka sebaiknya dilakkan pengeluaran plasenta secara manual.
Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Apabila diagnosa retensio ditegakan maka dilakukan pelepasan plasenta secara manual :
1. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus/RL).
2. Mengosongkan kandung kencing.
3. Kedua tangan memakai sarung tangan steril.
4. Dilakukan desinfeksi untuk genitalia ekterna.
5. Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan dimasukan secara obstetrik sampai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali pusat.
6. Tepi plasenta dilepaskan dengan bagian luar tangan kanan, sedangkan tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas.
7. Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan, maka tangan kanan dikeluarkan bersama dengan placenta.
8. Dilakukan eksplorasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya.
9. Setelah plasenta lahir lengkap, diberikan suntikan uterotonika.
10. Perdarahan di observasi.

Mola Hidatidosa

Pengertian
a. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur (Wiknjosastro, 2007 : 262).
b. Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik seperti buah anggur. (Wiknjosastro, 2005 : 342).
c. Mola hidatidosa adalah penyakit wanita dalam maa reproduksi, yaitu kehamilan yang tidak ditemukan janin. Villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih menyerupai buah anggur. (Sastrawinata, 1981 : 38).
d. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi korialisnya mengalami hidropik (Mansjoer, 2001 :265).
e. Mola hidatidosa adalah suatu kahamilan di mana setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. (Saifuddin, 2002 : 156)
f. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hanpir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidropik. (Mansjoer, 2001 : 265)
g. Hamil anggur atau Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.
(Rosmaladewi, 2007 : 746).
Etiologi
Belum jelas diketahui pasti, ada yang mengatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi protein dan gangguan peredaran darah (Mansjoer, 2001 : 265).
Patofisiologi
Hamil anggur atau Mola hidatidosa dapat terjadi karena tidak adanya buah kehamilan (agenesis), kelainan substansi kromosom (kromatin) seks atau adanya perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke 3 sampai minggu
ke 4. Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi sel telur yang telah dibuahi), terbentuk jaringan permukaan permukaan membran (villi) yang berisi cairan jernih yang membesar dan tumbuh terus,gambarannya seperti gerombolan buah anggur (Mola hidatidosa).
Jenis Mola hodatidosa
a. Mola hidatidosa komplete (MHK)
Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh villi korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur. Mikroskopik tampak edema stroma villi tanpa vaskularisasi disertai hiperplasi dari kedua lapisan trofoblas, satu ovum dibuahi oleh satu sperma tapi kadang dibuahi oleh dua sperma (dispermi).
b. Mola hidatidosa Parsial (MHP)
Seperti pada MHK, tapi di sini masih ditemukan embrio yang biasanya mati pada masa dini (sebelum trimester pertama). Degenerasi hidropik bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari villi dan stromal trophoblastic inclusions. Biasanya satu ovum dibuahi oleh dua sperma (dispermi). (Sastrawinata, 2005 : 30)
Faktor Resiko Terjadinya Mola hidatidosa
a. Umur : Mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur <> 35 tahun, Pada usia 45 tahun biasanya kejadian hamil mola 10 x lebih tinggi.
b. Etnik : Lebih banyak dijumpai pada mongoloid daripada kaukasus.
c. Genetik : Wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih tinggi.
d. Gizi : Mola hidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein.
e. Sosial ekonomi rendah.
f. Paritas tinggi. (Sastrawinata, 2005 : 30).
Manifestasi Klinik
- Amenore dan tanda-tanda kehamilan
- Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat, pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
- Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
- Peningkatan kadar hCG.
- Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih.
- Mual muntah dan nafsu makan kurang.
- Pre eklampsi atau eklampsi yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
- Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan maupun biopsi pasca perasat. (Saifuddin 2002 : 157).
Komplikasi Dari Mola Hidatodosa
- Karena perdarahan yang berulang bisa menyebabkan anemia.
- Syok.
- Infeksi.
- Perforasi misalnya oleh mola distruens di mana gelembung menembus dinding rahim.
- Resiko tinggi terjadi keganasan (Koriokarsinoma). Koriokarsinoma setelah mola hidatidosa antara 2% - 8% dan makin tinggi pada umur tua. (Mansjoer, 2001 : 266)
Penatalaksanaan
a. Perbaikan keadaan umum
Bisa dengan tranfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemia.
b. Evakuasi
- Pada kasus mola yang belum keluar gelembungnya harus dipasang dahulu laminaria stift (12 jam sebelum kuretase), sedangkan pada kasus yang sudah keluar gelembungnya, dapat segera di kuret setelah keadaan umumya distabilkan. Bila perlu dapat diberikan narkosis neuroleptik.
- Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuretase hanya dilakukan satu kali, kuretase kedua dilakukan bila tinggi fundus uteri lebih dari 20 cm setelah hari ketujuh / bila ada indikasi lain.
- Selama proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V.(NaCL atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes/menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektivitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat). Pengosongan dengan aspirasi vakum lebih aman dari kuretase tajam.
c. Tindakan Profilaksis
Adalah unuk mencegah terjadinya keganasan pasca mola pada mereka yang mempunyai faktor resiko, seperti umur di atas 35 tahun atau gambaran perdarahan antepartum yang mencurigakan.
Ada dua cara, yaitu :
a. Histerektomi dengan jaringan mola in toto, atau beberapa hari pasca kuretase. Tindakan ini dilakukan pada wanita dengan umur di atas 35 tahun serta anak cukup.
b. Sitostatika profilaksis, diberikan pada mereka yang menolak histerektomi atau pada wanita muda dengan perdarahan antepartum mencurigakan.
Caranya :
· Methotrexate 20 mg/hari atau
· Actinimycin D1 flc/hari, 5 berturut-turut
Tindakan lanjut :
Tujuannya untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan kearah keganasan. Dilakukan selama satu tahun dengan jadwal sebagai berikut :
1. Tiga bulan pertama : tiap 2 minggu
2. Tiga bulan kedua : tiap 1 bulan
3. Enam bulan terakhir : tiap 2 bulan
Waktu Yang Tepat Untuk Hamil Kembali
Pada dasarnya penderita mola dianjurkan tidak hamil sampai pengawasan lengkap selesai dilakukan. Bagi wanita yang belum punya anak, dianjurkan memakai alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan selama 1 tahun, dan bagi yang sudah punya anak dianjurkan tidak hamil selama 2 tahun. (Rosmaladewi, 2007 : 746)

Bendungan Payudara (Engorgement)

Pengertian
a. Masa Nifas (Puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115).
b. Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2002 : N-23)
c. Masa nifas ( Puerpurium ) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saifuddin, 2001 : 133)
d. Payudara bengkak (Engorgement) adalah keadaan di mana payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. (Mansjoer, 2001 : 323)
e. Payudara bengkak adalah payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri. Terjadi pada hari ketiga atau keempat pasca persalinan. (Sastrawinata, 2005 : 196).
f. Payudara bengkak adalah payudara terasa lebih tegang dan sakit karena pengeluaran ASI yang tidak lancar. (Wiknjosastro 2005 : 270)
Faktor Predisposisi
· Tidak dilakukannya rooming in.
· Kurangnya perawatan payudara pada waktu hamil.
· Kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui dini.
· Tingkat sosial ekonomi ibu yang rendah.
· Kurangnya manajemen laktasi di tempat pelayanan kesehatan.
Etiologi
a. Bendungan payudara di sebabkan karena pengeluaran ASI tidak lancar.
b. Bayi tidak cukup sering menyusu atau terlalu cepat di sapih.
c. Adanya let - down refleks.
d. Bendungan di vena dan pembuluh limfe
e. Bendungan ASI.
f. Pengeluaran ASI kurang.
g. Hambatan pengeluaran ASI.
Patofisiologi
Terjadinya payudara bengkak disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor ibu : kurangnya tingkat pengetahuan ibu, jarang menyusui bayinya, air susu jarang dikeluarkan. Faktor tempat pelayanan kesehatan : tidak dilakukan rooming in, kurangnya manajemen laktasi, dan tidak segera menyusukan bayi pada ibunya. Disamping itu juga faktor dari bayi yaitu pada keadaan bayi yang sakit, tidak ada reflek hisap. Faktor-faktor tersebut menyebabkan bayi tidak menyusu, tidak ada rangsangan, terjadi bendungan ASI sehingga payudara bengkak.
Penatalaksanaan Payudara Bengkak
1. Susui bayi sesering mungkin tanpa dijadwal (on demand)
2. Kompres hangat sebelum disusukan
3. Pengeluaran ASI sebelum disusukan
4. Kompres dingin setelah menyusui
5. Pemijatan leher / punggung ibu
6. Kurangi beban mental ibu
Jika payudara terlihat penuh, mengkilat dan nyeri, bayi mungkin akan mengalami kesulitan untuk menyusu dengan posisi yang baik maka tindakan – tindakan berikut ini akan membantu:
1. Persiapan payudara yang penuh, berisi, sebelum menyusui.
2. Keluarkan ASI dengan menggunakan tangan sehingga puting melunak sebelum menyusui.
3. Letakkan ibu jari dan telunjuk diluar daerah areola.
4. Tekan ke dalam menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah pangkal payudara.
5. Peras dengan ibu jari dan telunjuk sehingga sebagian ASI dari bagian depan payudara terpancar keluar.
6. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
7. Susui dengan sering paling sedikit setiap 2 – 3 jam jika bayi sakit dan bisa menghisap, keluarkan ASI setiap 2 – 3 jam. Payudara bengkak yang tidak dikosongkan akan menyebabkan infeksi dan abses (mastitis).
8. Lakukan evaluasi selama 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Pengertian
- Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (lippes loop) atau berbentuk lain (copper T CU 200, copper T atau ML CU 250) yang dipasang didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan / para medik lain yang sudah dilatih. (Depkes, 1998 : 73).
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum melalui perubahan pada tuba fallopii dan cairan uterus dan menghambat pembuahan. (Suzanne Everett, 2007 : 112)
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah pilihan kontrasepsi yang efektif, aman dan nyaman bagi banyak wanita merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan di seluruh dunia. (Anna Glasier dan Ailsa Gabbie, 2005 : 89).
Jenis – jenis AKDR
a. Ota Ring
b. Copper 7
c. Copper T (Cu 200, Cu 208A, Cu 380A)
d. Spiral (lippes loop)
e. Multi load (ML-CU 250)
Mekanisme kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
d. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. (Saifudin, 2003 : MK-72)
e. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi. Mekanisme kerja yang pasti belum diketahui dan masih dalam penelitian (Manuaba, 1998 :455).
Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Sangat efektif → 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan)
b. AKDR dapat efektif segera setalah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat - ingat.
e. Tidak memepengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T-380A).
h. Tidak mempegaruhi kulitas dan volume ASI.
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
j. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat - obat. (Saifudin, 2003: Mk – 73).
Keterbatasan AKDR
a. Efek samping yang umum terjadi :
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spooting) antar menstruasi
- Saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain :
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
- Perdarahan berat pada waku haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
c. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan..
d. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
e. Penyakit radang panggul terjadi ssudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jariya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. (Saifudin, 2003 : MK-73)
Yang Dapat Menggunakan AKDR (indikasi)
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
e. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
f. Resiko rendah dari IMS.
Tidak menghendaki metode hormonal.
g. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
h. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
i. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama.
Kontra Indikasi
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas.
g. Diketahui menderita TBC pelvik
h. Kanker alat genital.
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Waktu menggunakan AKDR
a. Setiap saat selama siklus haid, asalkan ibu tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tiggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan.
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. (Saifudin, 2003 : MK-77)
Manajemen Asuhan
a. Konseling prametode tentang efek samping AKDR.
b. Memantau keberadaan benang AKDR dengan cara menganjurkan pasien untuk kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR, atau ajarkan kepada ibu untuk memeriksa keberadaan benang AKDR secara rutin terutama setelah haid selama bulan pertama penggunaan AKDR.
c. Copper T perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
d. Gunakan kondom, apabila berisiko terhadap HIV atau PMS. (Varney, Helen, 2002 : 36)

Hidrochepalus

Pengertian
Hidrosefalus adalah :
1. Suatu keadaan dimana terdapat timbunan liquor serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel yang disertai dengan kenaikan tekanan intrakranial, sehingga terlihat kepala bayi membesar. (Prawirohardjo, 2005 : 733).
2. Keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakarnial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. (Ngastiyah, 2005 : 89).
3. Keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis. (Mansjoer, 1985 : 88)
4. Kelainan dimana terjadi peningkatan jumlah cairan serebrospinalis dalam rongga otak dan atau spinal. (Suryanah, 1996 : 149)
5. Suatu keadaan dimana rongga otak mengandung cairan serebrospinalis. (Pusat penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan)
6. Kelainan kongenital, dimana terjadi timbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel kepala janin yang melebihi jumlah 1500cc. (Manuaba, 1998 : 223)
7. Penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi besar serta ubun-ubun jadi lebar, jumlah cairan besar bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada yang sampai 5 liter. (Rustam, 1995 : 376)
8. Hidrosefalus disebabkan oleh patologis otak yang mengakibatka bertambahnya cairan serebrospinalis dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel, pelebaran ventrikel ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal. (Manuaba, 1998 : 377)
Etiologi
1. Faktor keturunan
2. gangguan tumbuh kembang janin seperti spina bifida, atau ensefalokel. (Hernia jaringan syaraf karena cacat termpurung kepala).
3. Komplikasi persalinan prematur (perdarahan intraventrikular, meningitis, tumor, cedera kepala traumatis, atau perdarahan sub arachnoid).
4. Tidak lancarnya aliran serebrospinalis atau berlebihanya produksi cairan serebrospinalis.
(Mansjoer, 2001 : 308)
Tanda dan gejala
1. Pemrosesan tulang frontal
2. Mata tertekan (cekung)
3. Tanda “setting sun” / matahari terbenam
4. Muntah, kesulitan menelan dan menghisap
5. Gangguan pada nafas
6. Nadi lambat
7. Pupil membengkak dan respon cahaya yang tidak sama.
(Rustam, 1995 : 377)
Patofisiologi
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khorodialis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam pramter dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yaitu sistem internal dan sistem eksternal pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml neonatus 20-30 l dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. (Darsono, 2005). Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen kesctika dan mengalir ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (Devito EE et all, 2007 : 328)
Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorpsi, mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid, gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi, konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005 : 21)
Diagnosis Medis
Pengukuran lingkar kepala
a. Pemeriksaan penunjang
CT-Scan : Mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantu dalam mengidnetifikasi kemungkinan penyebabnya.
b. Fungsi ventrikel : Digunakan untuk mengukur tekanan intrakranial, menghilangkan cairan serebrospinal untuk inlokus.
c. EEG : Untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
d. Translaminasi : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada kepala
e. MRI (Magnetik Resona Imaging) : Memberi informasi tentang struktur otak tanpa kena radiasi. (Rustam, 1995 : 376-377)
Penatalaksanaan
a. Farmakologi
- Mengurangi volume cairan screbrospinalis
→ Asitazolamid : 10 mg / kg / 24 jam oral, 3-4 kali / hari
→ Furosemid : 1 mg / kg / 24 jam oral, 3-4 kali / hari
- Bila ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik sesuai dengan penyebab
b. Pembedahan
Pasang pisau → mengeluarkan kelebihan CSS dari ventrikel lateral ke bagian ekstra kranial.
(Prawirohardjo, 2005 : 631)

Pre Eklamsi Ringan

Definisi
a. Pre eklampsi ialah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalm triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa (Prawirohardjo, 2005 : 282).
b. Pre eklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2001 : 270).
c. Pre eklampsi adalah penyakit primigravida dan kalau timbul pada seorang multigravida biasanya ada factor predisposisi seperti hipertensi, diabetes atau kehamilan ganda. (Sastrawinata, 1981 : 92)
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut :
(1). Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidaitdosa.
(2). Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
(3). Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
(4). Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
(5). Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre eklampsi adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bretalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre eklampsi dan eklampsi. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. (Prawirohardjo, 2005 : 282)
Patofisiologi
Di dalam kehamilan dapat terjadi peningkatam curah jantung dan resistensi pembuluh darah sistemik. Maka akan terjadi gangguan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Karena tekanan darah meningkat dapat menyebabkan aliran darah menurun sehingga terjadi peningkatan premeabilitas membran yang berpengaruh pada filtrasi glomerulus sehingga filtrasi glomerulus menurun dan terjadi proteinuria secara retensi air dan garam, karena hal tersebut diatas maka sering timbul salah satu dari gejala pre eklampsi yaitu oedem. Pada pre eklampsi berat disertai dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, muntah dan nyeri epigastrium. Sedangkan pada eklampsi disertai dengan kejang.
Faktor-faktor penyebab Pre eklampsi
1. Primigravida / Multigravida
2. Sosial-ekonomi
3. Mempunyai kecenderungan penyakit hipertensi dalam kehamilan atau faktor keturunan
4. Mempunyai riwayat penyakit yang menyertai seperti : DM, Ginjal dan Jantung.
5. Kehamilan ganda
6. Mola hidatidosa
7. Obesitas
8. Umur lebih dari 35 tahun.
(Prawirohardjo, 2005 : 282)
Tanda dan gejala Pre eklampsi Ringan
1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan. (Manuaba, 1998 : 242)
Komplikasi dari pre eklampsi jika tidak segera ditangani
a. Iskemi Utero plasenta
- Pertumbuhan janin terhambat / kematian janin
- Persalinan prematur
- Solusio plasenta
b. Spasme arteriolar
- Pedarahan serebral
- Gagal jantung, ginjal, hati
- Ablasio retina
- Tromboembolisme
- Gangguan pembekuan darah
c. Kejang dan koma
- Trauma karena kejang
- Aspirasi cairan, darah, muntahan, dengan akibat gangguan pernafasan
d. Penanganan tidak cepat
- Pneumonia
- Infeksi saluran kemih
- Kelebihan cairan
- Komplikasi anestesi atau tindakan obstetri.
(Saifuddin, 2002 : 210)
Penanganan Pada Pre eklampsi Ringan
Pada pre eklampsi ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan memberikan :
1. Mencegah kenaikan peningkatan tekanan darah (berlanjut menjadi pre eklampsi berat), dengan memberikan obat antihipertensif.
2. Sedativa ringan : Phenobarbital 3 x 30 mgr, Valium 3 x 10 mgr
3. Obat penunjang : Vitamin B kompleks, Vitamin C, Vitamin E, Zat besi
4. Nasehat
- Garam dalam makanan dikurangi
- Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung bayi, istirahat baring 2 jam siang hari dan > 8 jam pada malam hari.
- Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri pada epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah, pengeluaran urin berkurang.
5. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Pasien hamil hendaknya diperiksa sekali 2 minggu setelah bulan ke 6 dan sekali seminggu pada bulan terakhir, gunanya adalah untuk menilai perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin, apakah ada perburukan keluhan subyektif, peningkatan berat badan berlebih, kenaikan tekanan darah, dan melakukan pemeriksaan penunjang lain sesuai kebutuhan, terutama protein urin. Petunjuk untuk segera memasukan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut :
- Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
- Protein dalam urin 1 plus atau lebih
- Edema bertambah dengan mendadak
- Terdapat gejala dan keluhan subjektif
(Manuaba, 1998 :244)

Sabtu, 14 Februari 2009

Persalinan

Definisi
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2002:100).
b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo,1997:3).
c. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002:100).
d. Persalinan normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Prawirohardjo, 1997: 4)
e. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang, atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diamater kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri. (Manuaba,1998 :157).
Etiologi
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim. Pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi :
a) Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
b) Teori plasenta menjadi tua : akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c) Teori distensi rahim : Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero-plasenter.
d) Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikate (fleksus Frankerhouser) bila ganglion ini digeser dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus. (Mochtar, 1998 : 158).
Tanda-tanda Inpartu
1. Rasa sakit yang datangnya lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir campur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Seperti telah dikemukakan terdahulu. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
1. Kekuatan mendorong janin keluar (power)
- His (kontraksi uterus)
- Kontraksi otot-otot dinding perut
- Kontraksi diafragma
- Ligmentous action terutama ligamentum rotundum
2. Faktor janin
3. Faktor jalan lahir
Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
1. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
- Periode akselarasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 2 cm.
- Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
- Periode deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Kala I pada primi berlangsung 13-14 jam pada multi berlangsung 6-7 jam.
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin, kala II pada primi berlangsung 1 ½ - 2 jam pada multi berlangsung ½ - 1 jam.
c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Dalam waktu 1-5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atu dengan sedikit dorongan dari atas symfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama pada bahaya perdarahan post partum. (Mochtar, 1998 : 94-97).
Pada saat tanda persalinan terjadi lightening menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan kontraksi braxton hiks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah. Gambaran lightening pada primigravida menunjukan hubungan normal antara 3P yaitu power (kekuatan his), pessage (jalan lahir normal), dan pasanger (janinnya dan plasenta). Pada multipara gambarannya tidak jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
- Terjadinya his permulaan pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua kehamilan pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi lebih sering.
Sifat his palsu
· Rasa nyeri ringan di bagian bawah
· Datangnya tidak teratur
· Tidak ada perubahan pada serviks
· Durasinya pendek
- Pada tanda persalinan terjadi his persalinan yang mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, durasi makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap serviks, makin beraktivitas kekuatan makin bertambah. Serta terjadi pengeluaran darah dan lendir. Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi juga perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. Dalam tanda persalinan ditandai juga dengan adanya pengeluaran cairan biasa terjadi karena ketuban pecah biasanya ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
- Dalam pembagian tahap persalinan pada kala I pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai lengkap, lamanya kala I untuk primi berlangsung 12 jam sedangkan multi gravida sekitar 8 jam. Pada kala II gejalanya his semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah ditandai pengeluaran cairan dan diikuti keinginan mengejan kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu dan sub occiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi hidung dan muka dan kepala seluruhnya yang diikuti putar paksi luar untuk menyesuaikan kepala pada punggung setelah putar paksi luar berlangsung persalinan bayi ditolong dengan cara kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan curam keatas untuk melahirkan sisa badan bayi. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban. Lamanya Kala II untuk primi 50 menit untuk multi 30 menit.(Manuaba, 1998:165)
- Dalam kala III lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uetrus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas plasenta di leps segmen bawah rahim tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.(Manuaba, 1998:166)
- Kemudian pada Kala IV dilakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (Manuaba, 1998:166)
Observasi yang dilakukan :
- Tingkat kesadaran penderita
- Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan
- Kontraksi uterus
- Terjadinya perdarahan (Manuaba, 1998 : 163-166)

BBL Normal

Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
- Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin dan sesuai kehamilanya 37 – 42 minggu dengan berta lahir 2500 – 4000 gram dan panjang badan 48 – 52 cm. (Ilyas, Jumiarni, 1994 : 44).
- Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan usia 37 – 42 minggu dan berat badan lahir 2500 – 4000 gram.( Prawirohatdjo, 2002 : 135)
- Bayi baru lahir adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan segera bernafas spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Saifudin,2002).
Keadaan Klinik Bayi Baru Lahir Normal
Berat badan bayi 2500 – 4000 gram.
Panjang badan 48 – 52 cm.
Lingkar dada 30 – 38 cm.
Lingkar kepala 33 – 35 cm.
Bunyi jantung pda menit-menit pertama ± 180 x/menit, kemudian turun – 140 x/menit – 120 x/menit, pada waktu berumur 30 menit.
Respirasi pada menit-menit pertama sekitar 80 x/menit disertai dengan pernafasan cuping hidung, retrasi suprasterial dan interkostal serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit.
Kulit merah-merah dan licin.
Rambut lanugo tak terlihat.
Kuku agak panjang dan lemas.
Genetalia wanita labia mayor menutupi labia minor sedangkan pada pria testis sudah turun.
Reflek hisap dan menelan baik.
Reflek morro baik.
Graf reflek baik.
Eliminasi baik. (Prawirohardjo, 2002, 135 – 138)
Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan apabila bayi tidak segera menangis, penolong atau bidan diharapkan agar segera membersihkan jalan nafas bayi dengan cara sebagai berikut :
1. Letakkan bayi di tempat yang hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala lebih menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan kassa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3x atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi menangis.
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu mempengaruhi bayi kecuali bayi kurang bulan.
1. Mengikat tali pusat
Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dengan menggunakan benang DTT atau klem plastic tali pusat (DTT atau steril) lakukan sampul kunci atau jepitan secara mantap.
2. Rawat tali pusat
- Jangan membungkus pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan ramuan apapun ke tali pusat, dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun ke tali pusat bayi.
- Pemakaian alkohol atau betadine sudah tidak dipakai lagi.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
1. Mengeringkan suhu tubuh bayi.
2. Selimuti bayi dengan selimut yang bersih.
3. Tutup kepala bayi.
4. Anjurkan ibu untuk segera menyusui dan memeluk bayinya.
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
d. Memberi vitamin K
Vitamin K diperlukan untuk mencegah perdarahan pada BBL, semua BBL dan cukup bulan perlu diberikan Vitamin K peroral 1 mg / hari selama 3 hari.
e. Memberi obat tetes atau salep mata
Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap BBL perlu diberikan salep mata kurang dari 5 jam setelah bayi lahir, pemberian tetes atau salep mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 % dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular sexual).
f. Identifikasi Bayi
1. Peralatan identifikasi bayi hendaknya harus selalu terseid di tempat periksa, di kamar bersalin atau di ruang bayi.
2. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi halus yang tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3. Pada alat gelang identifikasi harus tercantum :
- Nama bayi (nyonya)
- Tanggal, jam, hari lahir
- Nomor bayi
- Jenis kelamin
- Unit dan nama lengkap ibu
4. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan dicantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi, sidik telapak kaki dan jari bayi harus ada, ukur berat badan bayi, panjang badan, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
(Prawirohardjo 2002 : 138)
Fisiologi Neonatus
Fisiologi neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus, yaitu suatu organisme yang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstrauterine.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi ini yaitu : maturasi, adaptasi, dan toleransi.
Maturasi adalah mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intra ke kehidupan ekstrauterine dan ini berhubungan lebih erat dengan masa gestasi dibandingkan dengan berat badan lahir.
Adaptasi adalah suatu hal yang diperlukan oleh neonatus untuk tetap dapat hidup dalam lingkungan baru yang dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus.
Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila dibandingkan dengan maturasi. Karena makin matur neonatus makin baik pula adanya adaptasi tetapi makin kurang toleransinya.

KB Suntik

Pengertian
Alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormon progesteron di suntikan ke tubuh wanita secara periodik. Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
• Depo Medroksiprogestero Asetat (DMPA), mengandung 150 Mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di daerah bokong yaitu di sepertiga syas dan tulang sakrum).
• Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 Mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik intramuskuler. (Saifudin, 2003 : MK-40)
Mekanisme kerja suntikan KB
a. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
b. Mengentalkan lendir serviks, sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma (sulit di tembus spermatozoa).
c. Perubahan peristaltik tuba fallopii, sehingga menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi. (Manuaba, 1998 ; 444).
Keuntungan Suntik KB
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung etsrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pegaruh terhadap ASI.
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun,
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit. (Sickel cell)
(Saifudin, 2003: Mk – 41).
Keterbatasan suntik KB
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
- Siklus haid yang memendek atau memanjang
- Perdarahan yang banyak atau sedikit
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spooting)
- Tidak haid sama sekali.
b. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali, untuk suntik ulang).
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping yang tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
f. Terlambatnya kembali kesuburan rata–rata 4 bulan setelah penghentian pemakaian.
g. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadi kerusakan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntik dari deponya (tempat suntikan).
h. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
i. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntik KB (indikasi)
a. Usia reproduksi
b. Nulipara dan yang telah memiliki anak
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
e. Setelah abortus atau keguguran.
f. Telah banyak anak tapi tidak menghendaki tubektomi.
g. Perokok.
h. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
i. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitorn dan barbiturat) atau obat tuberculosis.
j. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
k. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
l. Anemia defisiensi besi.
m. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kombinasi.
Kontra Indikasi
a. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada 7 janin per 100.000 kelahiran).
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenoroe.
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e. Diabates melitus disertai komplikasi.
Waktu menggunakan kontrsepsi suntik KB
a. Setiap saat selama siklus haid, asalkan ibu tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan, tidak dapat menunggu sampai haid berikutnya datang.
e. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan mulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya.
f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontraepsi hormonal, suntikan pertama suntikan hormonal dapat segera diberikan asalkan ibu tersebut sedang tidak hamil.
g. Ibu menggunakan AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke 7 siklsu haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
h. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu sedang tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.(Saifudin, 2003 : MK 42-43)
Manajemen Asuhan
a. Konseling prametode tentang efek samping dan pelambatan fertilitas.
b. Memantau kanker payudara, ajarkan pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan, pemeriksan payudara setiap bulan, pemeriksaan payudara tahunan oleh tenaga kesehatan profesional, mamograf dasar, apabila wanita secara individu atau keluarga mempunyai riwayat penyakit payudara.
c. Pemakaian saat pasca partum, diberikan dalam 5 hari setelah kelahiran apabila bayi diberikan makanan melalui botol, apabila bayi disusui maka diberikan 6 minggu setelah pasca partum, setelah suplai susu yang terbentuk sudah membaik (sejumlah kecil depo – yang ditemukan dalam ASI tidak merusak susu maupun bayi).
d. Sangat penting untuk mendapatkan kembali suntikan setelah 12 minggu.
e. Gunakan kondom, apabila berisiko terhadap HIV atau PMS.
(Varney, Helen, 2002 : 36)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Definisi
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan usia 37 – 42 minggu dan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Prawirohardjo, 2002:135).
b. Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin yang usia kehamilannya 37 – 42 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram dan panjang badan 45 – 52 cm. (Jumiani, 1994:44)
c. BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai 2.499 gram). (Prawirohardjo, 2001:376).
d. BBLR adalah kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lahir rendah dari semestinya, sekalipun cukup atau karena kombinasi keduanya. (Bagus gde, 1998:326)
e. BBLR adalah bayi prematur dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena didasari tidak semua bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur. (MochtarRustam, 1998:448)
f. BBLR adalah neonatus dengan berat lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2.499 gram). (Jumiani, 1995 : 73).
Etiologi
1. Faktor ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi buruk, peminum alkohol.
2. Faktor uterus dan plasenta
Kelainan pertumbuhan darah (hemangioma), inserti tali pusat yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin
Ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan Penyebab lain : Keadaan sosial ekonomi yang rendah, kondisi janin dalam kandungan tidak diketahui.(Prawirohardjo,2005 : 782).
Patofisiologi :
1. Faktor Ibu
a. Usia Ibu
Jika usia ibu terlalu muda ataupun terlalu tua hal ini akan sangat mempengaruhi sistem reproduksi seseorang dan sebagai akibatnya akan terjdai suatu keadaan dimana bayi lahir dengan berat badan rendah.
b. Sosial Ekonomi
Dimana ekonomi seseorang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan karena jika seorang ibu hamil yang tingkat pengetahuan kurang, otomatis motivasi untuk melakukan ANC kurang sehingga mengakibatkan kekurangan gizi yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan janin.
c. Ibu Perokok
Seorang ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi karena di dalam rokok mengandung zat nikotin yang dapat mengganggu aliran darah sehingga kadar karbon monoksida dalam darah meningkat serta akan berkurang dan akibatnya terjadi BBLR.
2. Faktor Janin
a. Cacat Bawaan
Terjadi kelainan kromosom mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan mengakibatkan BBLR.
b. Infeksi dalam rahim
Dimana virus TORCH masuk ke dalam rahim sehingga terjadinya gangguan imonologi pada janin dan terjadi ketidakseimbangan asupan nutrisi dan akan mengakibatkan BBLR.
3. Faktor Kehamilan
a. Hidramnion
Dimana terjadi plasenta menjadi lebih besar dari ukuran normal sehingga pertumbuhan dan perkembangan Janin berkurang dan akan menyebabkan BBLR.
b. Kehamilan Ganda
Dimana suplai makanan dibagi lebih dari satu sehingga terjadi ketidaksamaan pembagian sirkulasi darah dan kemungkinan pertumbuhan berat badan salah satu janin berkurang sehingga mengakibatkan BBLR.
c. Pre-eklampsia
Mengecilkan aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi sehingga terjadi gangguan pertukaran CO2 dan O2 dan mengakibatkan gangguan suplai nutrisi dan mengakibatkan BBLR.
d. KPD
Berkurangnya cairan nutrisi dan air ketuban sehingga menurutnya asupan nutrisi yang akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan akan mengakibatkan BBLR.

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Definisi
a. Ketuban pecah dini yaitu apabila pecah spontan dan tidak di ikuti tanda-tanda persalinan,ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu.Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala ,misalnya ketuban pecah primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm (Smith Joseph,F.2001).
b. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba, 1998 : 113)
c. Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan ibu bersalin dimana ketuban pecah sebelum waktunya (pembukaan masih kecil). (Alamin, 1990 : 135)
d. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.(Alamin, 1990 : 135)
Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD,namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak ditentukan secara pasti.Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat denan KPD,namun faktor-faktor yang lebih berperan sulit diketahui .Kemungkinan yang menjadi faktor adalah (Bruce Elizabeth,2002).
-Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
-Servik yang inkompetensia,kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan curetage) .
-Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,hidramnion,gemelli.Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD.Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,pemeriksaan dalam,maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
-Kelainan letak,misalnya sungsang,sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
-Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain (Bruce Elizabeth,2002)
a. Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yng tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban
b. Faktor disproposisi antar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multigraviditas,merokok dan perdarahan antepartum
d. Definisi gizi dari tembaga atau asam askorbat.
Patofisiologi
- Adanya hipermortalitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevositis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
- Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
- Infeksi (amnionitis atau karioamnionitis).
- Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi, cerviks incompeten, dan lain-lain.
- Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini. (Mochtar, 1998 : 223)
Penatalaksanaan
Ketuban pacah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat,pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih yinggi dari badannya,bila mingkin nengan posisi ber sujud.Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 kari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin.Tali pusat divulva dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik.
Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebihdari6 jam,berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 juta IU intrmuskular dan ampisilin 1 g peroral.Bila pasien tinak tahan ampisilin,berikan eritromisin 1g peroral.
Bila keluarga menolak dirujuk,pasien disuruh istirahat dalam posisi berbaring miring,berikan antibiotik penisilin prokain1,2 juta IU intramuskular tiap 12 jam dan ampisilin tiap 1 g peroral diikuti 500 mg tiap 6 jam atau eritromisin dengan dosis yang sama .
Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,yaitu tirah baring,diberikan sedatif berupa fenobartial 3x30 mg.Berikan antibiotik selama 5 hari dan glukokortikosteroid,contoh dexametason 3x5 mg selama 2 hari.Berikan pula tokolisis.Bila terjadi infeksi akhiri kehamilan.
Pada kehamilin 33-35 minggu,lakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu induksi persalinan.Bila terjadi infeksi,akhiri persalinan.Pada kehamilan lebih dari 36 minggu,bila ada his,pimpin meneran dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri.Bila tidak ada his,lakukan induksi persalinan bila ada ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari ,seksio sesarea bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor pelvik kurang dari 5.

Hiperemesis Gravidarum

Pengertian
a. Terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot hingga terjadi nidasi (implantasi) pada uterus berakhir dengan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 1998 : 95)
b. Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. (prawirohardjo, 2002 : 254)
c. Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan terjadi dehidrasi. (Mochtar, 1998 : 195)
d. Hyperemesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berat yang terjadi pada ibu hamil hingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. (Prawirohardjo, 2002 : 275).
e. Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya turun, turgor kulit kurang, diurese kurang dan timbul aseton dalam air kencing. (Obsteri Patologi, 1984 : 84)
Etiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadiannya 1 per 1000 kehamilan. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik dan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah dan apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hyperemesis. Beberapa faktor predisposisi yang dikemukakan yaitu :
a. Pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Karena sebagian kecil primagrivada belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonatropin, sedangkan pada mola hidatidosa disebabkan jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan hyperemesis gravidarum.
b. Faktor organik yaitu alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun.
c. Faktor psikologik memegang peranan penting dalam penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Hubungan psikologis dan hyperemsis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.
(Mansjoer, 2001: 256)
Patofisiologi
Pada wanita hamil perasaan mual dan muntah saat Trimester I diakibatkan karena peningkatan hormon estrogen. Pengaruh psikologis kemungkinan berasal dari system saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung selain adaptasi hormonal dan sistem saraf pusat faktor psikologis merupakan faktor utama. Kebanyakan wanita hamil dapat beradaptasi terhadap mual dan muntahnya hingga berbulan-bulan.
Dengan frekuensi mual dan muntah yang sering dapat menyebabkan dehidrasi serta tidak seimbangnya elektrolit, pada kejadian ini cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran beralih pada cadangan lemak dan protein karena kurang sempurnanya pembakaran lemak maka terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik.
Dengan muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan cairan tubuh makin kurang serta elektrolit natrium, kalium, kalsium sehingga darah menjadi kental yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan menimbulkan zat toksik. Mual dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada esophagus dan lambung.
Tanda dan Gejala
Pada gejala hyperemsis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat :
a. Hyperemsis gravidarum tingkat pertama (ringan)
- Muntah berlangsung terus
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan menurun
- Nyeri epigastrium
- Turgor kulit berkurang
- Tekanan darah turun dan nadi + 100x/menit
- Mata tampak cekung
- Lidah kering. (Manuaba, 1998: 210)
b. Hyperemsis gravidarum tingkat dua (Sedang)
- Penderita tampak lebih lemah serta mulai tampak gejala gangguan kesadaran (Apatis).
- Gejala dehidrasi, mata tampak cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor.
- Berat badan makin menurun
- Mata ikterik
- Timbul hipotensi
- Suhu kadang naik
- Nadi kecil dan cepat
- Hemokonsentrasi dan oliguria
- Nafas berbau aseton. (Manuaba, 1998: 210)
c. Hyperemesis gravidarum tingkat tiga (berat)
- Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma
- Muntah berhenti
- Nadi kecil dan cepat
- Suhu meningkat dan tekanan darah makin menurun
- Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi uterus.
(Manuaba, 1998: 211)
Penatalaksanaan
a. Diagnosa
· Diagnosa hyperemsis gravidarum biasanya tidak sukar harus ditentukan pada kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum, kemungkinan lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan dikonsultasikan dengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, tukak lambung, pemeriksaan laboratorium dapat dibedakan ketiga kemungkinan hamil disertai penyakit.
· Muntah terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu hyperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
b. Tindakan
· Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hyperemesis yaitu :
- Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.
- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
- Menganjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.
- Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
- Makanan dan minuman yang disajikan sebaiknya dalam keadaan masih hangat.
- Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi akan merasa mual dan muntah.
Defekasi teratur hendaknya dijamin menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. (Mochtar, 1998: 196)
· Pengobatan
- Penggunaan sedativa ringan. Luminal (30 gram)
- Vitamin : B1 dan B6, B kompleks, vitamin C
- Obat antimual muntah : Mediameter B6, emetrade, stimetil, avopres.
- Anti alergi : Anti histamine, dramamin, avomin.
(Mochtar, 1998: 196)
Penanganan pada hyperemsis gravidarum lebih berat (tingkat II dan III).
Pada kasus ini diperlukan kolaborasi dengan dokter obgyn dan dirawat di rumah sakit :
a. Pada 24 jam pertama tidak diberikan makanan dan minuman peroral.
b. Diberikan infus berupa glukosa 5% dan larutan garam. Fisiologis 2-3 liter dalam 24 jam, terus ditambah sampai urine bereproduksi dalam batas normal.
c. Ditambah vitamin dan elektrolit dalam cairan
d. Pasien ditempatkan tersendiri pada kamar yang tenang dan bebas dari bau-bauan.
e. Jika pasien tidak muntah dan keadaan umumnya baik maka dicoba untuk diberikan makanan kering atau biskuit sedikit demi sedikit tiap 2 hingga 3 jam dan minuman tiap 2 jam tetapi sekali minum tidak boleh > 100 cc.
f. Bila pemberian makanan dan minuman sudah dapat dilakukan maka pemberian cairan dihentikan.
g. Pemberian suntikan obat penenang :
- Luminal 100 mg IM / IV
- Valium 10 mg IM / IV
- Per Oral : - Luminal 3 x 30 mg / hr
- Valium 3 x 2,5 mg / hr.
(Mochtar, 1998: 196-197)

Selasa, 10 Februari 2009

Infeksi HPV dan Ca Cervix

HPV (Human Papiloma Virus) dapat menyebabkan kanker leher rahim (Ca Cervix). Ca Cervix ini merupakan salah satu kanker yang paling mematikan setelah kanker payudara. Ca Cervix 90% dipicu oleh HPV. Apabila infeksi HPV tidak ditangani dengan baik dan tuntas, dan baru dikelola saat keadaan sudah berat, sehingga sel di mulut rahim menjadi rusak dan berubah sifat menjadi abnormal.
Untuk deteksi dini dianjurkan pemeriksaan pap'smear bagi wanita yang pernah berhubungan seksual 6 bulan-1 tahun.

Atonia Uteri

a. Definisi
Menurut TMA Chalik (1997: 162) yang dimaksud dengan perdarahan post partum primer ialah perdarahan yang berjumlah lebih dari 500 ml dan terjadi dalam batas waktu 24 jam pertama setelah anak lahir. Istilah perdarahan post partum di sini sebenarnya kurang tepat sebab post partum berarti setelah hasil konsepsi keluar, sedangkan pada umumnya perdarahan postpartum dimaksudkan juga dengan perdarahan yang terjadi sebelum dan atau sesudah seluruh hasil konsepsi keluar, yaitu sebelum dan atau plasenta keluar. Lagi pula pada beberapa penelitian terbukti darah yang hilang secara tepat setelah anak lahir sampai 24 jam kemudian berjumlah 546 sampai 650 ml pada partus normal, jadi lebih dari 500 ml. dalam praktek jumlah darah diukur dengan menampang darah yang keluar ke dalam nier bekken, tanpa bisa mengukur dengan tepat sejumlah lainnya yang tercecer. Dengan demikian bila secara praktis terukur 500 ml darah yang keluar, secara tepatnya jumlah yang betul-betul telah hilang jelas lebih banyak.
b. Epidemiologi
Perdarahan karena kontraksi rahim yang lemah setelah anak lahir meningkat insidennya pada kehamilan dengan pembesaran rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion, anak terlalu besar, ataupun pada rahim yang telah melemah daya kontraksinya seperti pada grandemultipara, interval kehamilan yang pendek atau pada kehamilan usia lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat sehingga anak dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya. Pimpinan partus kala III yang salah sering menyebabkan retensio plasenta disebabkan terus menerus memeras dan memijit rahim untuk mempercepat keluarnya plasenta hal mana sebenarnya menganggu mekanisme pelepasan plasenta dan memperbanyak kehilangan darah. Kenyataan di lapangan yang mendukung pernyataan ini salah satunya adalah yang dilaporkan oleh Usman Santoso dari RSU dr. Soetomo Surabaya dimana 84,3% dari 599 pasien rujukan karena retensio plasenta adalah dari persalinan yang berlangsung di rumah dan 70,8% tadinya ditolong oleh dukun.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes Laboratorium
a) Periksa darah lengkap
Evaluasi hemoglobin dan hematokrit, peningkatan hitungan leukosit dapat di sebabkan oleh infeksi atau peningkatan normal yang terjadi masa perdarahan dan masa perbaikan.
b) Urinalis biasanya normal
2) USG
Bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterin (Mansyoer, A, 2000: 230–231).
d. Penanganan Umum
Infus transfusi darah.
Uterotonik :
- Oksitosin
- Metergin
Masase uteri
Kompresi bimanual

Perdarahan Postpartum

a. Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan 500 cc atau lebih setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar sukar untuk dilakukan secara tepat (Sarwono Prawirahardjo, 2000: 188). Menurut Mochtar R (1998: 298), perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 cc dalam 24 jam pertama setelah anak lahir (Fakultas Kedokteran Bandung: 231).
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung (Manuaba, 1998: 295). Menurut dr. Teddy Supriyadi (1994: 356), perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya darah 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban.
b. Kualifikasi
Perdarahan post partum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Perdarahan post partum dini (primer)
Perdarahan post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Menurut Manuaba (2001: 427), sebab perdarahan post partum primer:
a) Atonia uteri
b) Retensio plasenta
c) Sisa plasenta
d) Robekan jalan lahir
2) Perdarahan post partum lambat (sekunder)
Perdarahan post partum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Menurut Manuaba (1998: 326), sebab perdarahan post partum sekunder:
a) Robekan jalan lahir
b) Sisa plasenta atau membran
c) Infeksi menimbulkan subinvolusi bekas implantasi plasenta.
c. Etilogi
1) Atonia uteri
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri menurut Mochtar (1998: 208) adalah:
- Umur: umur yang terlalu muda atau tua
- Paritas: sering dijumpai multipara dan grandemultipara
- Partus lama dan partus terlantar
- Obstetri operatif dan narkosa
- Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli, hidramnion atau janin besar.
- Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio plasenta.
- Faktor sosial ekonomi, yaitu malnutrisi.
2) Sisa plasenta dan selaput ketuban
3) Jalan lahir: robekan perineum, vagina seviks, forniks dan rahim.
4) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya atau hipofribinogenemia yang sering dijumpai pada:
- Perdarahan yang banyak
- Solusio plasenta
- Kematian janin yang lama dalam kandungan
- Pre-eklamasi dan eklamsi
- Infeksi, hepatitis dan septik syok
d. Diagnosis
Pada tiap-tiap perdarahan post partum harus dicari apa penyebabnya. Secara ringkas membuat diagnosis adalah seperti bagan di halaman berikut:
1) Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.
2) Memeriksa plasenta dan ketuban: apakah lengkap atau tidak.
3) Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari:
- sisa plasenta dan ketuban
- robekan rahim
- plasenta suksenturiata
4) Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.
5) Pemeriksaan laboratorium: periksa darah, Hb, clot observation test (COT) dan lain-lain.
a) Atonia uteri
b) Sisa plasenta dan ketuban.
c) Robekan jalan lahir.
d) Penyakit darah (kelainan pembekuan darah)
Perdarahan post partum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat Ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetap terus-terusan yang juga berbahaya karena kita tidak meyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, Ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam subsyok atau syok. Karena itu adalah penting sekali pada setiap Ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar periksa juga kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
e. Penanganan
Pencegahan perdarahan post partum
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim (uterotonika). Setelah ketuban diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (=sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.
Pengobatan perdarahan kala uri
Sikap dalam menghadap perdarahan kala uri ialah
(1) Berikan oksitosin
(2) Cobalah mengeluarkan plasenta menurut cara Crede (1-2 kali)
(3) Keluarkan plasenta dengan tangan

Masa Puerpurium

a. Definisi
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono Prawirahardjo, Jkt, 2001: 122). Menurut Mochtar R (1998: 115), masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Masa nifas (puerperium) mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 1999: 237). Menurut Farrer, H (2000: 225), nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu.
Menurut Mochtar, R (1998: 115), nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
b. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan relaksasi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi, plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum (Manuaba, 1998: 190).

KUNJUNGAN MASA NIFAS
Kunjungan 1
6-8 jam setelah persalinan
· Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
· Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut.
· Memberikan konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
· Pemberian ASI awal
· Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
· Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
Kunjungan 2
6 hari setelah persalinan
· Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
· Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
· Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
· Memberikan konseling pada Ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan 3
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan 4
6 minggu setelah persalinan
· Menanyakan pada Ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
· Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Sarwono Prawirahardjo, jkt, 2000: 123)
Menurut Manuaba (1998: 192), proses involusi uterus pada bekas luka implantasi plasenta, terdapat gambaran sebagai berikut :
1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah bermuara.
2) Pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, di samping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua sebesar 6 sampai 8 cm dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokhia.
5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari luka dan lapisan basalis endometrium.
6) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.
c. Gambaran Klinis Masa Puerperium
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan tetapi tidak lebih dari 38 oC. Bila terjadi peningkatan melebihi 38 oC berturut-turut selama dua hari, kemungkinan terjadi infeksi. Dan nadi umumnya 60-80 denyut per menit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi, tekanan darah tidak kurang dari 110/120 mmHg apabila kurang dari 110/120 mmHg kemungkinan ibu akan mengalami anemia karena pengeluaran darah yang terlalu banyak dan respirasi tidak kurang dari 20-24 x/menit.
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut “nyeri ikutan” (after pain) terutama pada multipara. Masa puerperium diikuti pengeluaran sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implementasi plasenta disebut lokhia pengeluaran.
Menurut Mochtar R (1998: 116), lokhia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut:
1) Lokhia rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lokhia sanguinolenta
Berwarna merah, kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3 sampai ke 7 pasca persalinan.
3) Lokhia serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 sampai 14 pasca persalinan.
4) Lokhia purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
5) Lokhia alba
Cairan putih, setelah 2 minggu.
6) Inkhiostasis
Lokhia tidak lancar keluarnya.
Menurut Manuaba (1998: 193), perubahan patrun (pengeluaran lokhia menunjukkan keadaan yang abnormal) seperti:
1) perdarahan berkepanjangan
2) Pengeluaran lokhia tertahan (lokhia statika)
3) Lokhia purulenta, berbentuk nanah
4) Rasa nyeri yang berlebihan
Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan, terjadi infeksi intra uterin.

Diare

1. Pengertian
a. Diare adalah bentuk kotoran anak yang semula padat berubah menjadi lembek atau cair dan buang air besar 3 kali atau lebih 24 jam (Buku KIA)
b. Diare adalah buang air besar (DEFEKASI) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml/ jam tinja dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defkasi yang meningkat (Kapita Selecta Kedokteran Jilid 1 : 501)
c. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980)
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala anak mederita penyakit diare adalah
a. Buang air besar encer atau cair 3 kali atau lebih dalam 24 jam
b. Tidak ada darah dalam BAB
3. Cara Pencegahan dan Penanganan Diare
a. Cara Pencegahan Diare
1) Pemberian hanya ASI saja pada bayi sampai usia 4 – 6 bulan
2) Mencuci tangan dengan sabun setelah berak dan sebelum memberi makan anak
3) Menggunakan jamban dan menjaga kebersihannya
4) Pembuangan tinja anak ditempat yang benar
5) Makanan dan minuman menggunakan air matang
b. Cara Penanganan Diare
1) Perbanyak pemberian minuman misalnya ASI, air matang, air syur, oralit
Cara pemberian oralit dan takarannya
Masukkan 1 bungkus oralit kedalam 1 gelas air (200 cc) yang sudah dimasuk atau air minum dan aduk sampai rata
2) ASI tetap diberikanterutamapada bayi untuk anak yang tidak menetek. Pemberian makanan lunak tetap diteruskan
3) Segera dibawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau bila ada tanda-tanda :
a} Buang air besar encer berkali-kali
b} Muntah berulang-ulang
c} Rasa haus yang nyata
d} Demam
e} Makan / minum sedikit
f} Darah dalam tinja

Manajemen Kebidanan Komunitas

Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
Manajemen kebidananan adalah metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk menyelematkan pasiennya dari gangguan kesehatan.
Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).
1. Identifikasi masalah
Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB di masyarakat melalui identifikasi, ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan di desanya terutama yang ditujukan pada kesehatan ibu dan anak. Untuk itu bidan melakukan pengumpulan data dilaksanakan sccara langsung ke masyarakat (data subyektif) dan data tidak langsung ke masyarkaat (data obyektif)
a. Data Subyektif
Data subyektif diperoleh dari informasi langsung yang diterima dai masyarakat. Pengumpulan data subyektif dilakukan melalui wawancara. Untuk mengetahui keadaan dan masalah kesehatan masyarakat dilakukan wawancara terhadap individu atau kelompok yang mewakili masyarakat.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh dari observasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan lingkungan. Kegiatan dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan data obyektif ini ialah pengumpulan data atau catatan tentang keadaan kesehatan desa dan pencatatan data keluarga sebagai sasaran pemeriksaan.

2. Analisa dan perumusan masalah
Setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan analisis. Hasil analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah kesehatan ibu dan anak di komuniti.
Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang :
a. Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya atau perilaku, pelayanan kesehatan yang ada serta faktor-faktor keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan. (H.L. Blum).
b. Masalah-masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu, anak dan balita
c. Masalah-masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya
d. Faktor-faktor pendukung dan penghambat
Rumusan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil analisa yang mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial.
3. Diagnosa potensial
Diagnosa yang mungkin terjadi
4. Antisipasi penanganan segera
Penanganan segera masalah yang timbul
5. Rencana (intervensi)
Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi.
6. Tindakan (implementasi)
Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
7. Evaluasi
Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan.

Serangan Jantung Ancam Wanita Perokok

Dibanding pria, resiko serangan jantung pada wanita biasanya datang lebih lambat. Namun tidak demikian jika wanita tersebut merokok. Wanita perokok beresiko terkena serangan jantung 12 tahun lebih cepat daripada yang tidak. Sedangkan laki-laki perokok beresiko terkena serangan jantung 6 tahun lebih cepat daripada yang tidak. Ini perbedaan yang cukup besar. Wanita harus menyadari bahwa kerugian yang didapat mereka dari merokok jauh lebih besar daripada yang diperoleh laki-laki.
Telah lama dokter menduga bahwa hormon-hormon yang dimiliki wanita mampu melindungi wanita dari serangan jantung. Estrogen diperkirakan mampu meningkatkan kadar kolesterol baik dalam darah dan membuat pembuluh darah relaks. Sedangkan rokok membuat wanita cepat mengalami menopause sehingga kadar estrogen pun berkurang.

Perlukah Bayi Pakai Gurita????!!

Selama ini ada tradisi turun temurun yang dilakukan orang tua untuk memakaikan gurita pada bayi. Alasannya, otot perut bayi yang masih lemah harus disangga agar nantinya berbentuk bagus tak seperti perut katak.
Sejak janin, organ-organ tubuh terus berkembang sampai tiba saatnya untuk dilahirkan. Sementara ruang untuk berkembang organ-organ tubuh tersebut sangat terbatas. Tidak heran jika pada beberapa bayi terjadi penekanan sedemikian tinggi pada rongga perutnya. Akibatnya umbilikus tidak menutup sehingga pusar tampak bodong.
Dinding perut masih relatif tipis sedangkan muatan di dalamnya demikian banyak, sehingga belum mampu menahan organ-organ di dalam rongga perut terutama usus. Inilah yang membuat perut bayi tampak besar dan melebar seperti katak. Itu adalah hal yang normal jadi tak perlu dibentuk dengan gurita. Disamping itu, pemakaian gurita dapat membuat tidak terlihatnya apabila terjadi perdarahan tali pusat yang dapat berakhir dengan kematian dan membuat bayi kesulitan bernafas jika pengikatan gurita terlalu erat. So, keep your baby!

Mioma Uteri

Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum diketahui. Namun ada teori yang menyatakan tumor jinak ini tumbuh akibat rangsangan yang kuat dari hormon estrogen. Tingginya kadar hormon ini bisa berasal dari dalam tubuh akibat produksi ovarium yang berlebihan atau akibat penggunaan hormon dari luar. Pertumbuhan sel jadi abnormal karena otot rahim berkembang secara berlebihan.
Mioma cenderung dijumpai pada wanita usia reprodukif. Yang menjadi kekhawatiran apabila mioma dijumpai pada seorang wanita yang belum menikah atau belum mendapatkan momongan. Apalagi bila dokter sudah mengatakan tindakan pengangkatan mioma disertai dengan pengangkatan rahim. Mioma pada wanita yang memasuki usia menopause akan mengecil dengan sendirinya karena fungsi dari ovarium tidak maksimal lagi dan rangsangan estrogen juga ikut berkurang.
Menurut letaknya di rahim, mioma dibagi menjadi 3 :
1. Mioma uteri subserosum, berada di lapisan luar rahim
2. Mioma uteri, di bagian tengah otot rahim
3. Mioma uteri subserosum, di lapisan dalam mukosa rahim
Mioma uteri submukosum dan menggantung dalam kavum uteri, tidak perlu tindakan pengangkatan rahim, jadi hanya miomanya saja yang diambil dengan teknik miomektomi dan pasien masih memiliki potensi untuk hamil.
Pada mioma uteri subserosum yang berpotensi mempersulit kehamilan, namun tindakan operasi juga tidak perlu pengakatan rahim.Untuk mioma uteri intramural masih ada beberapa faktor yang dipertimbangkan. Bila ukurannya kecil dan tidak ada gangguan, maka operasi belum perlu dilakukan. Bila ukurannya lebih dari 10cm dan tidak bisa diatasi lagi dengan obat ataupun curretage (jika perdarahan), maka sebaiknya dilakukan operasi pengangkatan rahim.
Histerektomi bisa dilakukan dengan membuka dinding perut atau dilakukan dari vagina. Jenis triama intra mural dengan atau tanpa perdarahan dan apabila masih takut untuk operasi dapat dipasang spiral yang mengandung levonorgestrel pada kavum uteri agar perdarahannya berkurang dan pembesaran mioma bisa ditahan. Spiral ini dapat dipakai sampai 5 tahun.

Jumat, 06 Februari 2009

Ekstrak Daun Jambu Biji

Ekstrak Daun Jambu Biji Berpotensi Sembuhkan Demam Berdarah
DAUN jambu biji tua ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus berinti RNA.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang sejak 2003 meneliti ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal penelitian dimulai dengan pengujian preklinik. Hasil penelitian dipaparkan oleh Kepala Badan POM Drs Sampurno MBA di Jakarta, Rabu (10/3).
Ide penelitian berasal dari Badan POM dan mereka menunjuk Dr Drs Suprapto Ma’at MS. apoteker dari Patologi FK Unair untuk meneliti daun jambu biji.
Seperti diketahui, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kematian dan kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini pengobatan DBD masih bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.
Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di FK Unair yang menggunakan hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan jumlah sel hemopoetik terutama megakriosit pada preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik.
Hambat virus dengue
Daun jambu biji memang mengandung berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah dilakukan uji invitro ekstrak daun jambu biji di mana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat digunakan sebagai obat anti virus dengue.
Juga telah dilakukan uji awal berupa penelitian open label di beberapa rumah sakit di Jawa Timur (RS Jombang dan RS Petrokimia Gresik) pada penderita DBD dewasa dan anak-anak.
"Hasil penelitian dibagi-bagikan ke RS Jombang dalam bentuk 30 kapsul dan 30 sirup, lalu RS Petrokimia Gresik 20 kapsul dan 20 sirup. Ada yang sukarela mau mencoba," kata Suprapto.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk membuktikan khasiat dengan evidence based yang lebih kuat.
Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme kerjanya pada trombopoiesis. Juga terhadap aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF-Alfa olehmonosit dalam hubungannya dengan mekanisme penurunan permeabilitas pembuluh darah.
Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr Soetomo Surabaya/FK Unair, yang akan dipimpin oleh Prof Dr dr Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M Nasirudin dengan Dr Ugrasena untuk pasien DBD anak dan Prof dr Edy Soewandojo SpPD untuk pasien DBD dewasa.
Badan POM dalam waktu dekat juga akan melakukan kajian-kajian intensif dengan para pakar untuk mendukung tata laksana yang sekarang ini ada. Sampurno optimis karena daun jambu biji bahan bakunya sangat mudah diperoleh dan proses teknologinya sederhana. (LOK)

Cerpen 7

MUDIK


6 0ktober 2007
Aku memegangi gada-gada bambu dari terpaan angin. Sementara ayah membantuku dengan tali temalinya dan kain putih seukuran 4 x 5 meter agar warung tenda kami dapat berdiri tegak. Tak urung kulihat keringat bercucuran dan raut letih di wajahnya yang kian keriput. Ada sedikit sesal menyusup dalam benak. Bukan karena aku tak bisa seperti teman-temanku dengan baju, sepatu dan segala sesuatu yang serba baru di Idul Fitri yang tinggal menghitung hari. Melainkan karena aku tak mampu berbuat lebih untuk menolong ekonomi keluargaku.
Sempat ada pikiran untuk putus sekolah. Maksudku baik, untuk mengurangi beban ortu tapi ayah justru memarahiku. Menurutnya, apapun yang terjadi aku harus menyelesaikan studiku minimal sampai di jenjang SMA. Ayah tak mau aku hidup susah seperti dirinya yang SD saja tak tamat. Dan setidaknya aku berusaha memahami keinginannya.
Seperti kata banyak orang, Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Di sinilah aku dan keluargaku mengais rejeki tambahan. Mulai dari berjualan es kelapa muda sampai akhirnya kami mulai mendirikan tenda sejak H-7 menjelang lebaran. Tidak hanya kami yang melakukannya. Hingga sepanjang trotoar jalur pantura Brebes-Tegal tampak berjajar puluhan tenda yang menawarkan makanan maupun minuman. Bisa jadi itu sudah merupakan suatu tradisi dari tahun ke tahun dan dikenal dengan istilah warung tiban. Seperti halnya mudik yang tak dapat terlepas dari perayaan Idul Fitri.
***
10 Oktober 2007
Beberapa hari terakhir warung kami sepi. Nyaris tak ada pembeli meski seharusnya ini adalah puncak dari arus mudik. Aku tidak tahu, apa ini memang belum rejeki kami. Tapi kami tidak menyerah begitu saja. Masih ada dua hari sebelum lebaran. Setidaknya kami ingin mendapat sedikit uang untuk membeli sekilo ayam sebagai pendamping ketupat Sabtu nanti.
Tenda tetap kami dirikan. Aku bahkan rela menunggui warung ini dari pagi sampai malam bersama ayah dan adik laki-lakiku selama liburan sekolah. Untungnya adikku juga mengerti keadaan kami yang jauh dari berkecukupan dan dia tak banyak menuntut. Bukan hanya itu, kalaupun kali ini kami kurang beruntung, mungkin kami akan terus membuka warung tiban usai hari kemenangan. Siapa tahu arus balik akan mendatangkan rejeki bagi kami.
Senja telah datang. Meski langit mulai menebarkan bias jingga kemerahan, lalu lintas tak bisa dibilang lengang. Aku memperhatikan kendaraan satu persatu seraya berdoa dalam hati agar ada yang sudi mampir walau hanya untuk sepiring nasi. Namun yang kudapat hanya kepulan asap knalpot, hitam dan sesak.
Sayup-sayup adzan maghrib berkumandang. Aku melenguh setengah putus asa dan ayah tersenyum mencoba menyemangatiku sebelum ia dan adik akhirnya pamit pulang untuk sholat. Tak berapa lama kemudian terdengar deru motor melambat. Aku nyaris melompat kegirangan dan bergegas keluar, menyambut pembeli pertamaku hari itu.
“Sore, silakan mampir di tenda kami,” sapaku seramah mungkin.
Seorang lelaki muda yang sepertinya anak kuliahan turun dari motor bututnya yang super jelek, “Oh, tentu,” dia mendongak dan tampak mukanya berlepotan oleh debu tebal.
“Mari, Mas,” kataku lagi.
Pemuda itu mengikuti dan naik ke trotoar, duduk lesehan di atas tikar.
“Mau minum apa?”
Dan yang ditanya cuma garuk-garuk kepala, “Hari ini saya puasa,” gumamnya setelah berapa lama dan ia pun melanjutkan dengan nada malu, “Boleh saya minta segelas air untuk buka? Jujur, saya kehabisan ongkos dan sekarang saya tak ada uang sama sekali.”
Aku diam sebengong-bengongnya. Harapan untuk mendapatkan uang pupus sudah. Sekali pikiran jahat merasukiku, ‘Sial! Bukannya untung malah buntung’. Namun berikutnya terbersit rasa tak tega pada cowok itu. Setidaknya aku masih sedikit beruntung dan bisa buka puasa walau dengan lauk seadanya.
“Please?” pintanya memelas, “Segelas air putih juga nggak papa.”
Aku mematung. Iba itu kian berkecamuk dan tanpa sadar aku mengiyakan. Dengan perasaan aneh aku mengambil gelas dan mengisinya dengan teh dan es. Aku mengerling, mencuri-curi pandang. Pemuda itu meluruskan kakinya, setengah bersandar di tiang bambu. Matanya terpejam dalam desahan panjang. Terlihat ekspresi kelelahan yang terpancar jelas dari wajahnya. Entah kenapa kurasakan desir aneh yang tiba-tiba menggetarkan hatiku.
“Maaf, cuma ini yang bisa aku kasih. Es teh tanpa gula.”
“Makasih banyak ya. Ini udah lebih dari cukup,” ujarnya tersenyum lemah dan ia menenggak habis minumannya dalam hitungan detik seperti orang kehausan di padang pasir.
Aku melirik motor butut yang terparkir di luar. B, plat nomor Jakarta, “Mau mudik kemana nih?” tanyaku memecah keheningan.
“Jepara.”
Kemudian yang tertinggal hanya kebisuan yang amat janggal.
“Udah makan belum?”tanyaku dengan ketegangan yang sama. Cowok itu mendongak keheranan.
“Saya kan nggak punya uang.”
“Nggak papa. Lagian udah malam. Belum tentu juga nanti ada yang mau mampir ke sini.”
“Tapi—”
“Udah, anggap aja ini promosi. Siapa tau kamu bisa jadi penglaris warungku.”
“Bener nih?”
“Iya. Aku bakal berdosa banget biarin orang kelaparan setelah puasa seharian sementara di sini masih ada yang bisa dimakan.”
“Thanks,” pemuda itu mengangguk dan aku segera bangkit sebelum dilihatnya pipiku yang telah merona.
‘Setidaknya makanan ini takkan terbuang sia-sia. Begini lebih baik, kan jadi tidak mubadzir. Lagipula tidak ada salahnya bersedekah.’ batinku penuh kelegaan yang luar biasa.
“Sekali lagi makasih ya. Lain kali kalau kita ketemu, pasti semuanya aku bayar.”
Aku termenung. Mungkinkah akan ada lain kali? Dan hati kecil ini setengah berharap.
***
12 Oktober 2007
Bagi sebagian umat, ada yang meyakini 1 Syawal jatuh pada hari ini. Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Namun bagi masyarakat awam sepertiku, mungkin aku akan ‘ngikut’ keputusan pemerintah. Dan sekarang ini giliran adikku dan ibu untuk jaga warung. Sementara aku membonceng sepeda ayah ke pasar demi membeli keperluan dagangan dan beberapa ikat sayur mayur untuk menu besok.
Mentari mulai naik sampai terik di puncak kepala. Udara di sekitarku seakan kian gersang akibat polusi yang meningkat karena arus mudik. Lalu lintas demikian sesak dan padat merayap. Ditambah masa prebegan dan adanya pasar tumpah di kawasan Bangjo (perempatan lampu abang ijo). Semua itu harus membuatku menahan nafas berat.
Mudik! Mudik! Mudik!
Brebes, kotaku yang jarang terjamah keramaian, mendadak populer karena terletak di jalur pantura. Brebesku yang adem ayem pun menjadi hiruk pikuk dan macet berkepanjangan sampai puluhan kilometer layaknya kota metropolitan. Aku tak tahu apakah harus senang ataukah susah dengan keadaan ini. Kemacetan yang hanya terjadi menjelang dan usai lebaran cukup membuat kepala pening. Tapi karena mudik ini aku bisa membantu ayah berjualan di pinggir jalan. Dan karena mudik juga, aku bertemu pemuda yang entah siapa namanya ...
***
13 Oktober 2007
Suka cita kusambut Idul Fitri meski dengan segala keterbatasan ekonomi. Aku tak peduli kalaupun harus merayakannya di rumah sederhana ini dengan ketupat dan sayur lodeh, tanpa opor ayam atau makanan mewah lainnya. Namun banyak hal yang bisa aku syukuri tahun ini. Puasaku selesai dan yang paling penting, aku dapat berkumpul dengan keluargaku, lengkap dalam keadaan sehat walafiat. Mau disadari atau tidak, Ramadhan kali ini aku melihat beberapa umat dipanggil oleh Yang Maha Kuasa dan tak bisa lagi bertemu hari besar ini, ada pula yang terbaring di rumah sakit, ada juga yang kecelakaan ketika akan ke kampung halaman. Kalau sudah begitu apa artinya baju dan sepatu baru? Tak lebih berharga dari keluarga yang utuh dan berbahagia.
***
14 Oktober 2007
Hari kedua aku kembali mendirikan tenda bersama ayah. Sepi! Jangankan ada pembeli, kota ini serasa mati …
***
15 Oktober 2007
Tidak seperti kemarin. Sekarang arus balik mulai ramai. Kendaraan dari timur ke arah Jakarta terlihat cukup berarti walau belum terlalu banyak. Munkin ada yang berusaha menghindari kemacetan pada puncak arus balik yang diperkirakan terjadi beberapa hari ke depan. Tapi apalah artinya nilai kuantitas karena tidak semua pemudik singgah di tenda ini.
Langit mendung dan angin sedikit bertiup. Aku duduk di trotoar, membisu dengan kesendirianku. Cukup bagiku menatap kendaraan yang berlalu lalang. Di belakang, ayah masih sibuk menyiapkan beberapa menu jikalau ada yang mau singgah.
Sesuatu membuyarkan lamunanku. Ku dengar deru mobil yang melambat dan sedan hitam itu berhenti tepat di depanku. Perlahan aku bangkit, menyambutnya dengan gembira. Bagiku pembeli berarti rejeki. Pintu mobil terbuka disusul sosok-sosok perlente dengan busana muslim yang terlihat mahal.
“Selamat siang. Mari silakan,” sapaku beramah tamah dan seorang laki-laki muda menghampiriku. Aku masih saja tertunduk, agak kaget. Biasanya hanya pengemudi sepeda motor yang menyempatkan diri untuk makan di warung kami.
“Ya,” kata laki-laki itu dengan anggukan kepala. Mata elangnya bersinar dan dia sungguh sangat tampan, membuatku tak punya nyali untuk menatapnya, “Saya Reno dan saya sengaja kemari untuk memenuhi janji saya tempo dulu.”
Janji?
Aku masih terpaku, tak tahu apa maksudnya sampai ayah tergopoh-gopoh datang menyongsong.
“Silakan duduk, mau pesan apa?” tanya ayah tiba-tiba.
Seorang lelaki paruh baya berdehem, “Begini, Pak—sebenarnya saya atas nama Reno, anak saya, ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya atas kebaikan putri bapak,” sambungnya.
Ayah langsung memandangku penuh tanda tanya, “Ehm maaf—jujur saya nggak ngerti,” gumamku sama bingungnya.
“Saya yang beberapa hari lalu minta air pada Mbak untuk buka puasa. Dan Mbak juga menawari saya makan.”
Aku terhenyak. Segala sesuatu mendadak berputar di otakku layaknya gangsing.
Jadi pemuda dekil dengan motor butut yang waktu itu ternyata anak gedongan. Pikirku nyaris tak percaya. Kok bisa?
Aku menengadah, mencoba melihatnya lebih jelas. Memang benar! Dia mirip sekali dengan cowok itu. Cowok yang sempat membuatku berbunga-bunga. Dia cowok yang sama dengan pemuda kumal yang kelelahan dalam perjalanan mudik hingga berhenti di tendaku. Dan aku kembali merasakan gejolak aneh yang tak bisa kujelaskan.
“Bukan cuma itu, Reno juga bilang kalau masakan di sini enak sekali,” ungkap wanita berjilbab yang kelihatan lebih muda dari umur sebenarnya.
“Rencananya bulan depan Papa saya akan membuka Café di salah satu Mall di Tegal,” lanjut Reno, “Kami benar-benar membutuhkan koki yang handal. Dan saya percaya pada Bapak dan putri bapak. Itu juga kalau Bapak sekeluarga tidak keberatan.”
Jadi koki? Di Café?
Aku dan ayah saling berpandangan.
“Ten—tentu! Saya bersedia dan keluarga saya juga pasti nggak akan keberatan,” seru ayah bersemangat.
Reno dan orang tuanya tersenyum lega sementara aku belum bisa berkata-kata. Apa yang terjadi beberapa menit terakhir merupakan kejutan luar biasa yang sulit ku cerna.
“Lagipula saya yakin, Bapak akan bisa memenuhi selera masyarakat kota ini,” kata Papa Reno lagi.
“Sa—saya nggak tahu gimana membalas anugerah ini,” ucapku tergagap masih dengan mengheningkan cipta, “Tapi saya sungguh sangat berterima kasih.”
Reno tersenyum lebar dan menjabat tanganku. Sentuhan kecil itu menimbulkan ledakan luar biasa di relung hatiku. Tanpa sadar air mata bahagia menghalangi pandanganku. Mimpi apa aku semalam? Dapat rejeki sebesar ini. Bekerja di tempat elit seperti Café? Membayangkannya pun aku tak pernah. Dan kurasa kerja sama kecil ini akan lebih sering mempertemukanku dengan Reno. Tapi pantaskah aku mencintainya? Seperti pungguk yang merindukan bulan …