Kano itu berwarna hitam dan rasanya cukup kuat. Terbuat dari tanduk rusa dan mungkin cukup untuk beberapa orang. Dengan kekuatan sihir Blue Fly, kano itu mendayung dengan sendirinya. Dan peri kecil itu seakan mewajibkan Nancy untuk duduk tenang saja di kano itu.
“Memangnya kau akan membawaku kemana, Blue Fly?” Nancy angkat bicara. Ia berpegangan erat erat pada kedua sisi kano. Mungkin ia sedikit gentar karena ini pertama kalinya ia naik ke atas perahu.
“Ke teluk Danderloin, Yang Mulia.”
“Maksudmu muara ketiga sungai ajaib?” tanya Nancy dengan nada terkejut.
“Teluk Danderloin adalah batas antara Laxiance dan Archiecarias,” jelas Blue Fly yang masih melayang di atas Nancy.
Kano itu membelah sungai dan meninggalkan riak riak kecil di belakangnya. Air sungai Buttermilk itu berwarna putih layaknya susu dan arusnya tidak terlalu deras. Berbeda dengan sungai sungai di dekat air terjun danau duyung.
Nancy terkesima ketika mereka hampir sampai di teluk Danderloin. Olive river di samping kanannya bersinar keemasan. Dan honeyburn river berkilau merah kecoklatan. Ketiga sungai itu bertemu dan menyatu di muara teluk Danderloin yang membentuk delta. Cahaya ketiga sungai itu membias di atas muara Danderloin dan membentuk pelangi yang indah.
“Woow!” mulut Nancy ternganga dan selama beberapa menit ini tak berkedip menyaksikan pemandangan menakjubkan di hadapannya.
“Itu adalah gerbangnya, Yang Mulia,” Blue Fly menunjuk ke arah pelangi yang berbentuk setengah lingkaran.
Nancy masih terus terpana saat mereka menerobos pelangi itu di muara sungai dan memasuki teluk Danderloin.
“Kita sudah hampir sampai di pelabuhan Laxiance,” kata Blue Fly lagi, “Tapi saya rasa saya harus merubah pakaian Anda agar tidak mencolok.”
“Melakukan penyamaran maksudmu?”
“Benar sekali,” Blue Fly menjentikan jarinya dan cahaya putih perlahan lahan menyelimuti tubuh Nancy. Gaun indah itu berubah menjadi pakaian putih seperti milik Heliost. Nancy membentangkan tangannya dengan bingung.
“Saya pikir, lebih baik Anda terlihat sebagai laki laki agar tak ada yang mengganggu Anda,” Blue Fly memberi penjelasan, “Oh ya rambut Anda,” dan ia kembali menggerakkan jarinya. Dalam sekejap rambut panjang Nancy berubah menjadi pendek.
“Ya ampun,” Nancy mengerang, “Hampir tiga tahun aku memanjangkan rambutku. Rasanya sayang sekali.”
“Tenang saja, Yang Mulia. Saya dapat membuat rambut Anda seperti semula,” Blue Fly tertawa kecil tapi suaranya terdengar melengking tinggi, “Tapi saya tak bisa menutup lambang Laxiance di tangan Anda. Dan lebih baik Anda jangan membuat siapa pun melihat tanda lahir itu.”
Nancy membalikkan telapak tangan dan memandanginya lama sekali, “Aku mengerti,” ia pun mengepalkan tangannya erat erat.
Mereka mengarungi teluk Danderloin. Airnya berwarna biru tua dan berpendar indah. Sungguh masih begitu alami. Berbeda sekali dengan laut di masa depan yang sudah tercemar. Di teluk itu tampak beberapa perahu layar yang membawa bawa perahu itu ke tengah lautan. Di ujung sana terlihat pelabuhan yang penuh dengan manusia dan itu artinya Nancy sudah hampir sampai ke Laxiance.
“Apa Fortescue tinggal di istana Laxiance?” tanya Nancy saat Blue Fly membuat kano itu menepi di dermaga kayu.
“Tidak, Yang Mulia, Big castle ditempati pejabat dan petinggi Laxiance yang lain. Mereka selalu setia pada Anda. Dan selama Anda tidak ada, Amoze yang mengatur istana dan kebijakan Laxiance,” Blue Fly membant Nancy naik ke dermaga,” Fortescue tinggal di Black Burdock. Tapi pengaruhnya cukup meluas dan dia membuat Laxiance di penuhi kegelapan.”
Nancy berjalan menyusuri dermaga dan ia memandang berkeliling pelabuhan. Ia melihat begitu banyak manusia tidak seperti di Archiecarias yang dipenuhi makhluk gaib.
Entah mengapa ada rasa rindu menyeruak dalam hatinya. Rasa rindu untuk kembali ke istana dan rasa rindu pada rakyatnya, “mereka semua rakyatku?” gumamnya terharu.
“Ya, Yang Mulia.”
Nancy memperhatikan orang itu satu persatu. Baik laki laki maupun perempuan berpakaian aneh. Terlihat sangat kuno. Yang perempuan hampir semuanya berambut ikal berpilin. Semua itu mengingatkannya pada orang orang pada kerajaan Eropa jaman dulu.
“Mereka kelihatannya bekerja sangat keras,” kata Nancy terus memperhatikan mereka, “jika melihat mereka, siapa yang menyangka kalau Laxiance dalam bahaya.”
“Tuan Heliost, Amoze dan pengikut Anda selalu berusaha mempertahankan Laxiance dari Fortescue. Tapi Fortescue terlalu kuat dan licik. Dia berhasil menguasai Laxiance bagian barat.”
“Lalu bagaimana dengan nasib rakyat?”
“Mereka mengungsi ke Ibu kota,” sahut Blue Fly. Dilihatnya Nancy yang menghela nafas panjang, “dan beberapa bulan yang lalu Fortescue berhasil menyerang bagian utara ibu kota.”
“Semua ini salahku,” kata Nancy prihatin. Dan sesuatu yang panas membakar matanya, “Seharusnya dari dulu aku memerintah Laxiance. Tapi aku terlalu lemah.”
“Jangan sedih, Yang Mulia,” kedua alis Blue Fly bartaut, “Yang penting sekarang Anda sudah kembali.”
Mereka melewati sekumpulan anak laki laki yang memikul kotak kotak besar. Nancy juga melihat seorang wanita tua yang mengorek ngorek sampah dan mengambil sisi gandum yang terbungkus daun. Beberapa preman tampak sedang memeras seorang nelayan tua. Melihat semua itu membuat kening Nancy berkerut. Dan ia pun mempercepat langkahnya.
“Anda mau kemana, Yang Mulia?” tanya Blue Fly cemas. Tapi Nancy terus melenggang ke arah preman preman itu.
Mereka berempat merupakan laki laki bertubuh besar, berkepala botak dan berjenggot. Dan keempatnya terlihat seperti perampok berwajah sangar. Seorang dari mereka yang kelihatannya pemimpin preman, mencengkram pakaian lelaki tua itu.
“Lepaskan!” seru Nancy bertolak pinggang.
Ketua preman menoleh ke arah Nancy dan tersenyum mengejek. Ia membelai jenggotnya dan sorot matanya menelusuri tubuh Nancy dari atas hingga bawah, “Ada gadis cantik rupanya,” dan ia tertawa yang kemudian diikuti ketiga kawannya.
“Apa yang sedang kau lakukan? Mempermainkan laki laki tua, sungguh tidak tahu malu. Kau seperti perempuan saja.”
Senyum di mata laki laki itu lenyap dan Nancy bisa melihat kilat di matanya, “Si tua bangka itu sudah 2 kali tidak membayar setoran senilai 50 keping emas.”
“Berani benar kau mengadakan pungutan liar?” pekik Nancy marah, “Kau telah membuat rakyat menderita. Dan kau salah satu orang yang merugikan Laxiance.”
“Yang Mulia, sebaiknya kita pergi saja,” kata Blue Fly takut.
“Siapa itu yang berbicara?” seru salah satu preman itu.
“Persetan!” bentak ketua preman. Matanya semakin kelam. Dan ia mendekati Nancy seperti seekor binatang buas yang lapar dan itu membuat Nancy harus mundur selangkah.
“Ma-mau apa kau?” Nancy tergagap. Tenggorokannya mendadak terasa kering kerontang.
“Aku tak peduli dengan uang itu. Dihadapanku ada gadis cantik dan aku rasa kau akan bisa memuaskanku,” si botak itu menjilati bibirnya.
Nancy meneguk ludah dan melangkah mundur. Baru disadarinya tindakannya yang begitu gegabah “Ma-mau apa kau?”
“Jangan pura pura bodoh, Sayang,” laki laki bertubuh besar itu mengangkat kedua alisnya ke arah Nancy.
“Berani benar kau! Kau tidak tahu siapa aku,” hardik Nancy dengan suara melengking tinggi.
“Jangan, Yang Mulia,” cegah Blue Fly cepat cepat, “Jangan sampai seorang pun tahu.”
Selasa, 31 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar