A. Definisi
Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan antara 28-36 minggu. (Wiknjosastro, 2002 : 314).
Persalinan pretern adalah persalinan yang terjadi pada umur kehamilan 20-37 minggu (Mansjoer, 2000 : 274).
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi dibawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram (Manuaba, 1998 : 221).
B. Etiologi
Menurut Surasmi (2003) bahwa penyebab persalinan prematur dibagi 3 yaitu :
Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum yaitu PE dan Eklamsi.
b. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bicornis, incompeten serviks).
c. Tumor (misal : mioma uteri, sistoma).
d. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1) Akut dengan gejala panas tinggi (tifus abdominalis, malaria).
2) Kronis (TBC, penyakit jantung).
e. Trauma pada masa kehamilan
1) Fisik (misal : jatuh).
2) Psikologis (misal : stress).
f. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
g. Placenta (misal : placenta previa, soluti placenta).
Faktor Janin
a. Kehamilan ganda
b. Hidramnion
c. KPD ( ketuban pecah dini)
d. Cacat bawaan
e. Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis)
f. Insufisiensi placenta
g. Inkompatibilitas darah ibu dan janin (factor rhesus, golongan darah A, B, O)
Faktor placenta
a. Placenta previa
b. Solusio placenta
C. Tanda dan Gejala
Pada kehamilan kurang dari 37 minggu terjadi kontraksi uterus yang teratur, semakin kuat dan sering, disertai tanda persalinan normal lainnya, dankemudian diikuti dengan lahirnya bayi yang belum cukup umur dengan berat badan 2500 gram (Dinkes, 2001 : 40).
Menurut Herron (1982) bahwa keluhan dan gejala lain yang dapat membantu menegakkan diagnosis dini wanita hamil dengan resiko untuk persalinan preterm :
a. Keluarnya mucus dari serviks, sering sedikit berdarah.
b. nyeri punggung bawah
c. tekanan panggul yang disebabkan oleh desensus janin
d. kram mirip menstruasi
e. kram intestinal dengan atau tanpa diare.
D. Diagnosa
Menurut Mansjoer (1999) bahwa diagnosa dari persalinan prematur ada 2 yaitu :
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum : tampak wajah pucat, pembesaran kelenjar lympe di belakang telinga.
b. Pemeriksaan abdomen : TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hb 7% gram
b. USG : TBJ = 2325 gram
E. Penanganan
Menurut Syaifuddin (2001), bahwa penanganan persalinan prematur ada 2 yaitu :
Penanganan umum
a. Lakukan evaluasi cepat keadaan umum ibu.
b. Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.
Penilaian khusus
a. Penilaian klinik
1) Kriteria persalinan premature antara lain kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginan dan diikuti salah satu berikut ini:
2) Pada periksa dalam :
a) Pendataran 50 - 80% atau lebih.
b) Pembukaan 2 cm atau lebih.
3) Mengukur panjang serviks dengan vaginal proses USG :
a) Panjang serviks kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan premature.
b) Tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan menghalangi terjadinya persalinan premature.
c) Cara edukasi pasien bahkan dengan monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam insidensi kelahiran premature.
b. Penanganan
Perlu dilakukan penilaian tentang :
1) Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis daripada berat janin.
2) Demam atau tidak.
3) Kondisi janin (jumlahnya, letak/presentasi, taksiran berat janin, hidup/gawat janin/mati, kelainan congenital, dan sebagainya) dengan USG.
4) Letak plasenta perlu diketahui untuk antisipasi irisan seksio sesarea.
5) Fasilitas dan petugas yang mampu menangani calon bayi terutama adanya seorang neonatalogis, bila dirujuk sesuai dengan prinsip penanganannya.
6) Coba hentikan kontraksi uterus/penundaan kelahiran, atau
7) Siapkan penanganan selanjutnya
8) Upaya menghentikan kontraksi uterus :
a) Pemberian obat
Kemungkinan obat - obat tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting untuk dipakai memberikan kortikosteroid sebagai induksi maturitas paru bila usia gestosis kurang dari 34 minggu.
Intervensi ini bertujuan untuk menunda kelahiran sampai bayi cukup matang. Penundaan kelahiran ini dilakukan bila :
· Umur kehamilan < 35 minggu
· Pembukaa.n seviks < 3 cm
· Tidak ada amnionitis, preeklampsia atau perdarahan yang aktif.
· Tdak ada gawat janin.
b) Perawatan di RS
Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan eyaluasi terhadap hisdan pembukaan.
· Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin.
· Berikan 2 dosis betamethason 12 mg IM selama 12 jam (berikan 4 dosis deksamethason 5 mg IM selama 6 jam).
· Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas.
Pemberian antibiotika, mungkin berhasil pada kasus dengan resiko infeksi tinggi. Organisme yang menyebabkan adalah golongan aerob Gram (+) dan (-), anaerob dan lain - lain yang berasal dari :
· Biasanya flora normal dari vagina/rectum.
· Kadang eksogen akibat tindakan yang aseptic (grup A streptokokus).
Obat tokolitik yang dianjurkan :
Berikan obat-obatan tokolitik tidak > 48 jam. Monitor keadaan janin dan ibu (nadi, tekanan darah, tanda distres nafas, kontraksi uterus, pengeluaran cairan ketuban atau cairan pervaginan, djj, gula darah).
c. Persalinan berlanjut
Bila tokolitik tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus bila :
o Umur kehamilan lebih dari 35 minggu.
o Serviks membuka lebih dari 3 cm.
o Perdarahan aktif.
o Janin mati dan adanya kelainan congenital yang kemungkinan hidup kecil.
o Adanya khorioamnionitis.
o Preeklampsia.
o Gawatjanin.
Monitor kemajuan persalinan memakai partograf. Hindarkan pemakaian vakum untuk melahirkan (sebab resiko perdarahan intrakranial pada bayi premature cukup tinggi).
F. Komplikasi
Menurut Syaifuddin (2001), bahwa komplikasi persalinan premature ada 2 yaitu :
Terhadap ibu
a. Tidak terlalu berbahaya
b. Kemungkinan kehamilan premature kembali terulang
Terhadap janin
a. Mudah terkena infeksi
b. Perkembangan dan pertumbuhannya sering terlambat.
G. Prognosa
Menurut Syaifuddin (2001), bahwa prognosanya sebagai berikut :
Partus premature merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting, kejadian ± 7% dari semua kelahiran hidup.
H. Pencegahan
Menurut Manuaba (1998), bahwa pencegahan persalinan premature ada 3 yaitu :
Ibu harus mempersiapkan diri untuk hamil.
Lakukan pemeriksaan intensif
Mengatur jarak kehamilan.
Selasa, 07 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar