Setelah ovulasi, korpus luteum timbul dari transformasi sel-sel granulosa yang tinggal menjadi sel-sel lutein polihedral besar yang mensekresi estrogen dan progesteron, siklus hidup korpus luteum dapat dibagi menjadi empat stadium : proliferasi, vaskularisasi, maturitasi dan regrasi.
Pada mulanya kongesti kapiler dan perdarahan kedalam lapisan sel-sel granulosa diikuti oleh invasi kapiler dari sel-sel teka dan sel-sel granulosa yang mengalami luteinasi, walaupun perdarahan yang terjadi di dalam lumen biasanya tipe zonal. Perdarahan yang lebih ekstensif dapat meregang seluruh lumen dengan darah membentuk suatu hematoma korpus luteum. Folikel yang baru ruptur yang terisi materi kongulasi kemerahan disebut juga korpus hemarrhagicum. Kadang-kadang terjadi perdarahan intra peritoneal.
Stadium maturasi dimulai sekitar hari keempat setelah ovulasi korpus luteum mencapai puncak. Aktifitas fungsional sekitar hari kedelapan setelah ovulasi.
Apabila terjadi kehamilan perkembangan korpus luteum berlanjut di bawah pengaruh chorionic gonadotropin. Apabila konsepsi tidak terjadi korpus luteum mulai mengalami regresi sekitar hari kesembilan setelah ovulasi. Penurunan produksi estrogen dan progesteron menimbulkan perubahan-perubahan endometrium sehingga menyebabkan menstruasi.
Normalnya, interval dari ovulasi sampai mesntruasi cenderung stabil 14 hari variabilitas panjang siklus biasanya disebabkan oleh variasi dalam jumlah hari yang dibutuhkan untuk perubahan folikel dan pematangan sewaktu fase menjelang ovulasi. Namun kadang-kadang korpus luteum dapat menetap walaupun korpus tidak terjadi karena produksi estrogen dan progesteron berlarut, menstruasi tidak berhasil muncul pada waktu yang diharapkan, sindrom korpus luteum, persisten ini dapat dikacaukan dengan kehamilan muda.
Kista Korpus Luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebakan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul dan perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
Ada beberapa gejala kista korpus luteum
Seperti nyeri sewaktu haid, nyeri perut bagian bawah, sering merasa ingin buang air besar atau kecil, dan pada keadaan yang sudah berlanjut dapat teraba benjolan pada daerah perut. Jika menekan saluran kemih, usus, saraf atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, tumor akan menimbulkan keluhan susah kencing, gangguan pencernaan, seperti tidak bisa buang air besar, kesemutan atau kaki sering bengkak. Sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana terjadinya kista. Biasanya tumbuh sangat pelan dan sering terjadi keganasan pada umur lebih dari 45 tahun. Dari keempat kista ini paling banyak dan justru sering mengecil sendiri seiring dengan membaiknya keseimbangan hormonal adalah kista fungsional. Kewaspadaan terhadap kista yang bersifat ganas dilakukan bila :
1. Kista cepat membesar
2. Kista pada usia remaja atau pasca menopouse
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4. Kista dengan bagian padat
5. Tumor pada ovarium
Faktor yang menyebabkan kista
Faktor genetik juga berpengaruh. Ada sebagian orang yang secara genetik lebih besar kecenderungannya untuk menderita kanker, adapula orang yang secara genetik lebih kecil kemungkinannya. Sebab itu, jika dalam riwayat kesehatan keluarga kita ada beberapa orang yang diketahui menderita kanker, misalnya ayah, ibu, kakak, paman bibi, kakek, nenek dan lain-lain, maka kita harus lebih waspada menghindari faktor-faktor lain yang dapat memicu kanker. Harus lebih selektif memilih makanan yang sehat, lebih teratur berolahraga, jangan merokok, dan hindari hidup diantara para perokok.
Dengan laporoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan kista atau mengambil bahan percontohan untuk biopsi.
Terapi yang diberikan yaitu :
1. Pendekatan acoewait and seea
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovuasi teratur, tanpa gejala dan hasil USG menunjuan kista berisi cairan, dokter tidak mmberikan pengobatan apapun dan menyarankan intuk pemeriksaan USG ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pasca menopouse jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
2. Pil Kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 sikluas haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan kanker, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kista tersebut merupakan kanker, dokter akan menyarankan tindakan histeroktomi ovarium.
Rabu, 08 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar