Selasa, 03 Februari 2009

Penyakit Menular Seksual

HIV DAN AIDS
Sejumlah infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV) terdiagnosis baru di tahun 2000 merupakan yang tertinggi sejak pelaporan dimu-lai dan jumlah infeksi yang didapat baru adalah melalui hubungan seksual heteroseksual. Kira-kira 30.000 orang hidup dengan HIV di Inggris, sepertiganya tidak terdiagnosis (DoH, 200 Ib).
Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran bayi bisa meru­pakan kejadian yang sangat emosional. Ibu akan merasa sangat was­pada terhadap penyakitnya yang serius dan kemungkinan bayinya akan dilahirkan positif HIV. Penularan intrauterin dapat terjadi se-lama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. Diperkirakan bahwa ibu yang baru saja terinfeksi, atau ibu yang menderita sindrom imnun-odefisiensi didapat (AIDS) lebih besar kemungkinannya mendapat bayi yang terinfeksi (AVERT, 2003). Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitif dari semua staf, bimbingan, dan waktu khusus un­tuk bicara. Ibu mungkin meminta kamar samping tetapi banyak ibu lain ingin bersama orang tua baru lainnya dan tidak dipisah-kan. Kerahasiaan adalah vital.

Tanda dan gejala
AIDS merupakan manifestasi lanjut HIV. Selama stadium HIV in-dividu bisa saja merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka men-denta penyakit. Pada stadium lanjut, sistem imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi oportunistik dan mereka terus-menerus menderita penyakit minor dan mayor karena tubuhnya tidak mampu memberi pertahanan. Pada masa sekarang tidak ada Penyembuhan (AVERT, 2003).
Angka infeksi pada bayi sekitar 1 dalam 6 bayi (DoH, 200 Ib).
Skrining dan pengobatan
skrining semakin pro-aktif dilakukan pada ibu hamil sebagai bagian sasaran nasional pemerintah untuk mengurangi jumlah penularan ibu ke-anak sampai 80% (DoH, 200 Ib) HIV didiagnosis dengan uji darah antibodi. Namun, masih terdapat fenomena jendela sekitar 3 bulan untuk penderita HIV, sampai terdeteksi adanya antibodi dalam darah (AVERT, 2003).
Meskipun kondisi ini tidak dapat disembuhkan, namun terapi obat, seperti terapi dengan antiretrovirus, tampaknya berhasil dalam menunda atau mengurangi beratnya infeksi dan mengurangi risiko penularan vertikal HIV dari ibu ke bayi (Shaffer et al., 1999; Brock lehurst, 2002a).

Asuhan dalam persalinan
· Praktisi harus menerapkan kewaspadaan universal apa pun sta­tus HIV klien, lihat "Penanggulangan infeksi /pencegahan infek­si silang" pada awal bab ini.
· Sesaria elektif dapat mengurangi risiko penularan ke bayi sampai 50% sehingga ini merupakan cara kelahiran yang direkomendasikan.
· Bila ibu memutuskan untuk melahirkan atau risiko HIV-nya tinggi tetapi tidak diketahui, maka yang berikut harus dipertimbangkan.
ü Shaffer et al. (1999) menemukan bahwa bila zidovudin diberikan per oral, tiap 3 jam dalam persalinan, akan menghasilkan keberhasilan 37%-50% dalam pencegahan angka transmisi ver­tikal.
ü Perdarahan antepartum/intrapartum, kelahiran instrumental atau trauma saluran genital berat diperkirakan meningkatkan risiko penularan (Irving & Humphreys, 2000).
ü Hindari prosedur invasif termasuk episiotomi, elektroda kulit kepala janin, dan pemecahan ketuban artificial.
ü Risiko penularan vertikal meningkat bila membran ruptur lebih dari 4 jam risiko ini meningkat secara bermakna ( & Smaill, 2000).

Asuhan setelah kelahiran
· Menyusui meningkatkan dua kali risiko penularan sehingga susu buatan sangat direkomendasikan (Dunn et al., 1992).
· Bayi yang positif HIV tidak selalu mengalami gejala sampai umur beberapa bulan atau tahun. Namun, ibu/orang tua mungkin tetap berharap agar bayinya dapat diuji dengan uji darah khusus yang dikenal sebagai reaksi rantai polimerase (polymerase chain reac­tion, PCR). Uji yang sensitif ini dapat mendeteksi virus HIV sendiri dan bayi dapat dilakukan uji pada usia 3 bulan, kadang lebih dini (AVERT, 2003).
· Orang tua harus dinasihati mengenai potensi manfaat bagi bayi untuk memulai terapi antiretroviral setelah lahir (AVERT, 2003).

SIFILIS
Sifilis masa kini meningkat sesuai dengan peningkatan HIV (DoH, 200 Ib). Karena skrining dan pengobatan antenatal rutin, maka efek tragis penyakit ini bagi bayi sekarang menjadi jarang (Wang & Smaill, 2000).
Sifilis, yang gejala awalnya "minor", sering kali berkembang tanpa dilaporkan. Bila penyakit ini dibiarkan tanpa penanganan, penu­laran dapat terjadi selama kehamilan yang biasanya selama trimester ketiga atau selama kelahiran. Risiko bagi bayi bisa sangat berat dan sampai keguguran, lahir mati, kelahiran preterm, dan angka kematian perinatal 20% (Wang & Smaill, 2000).

Tanda dan gejala
· Primer — tukak tidak nyeri (syangker) muncul selain pembesaran limfonodi.
· Sekunder — ruam di sekitar vulva/anus dan pembesaran limfonodi.
· Sifilis tersier mengenai sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.

Skrining dan pengobatan
· Sifilis diuji saring dengan melakukan uji darah yang biasanya dilakukan pada ibu secara rutin pada saat pertama mendaftar.
· Penanganan meliputi dosis besar penisilin (atau eritromisin) selama 14-21 hari (Walker, 2002).
· Setiap pasangan seksual sebelumnya harus dihubungi dan ditangani (Enkin, 2000).

Asuhan setelah kelahiran
· Bila keadekuatan pengobatan pada ibu tidak diketahui, atau bila ibu tidak mendapat penisilin, ibu harus mendapatkan terapi (Walker, 2002).
· Di antara bayi yang selamat, banyak yang menderita sifilis kongenital yang dapat menyebabkan kecacatan fisik dan retardasi mental (Enkin, 2000).

GONORE
Gonore dapat ditularkan bayi melalui saluran genital selama kela­hiran. Risiko bagi bayi meliputi oftalmia neonatorum gonorikadan infeksi neonatal sistemik. Risiko bagi ibu meliputi endometritis dan sepsis pelvis (Brocklehurst, 2002b).

Tanda dan gejala
Gonore dapat menyebabkan terbentuknya cairan purulen dari va­gina dan uretra, dan nyeri membakar saat mengeluarkan urine teta­pi biasanya tidak bergejala.

Skrining dan pengobatan
· Penyaringan biasanya tidak rutin tetapi pada setiap ibu dengan riwayat risiko tinggi aktivitas seksual, atau menderita penyakit menular seksual lainnya, maka penyaringan harus dilakukan (Wang & Smaill, 2000).
· "Standar emas" uji adalah dengan swab serviks yang dikirim untuk kultur, lebih disukai diambil saat mendaftar (Wang & Smaill, 2000).
· Pengobatan; penisilin, atau bila resisten, sefalosporin generasi ketiga (Brockleburst, 2002b).

Asuhan setelah kelahiran
· Oftalmia gonokokus muncul sebagai konjungtivitis berat atau mata lengket, dan biasanya jelas pada bayi baru lahir 2-5 hari setelah lahir. Ini dapat mengakibatkan adesi kornea yang meng­akibatkan kebutaan bila tidak ditangani (Silverton, 1993). Penanganan bayi dengan penisilin, tetrasiklin, atau eritromisin lebih disukai dari perak nitrat dan juga lebih efektif terhadap Chlamydia (Broklehurst, 2002b).

KLAMIDIATRAKOMATIS
Chlamydia terjadi sampai pada 12% ibu. Bila didiamkan tanpa penanganan dapat mengakibatkan penyakit radang panggul yang dapat mengakibatkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Penyakit ini bisa berhubungan dengan kanker serviks (DoH, 2001b). Risiko bayi meliputi aborsi, kelahiran preterm, dan penularan melalui kon-tak dengan sekresi vagina yang terinfeksi saat kelahiran.

Tanda dan gejala
Chlamydia biasanya tidak bergejala meskipun beberapa ibu mengalami nyeri dan tidak nyaman akibat servisitis atau sindrom uretra (DoH, 200Ib).

Skrining dan pengobatan
· Skrining meliputi swab Chlamydia serviks.
· Pengobatan dengan eritromisin atau amoksilin dalam kehamilan. Tetrasiklin efektif tetapi dikontraindikasikan selama kehamilan (Blocklehurst & Rooney, 2000).

Asuhan setelah kelahiran
Chlamydia merupakan penyebab tersering konjungtivitis dan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak ditangani (Brocklehurst & Rooney, 2000). "bayi baru lahir bisa mendapat infeksi melalui jalan lahir dengan kemungkinan 18-50% mengalami konjungtivitis dan 3%-18% kesempatan menderita Chlamydia pneumonia (Brocklehurst x, Rooney, 2000).


HERPES SIMPLEKS II
Herpes simpleks II adalah virus menular seksual, jarang tetapi serius yang bisa tetap tidak aktif sampai orang mengalami stres atau tidak sehat. Biasanya merupakan kondisi kronis dan kambuhan dan bisa berat bagi bayi baru lahir (Irving & Humphreys, 2000).

Tanda dan gejala
· Infeksi herpes primer menyebabkan demam ringan dan perasaan tidak sehat.
· Muncul lesi yang nyeri sekitar genitalia internal dan eksternal/ser-viks, dengan ulserasi, biasanya sembuh dalam 3 minggu.

Skrining dan pengobatan
· Pengeluaran virus tidak dapat didiagnosis dengan uji darah atau kultur, hanya dengan visualisasi lesi (Enkin, 2000).
· Kutil dapat ditangani dengan laser, diatermi, krioterapi, atau ni­trogen cair.
· Asiklovir dapat mempercepat penyembuhan tetapi tidak kuratir (Enkin, 2000).

Asuhan dalam persalinan
· Herpes aktif bisa terdiagnosis dengan inspeksi klinis di aaeran genital untuk lesi yang tampak (internal dan eksternal) pada saa awitan persalinan atau pecah ketuban spontan (Irving & rlu phreys, 2000).
· Risiko penularan ke bayi diperkirakan 50% bila ibu menderitaserangan herpes primer saat kelahiran.
· Seksto sesaria merupakan satu-satunya indikasi bila inreksi aktif sehingga lesinya jelas (Enkin, 2000).

Asuhan setelah kelahiran
· Bayi harus dilakukan skrining untuk infeksi ini dan ditangani bila perlu.
· Pada bayi yang terinfeksi, terdapat angka mortalitas 50% (Irving & Humphreys, 2000).
· Kerusakan saraf pusat dan kerusakan mata dapat terjadi (Enkin, 2000).

HEPATITIS B
Hepatitis B adalah virus yang ditularkan melalui darah yang menyebabkan inflamasi hepar. Ibu bisa mendapat hepatitis dari paparan darah terinfeksi seperti pada penggunaan obat IV atau transfusi darah. Beberapa strain hepatitis bersifat endemis pada bebera-pa negara termasuk Asia Tenggara. Sekitar 25% pembawa akan menderita komplikasi yang mengancam jiwa termasuk penyakit hepar kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler primer (Irving & Humphreys, 2000).

Tanda dan gejala
Hepatitis B ditandai dengan ikterik, malaise, demam ringan, muntah, dan anoreksia.

Skrining dan pengobatan
· Setiap orang dengan riwayat ikterik, atau berasal dari kelompok resiko tinggi, harus dilakukan skrining.
· Sampai sekarang belum ada pengobatan untuk kondisi ini.
· Pencegahan dengan vaksinasi individu yang kemungkinan berisiko, seperti bayi yang lahir dari ibu yang menderita hepatitis dan carrier seperti bidan dan dokter obstetri.

Asuhan dalam persalinan
· Hepatitis infeksiosa dapat mencetuskan persalinan preterm
· Klinisi harus melakukan kewaspadaan universal apa pun hepatitis pasien. Lihat "Penanggulangan infeksi/pencegahan infeksi silang" di awal bab ini.
· Hindari prosedur invasif termasuk pemecahan ketubah artifisial elektroda kulit kepala janin, dan episiotomi.
Asuhan setelah kelahiran
· Setiap bayi yang dilahirkan ibu yang menderita hepatitis B harus diberikan vaksinasi segera setelah lahir dan tidak lebih dari 24 jam setelah kelahiran.
· Dokter pediatrik harus mendiskusikan tentang vaksinasi dengan orang tua sebelum kelahiran. Bila orang tua memberikan persetujuan agar bayi mereka boleh mendapatkan vaksinasi maka dokter kemudian dapat memberikan resep agar jangan sampai terlambat saat pemberiannya setelah persalinan.
· Untuk perlindungan optimal pada bayi baru lahir, vaksinasi harus diulang pada usia 1 dan 6 bulan. Irving & Humphreys (2000) melihat bahwa ambilan setelah vaksinasi masih rendah.

Rangkuman
· Standar dasar kewaspadaan universal harus tetap dijalankan, tidak hanya pada ibu yang status infeksinya diketahui.
· Hubungkan dengan spesialis penanggulangan infeksi.

Infeksi akut
· Rujuklah ibu ke tim obstetrik bila ada tanda infeksi.
· Peningkatan ringan suhu maternal dan takikardia biasanya merupakan tanda paling dini infeksi.
· Tiap ibu dengan demam dan cairan berbau menyengat mem lukan penyaringan segera dan dimulainya antibiotika parenter darah swab yang sesuai, dan yang lainnya harus diambil unt skrining.
· Observasi bayi saat lahir tentang adanya tanda infeksi. Bayi dengan setiap gejala (Kotak 9.3) memerlukan pengkajian segera agar bisa dilakukan penanganan.
· Terapkan prosedur penanggulangan infeksi baku untuk mencegah infeksi, kontrol staf serta ibu lain dan bayinya.
· Orang tua harus waspada mengenai apa yang harus dicari pada bayi yang tampak tidak sehat dan siapa yang perlu dihubungi. Terutama penting bagi bayi yang dilahirkan di rumah, dipulang-kan dini, atau dilahirkan ibu dengan potensial risiko infeksi.

Infeksi kronis
· Banyak klien dengan HIV atau hepatitis status infeksinya tidak diketahui dan, yang seperti ini, mempunyai risiko menularkan infeksi pada orang lain, terutama bayi yang belum dilahirkannya.
· Orang tua mungkin memerlukan dukungan dan penjelasan bila bayi mereka dilahirkan tidak sehat karena menderita infeksi.

Tidak ada komentar: