Selasa, 31 Maret 2009

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

DEFINISI
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim yang terganggu sehingga dapat terjadi abortus dan berbahaya bagi wanita tersebut. (Mochtar, 1998 : 226).
KLASIFIKASI
Menurut Mochtar (1998 : 227), klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan ektopik adalah:
Kehamilan tuba
a. Intestinal (21%)
b. Isthmus (25%)
c. Ampula (55%)
d. Fimbria (17%)
Kehamilan ovarial (0,5%)
Kehamilan abdominal (0,1 %)
a. primer
b. sekunder
Kehamilan tuba ovarial
Kehamilan intra ligamenter
Kehamilan servikal
Kehamilan tanduk rahim rudimenter
ETIOLOGI
Menurut Cuninggham (1999 : 399) bahwa etiologi KET dibagi tnenjadi 3 faktor yaitu:
Faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang telah dibuahi kedalam kavum uteri.
a. Salpingitis
b. Adhesi peritubal atau perlekatan tuba
c. Kelainan pertumbuhan embrio seperti tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
d. Kehamilan ektopik sebelumnya
e. Pembedahan sebelumnya pada tuba
f. Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali
g. Tumor yang mengubah bentuk tuba
h. Endometriosis
i. Pemakaian IUD
Faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi ke dalam kavum uteri
a. Migrasi eksternal ovum dan migrasi internal ovum
b. Pada wanita dengan satu ovarium
c. Refluks menstrual
d. Berubahnya motilitas tuba.
Faktor lain
a. Kelainan zigot yaitu kelainan kromosom dan malformasi
b. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral
c. Aborsi tuba
d. Pembesaran ovarium
e. Pemakaian antibiotik pada infeksi tuba, tuba akan menyempit
f. Pada wanita dengan umur berkisar 30 tahun.
PATOGENESIS
Menurut Arief Mansjoer (2000:233), bahwa patogenesis dari KET sebagai berikut ;
Kehamilan intra uterin dapat terjadi bersamaan dengan kehamilan ektopik disebut combine ectopic pregnancy bila terjadi bersamaan dan compound ectopic pregnancy bila kehamilan ektopik terjadi lebih dahulu dengan janin sudah mati.
Hasil konsepsi bernidasi di kolumnar dan inter kolumnar dan biasanya akan terganggu pada kehamilan 6-10 minggu berupa :
a. Hasil konsepsi mati dan diresorpsi
b. Terjadi abortus tuba
c. Terjadi ruptur tuba
GEJALA KLINIS
Menurut Mochtar (1998 : 231) bahwa gejala klinik yang tetjadi pada KET yaitu sebagai berikut ;
nyeri pelvis dan abdomen
amenorea
perdarahan pervaginam
perubahan uterus
tekanan darah turun
peningkatan denyut nadi
syok hipovolemik
suhu tubuh normal atau turun
terdapat masa dipelvik
hematokel pelvis
nyeri pada bahu
tanda Cullen yaitu sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam
pada pemeriksaan dalam ditemukan :
a. adanya nyeri tekan pada porsio dan serviks
b. rasa nyeri hebat pada penekanan kavum douglas atau douglas crise
c. kavum douglas teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
pucat atau anemis
perut kembung
sinkope
mual dan muntah serta pembengkakan pada payudara.
DIAGNOSA
Menurut Mochtar (1998 : 235) bahwa diagnosa KET dapat ditegakkan dengan cara sbb:
Anamnesa tentang trias KET
a. Terdapat amenorea dan tanda gejala hamil muda
b. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan
c. Terdapat perdarahan per vaginam
Pemeriksaan fisik umum
a. Penderita tampak anemis, sakit dan pucat
b. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma, tidak sadar
c. Daerah ujung dingin
d. Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah turun sampai syok
e. Pemeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan bebas – daerah nyeri saat perabaan.
Pemeriksaan khusus melalui vaginal
a. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks;
b. Kavum douglas menonjol dan nyeri
c. Mungkin teraba tumor disamping uterus
d. Pada hematokel, tumor dan uterus sulit dibedakan
Pemeriksaan laboratorium
a. Hb turun setelah 24 jam
b. Entrosit meningkat
c. Hematokrit turun
d. Leukosit <>DIAGNOSA BANDING
Menurut Mochtar (1998 :233) bahwa diagnosa banding dari KET yaitu :
Abortus iminens dari kehamilan intrauteri
Infeksi pelvis
Korpus luteum persisten dengan perabaan intra abdominal
Salpingitis
Appendisitis
Ruptur korpus luteum
Gangguan gastro intestinal seperti gastroentritis
Mioma sub mukosa yang terpelintir
Retrofleksi uteri gravida inkarserata
Ruptur pembuluh darah mensenterium
KOMPLIKASI
Menurut Mochtar (1998 :234) komplikasi dari KET sbb :
Bila ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu) akan terjadi perdarahan berulang (reccurent bleeding)
Infeksi
Sub ileus karena massa pelvis
Sterilitas
Abortus tuba atau ruptur tuba
PROGNOSIS
Menurut Mochtar (1998 : 235) bahwa prognosis dari KET sbb :
Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dini dan fasilitas daerah yang cukup.
Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami KET dapat menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan menjadi lebih tinggi.
Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 - 14,6%
Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.
SIKAP BIDAN BILA MENEMUI KET
Menurut Manuaba (1998 : 235) bahwa sikap bidan bila menemui wanita dengan KET yaitu:
Persiapan mengirim pasien ke puskesmas, dokter atau RS
Pasang infus cairan pengganti
Siapkan donor darah keluarga
Sedapat mungkin di antar ke fasilitas yang lebih tinggi
Observasi ketat
PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT
Menurut Arief Manjoer (2000: 269) bahwa penatalaksanaan terhadap wanita dengan KET di RS yaitu sbb :
Rawat inap segera untuk penanggulangannya.
Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki KU dengan pemberian cairan yang cukup (D 5%, glukosa 5%, garam fisiologis) dan transfusi darah bila ada indikasi untuk hipovolemia atau anemia.
Segera setelah diagnosa ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.
Tindakan operatif pada tuba dapat berupa :
a. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi
b. Salpingektomi yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut
Berikan antibiotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum luas seperti :
a. Sulbesilin secara IV dosis 3x1 gram
b. Gentamisin secara IV dosis 2 x 80 gram
c. Metronidazole secara IV dosis 2x1 gram
d. Ceftriaxone secara IV dosis 1 x 1 gram
e. Amoksilin dan klavulaik acid secara IV dosis 3 x 500 mg
f. Klindamisin secara IV dosis 3 x 600 mg
Untuk nyeri pasca tindakan dapat diberikan
a. Ketoprofen 100 mg supositoria
b. Tromodal 200 mg secara IV
c. Pethidin 50 mg secara IV
Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari
Konseling pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi reproduksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai
d. Asuhan mandiri selama dirumah
e. Jadwal kunjungan ulang

Tidak ada komentar: