Keterampilan dasar mengajar merupakan salah satu komponen dalam pembentukan kemampuan profesional seorang pengajar. Seorang dosen yang profesional akan mampu mendemonstrasikan berbagai keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar yang dikelolanya. Penguasaan terhadap berbagai keterampilan dasar mengajar akan memungkinkan seorang dosen mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara lebih efektif. Oleh karena itu, seorang dosen yang ingin berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar/pendidik seyogianya menguasai dengan baik keterampilan dasar mengajar tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai oleh tulisan ini adalah agar para dosen dapat:
a. menjelaskan hakikat komunikasi;
b. menjelaskan proses terjadinya komunikasi;
c. menjelaskan syarat-syarat terjadinya komunikasi;
d. melakukan komunikasi antar pribadi secara efektif;
e. melakukan komunikasi dengan mahasiswa;
f. menjelaskan peranan keterampilan dasar mengajar dalam pembentukan kemampuan profesional seorang pengajar;
g. menjelaskan komponen-komponen dari 8 jenis keterampilan dasar mengajar, serta
h. menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan belajar-mengajar.
Agar tujuan diatas dapat dicapai, para dosen diharapkan membaca uraian secara cermat serta mencobakan/berlatih menguasai keterampilan yang sedang dipelajari.
Dasar-dasar Komunikasi
Hakikat Komunikasi
1. Pengertian
Secara harfiah, komunikasi berarti hubungan, sedangkan berkomunikasi dapat diartikan berhubungan. Dalam kata berkomunikasi tersirat adanya interaksi, yang terjadi minimal antara dua pihak. Interaksi atau komunikasi itu terjadi karena
ada sesuatu, yang dapat berupa informasi atau pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, definisi komunikasi biasanya mencakup pihak yang berkomunikasi dan sesuatu yang dikomunikasikan. Tekanan yanq diberikan pada setiap aspek menimbulkan adanya perbedaan/variasi pada definisi komunikasi. Sehubungan dengan itu, komunikasi dapat didefinisikan dengan berbagai cara, antara lain seperti berikut ;
a. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi. Dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasan materi dan pengaturan cara-cara penyampaiannya; sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen yang menentukan.
b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seorang kepada orang lain, pengertian ini secara implisit menempatkan pengirim pesan sebagai penentu utama keberhasilan, sedangkan penerima pesan dianggap objek yang pasif.
c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pengertian ini memberikan pesan yang seimbang antara pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan penerima pesan, yang merupakan 3 komponen utama dalam proses komunikasi. Pesan dapat disimpulkan dengan berbagai media, namun pesan itu hanya punya arti jika pengirim dan penerima nesan berusaha menciptakan arti tersebut.
(Wiryawan & Noorhadi, Th. 1990)
2. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses, bukan hal yang statis. Implikasi dari hal ini adalah bahwa komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Pengirim pesan melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh penerima pesan. Misalnya, pramuka menggunakan bahasa isyarat/morse, sebagai code, atau penjaga pintu kereta menggunakan bendera merah sebagai code. Penerima pesan kemudian menafsirkan atau men-decode code yang disampaikan oleh pengirim pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen tersebut.
Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan lain sebagainya.
3. Syarat-Syarat Keberhasilan Komunikasi
Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan ini tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut:
a. Komunikator (Pengirim Pesan)
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi.
b. Pesan yang Disampaikan
Keberhasilan komunikasi tergantung dari:
1) daya tarik pesan itu sendiri,
2) kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan,
3) lingkup pengalaman yang sama (area of shared experience) antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut, serta
4) peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan.
c. Komunikan (Penerima Pesan)
Keberhasilan komunikasi tergantung dan:
1) kemampuan komunikan menafsirkan pesan,
2) komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya.
3) penelitian komunikan terhadap pesan yang diterima.
d. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
e. Sistem Penyampaian
Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indera penerima pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
Komunikasi Antar Pribadi
1. Definisi
Secara umum komunikasi antar pribadi dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Dengan perkataan lain, komunikasi jenis ini dapat dikatakan berlangsung dan hati ke hati karena antara kedua individu yang berkomunikasi tersebut terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi secara pribadi dapat terjadi dalam berbagai situasi dan tempat. la dapat muncul ketika seorang pramuwisata melayani seorang wisatawan, seorang pedagang melayani pembeli, seorang ibu dengan anaknya, atau antara seorang guru dengan muridnya.
Komunikasi antar pribadi akan berlangsung secara efektif, jika pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan berkomunikasi antar pribadi. Keterampilan ini sebenamya secara tidak sengaja telah dilatihkan melaiui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika seorang anak mengadu kepada ibunya, si ibu dengan penuh rasa kasih sayang membelai anaknya, mendengarkan dengan penuh perhatian, mengulangi bagian tertentu dari pembicaraan anaknya, atau mengajukan pertanyaan yang dianggapnya sesuai. Demikian pula seorang petugas supermarket akan mendengarkan dengan seksama pertanyaan pembelinya, atau seorang perawat menunjukkan rasa simpati yang dalam pada pasien yang sedang dirawatnya.
2. Komunikasi Antar Pribadi dalam Kegiatan Belajar-Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan peristiwa yang seharusnya muncul setiap saat. Komunikasi jenis ini dapat terjadi antara dosen dengan mahasiswa, atau antara mahasiswa dengan mahasiswa. Keefektifan komunikasi tersebut seperti sudah disiratkan di atas sebenarnya sangat tergantung dari kedua belah pihak yang berkomunikasi. Namun, karena dosen yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi antar pribadi yang sehat dan efektif terletak pada tangan dosen. Keberhasilan dosen mengemban tanggung jawab tersebut sangat tergantung dari keterampilan dosen di dalam melakukan komunikasi ini. Dalam kehidupan persekolahan, tidak jarang terjadi siswa tidak mau pergi ke sekolah karena merasa tidak diperhatikan oleh gurunya, ataupun perkelahian muncul karena para siswa merasa diperlakukan tidak adil. Tidak jarang terjadi pula para siswa yang sangat hormat dan kagum pada gurunya karena merasa mendapat perhatian penuh dari gurunya. Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi antar pribadi mutlak perlu dikuasai oleh dosen.
3. Komponen Keterampilan Berkomunikasi Antar Pribadi
Sokolove dan Sadker (1977) merinci keterampilan berkomunikasi antar pribadi menjadi 3 kelompok sebagai berikut.
a. Kemampuan untuk Mengungkapkan Perasaan Mahasiswa
Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam kegiatan belajar, yang memungkinkan mahasiswa mau mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan. iklim yang demikian ini dapat ditumbuhkan dosen dengan 2 cara, yaitu menunjukkan sikap memperhatikan (attending behavior) dan mendengarkan dengan aktif (active listening). Dalam usaha menumbuhkan iklim ini, dosen perlu bersikap:
1) memberi dorongan, bukan bermusuhan,
2) bertanya, bukan menghakimi, serta
3) fleksibel (luwes), bukan terstruktur.
Sikap memperhatikan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara seperti mengadakan kontak pandang, mimik muka maupun gerakan tubuh, mengucapkan kata-kata singkat misalnya ya, benar, yang semuanya ini menunjukkan bahwa dosen sedang mendengarkan mahasiswa yang berbicara. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sikap memperhatikan yang efektif dapat ditunjukkan dengan dua cara. Yaitu isyarat nonverbal (kontak pandang, mimik muka, sikap tubuh yang rileks, atau gerak mendekati) serta isyarat verbal (diam/kesenyapan sejenak, kata-kata/komentar singkat, atau kesimpulan singkat). Tentulah sangat menyakitkan bagi mahasiswa jika ketika mereka berbicara kepada dosen, dosen memandang ke tempat lain dan sama sekali tidak menunjukkan adanya perhatian pada pembicaraan mahasiswa.
b. Kemampuan Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan Mahasiswa
Bila mahasiswa sudah bebas mengungkapkan perasaan/masalah yang dihadapinya, tugas dosen kini adalah membantu mahasiswa untuk mengklarifikasi ungkapan perasaan tersebut. Untuk ini, dosen perlu menguasai dua jenis keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan pertanyaan inventori. Tindakan merefleksikan dapat disamakan dengan dosen menaruh cermin di hadapan mahasiswa sehingga mahasiswa dapat melihat kembali apa yang dilakukan atau diucapkannya. Dalam hal ini, dosen dapat mengulangi kembali ucapan mahasiswa atau memberikan balikan. Sebagaimana yang disebutkan Carl Rogers, mahasiswa yang melihat sendiri sikap yang ditampilkannya, kebingungannya, atau perasaannya diekspresikan secara akurat oleh orang lain, akan mulai merintis jalan untuk menerima keadaan tersebut. Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan mahasiswa secara efektif, dosen perlu mengingat hai-hal berikut:
1) Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.
2) Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal/nonverbal dan pembicara.
3) Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan oleh pembicara.
4) Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5) Beri tanggapan pada mahasiswa dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6) Jaga nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7) Minta klarifikasi apakah yang dikatakan pada nomor 5 itu benar demikian.
Dalam kaitan ini, pertanyaan inventori dapat didefinisikan sebagai pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai kefektifan dari perbuatan tersebut Menurut pangamat psikologi humanistik, manusia yang sehat dan matang mampu menilai perasaannya sendiri, menentukan tingkat produktivitasnya, dan kemudian berdasarkan kedua hal itu, memodifikasi perilakunya.
Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Pertanyaan yang menuntut siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, contoh: Bagaimana perasaan Anda? Ceritakan apa yang Anda alami!
2) Pertanyaan yang menggiring siswa/mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran, dan perbuatannya. Contoh: Bagaimana biasanya reaksi Anda dalam situasi seperti ini? Kondisi apa yang menyebabkan Anda bereaksi seperti itu?
3) Pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatannya. Contoh: Apa yang terjadi Kalau Anda bereaksi seperti itu? Apa akibat respons yang Anda berikan tersebut bagi Anda sendiri? Bagaimana perasaan Anda setelah perilaku itu Anda tunjukkan?
c. Mendorong Mahasiswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Kemampuan ini meliputi hal-hal berikut
1) Kemampuan mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
2) Kemampuan melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yg dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut.
3) Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
4) Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternatif.
5) Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.
d. Komunikasi Dosen dan Mahasiswa
Salah satu tugas dosen yang utama dalam mengajar adalah menciptakan iklim belajar yang kondusif. Pada dasamya, dalam suatu interaksi, iklim yang muncul diciptakan oleh kedua belah pihak, dalam hal ini oleh dosen dan mahasiswa. Namun, sebagai pengendali dalam kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung, dosen bertanggung jawab atas pengorganisasian kegiatan, waktu, fasilitas, dan segala sumber yang dimaniaatkan dalam kelas. Oleh karena itu, terciptanya iklim yang kondusif tersebut sangat tergantung dari dosen.
Untuk menciptakan iklim yang kondusif tersebut, W.R. Houston dkk. (1990), menyarankan pentingnya pengkomunikasian harapan (expectation), dari dosen kepada mahasiswa.
Setiap mahasiswa yang berada di kelas harus sadar akan hal-hal yang diharapkan dari mereka. Misalnya mereka harus tahu bahwa jika dosen sedang menerangkan sesuatu, mereka harus memperhatikan dengan cermat, dan kemudian mengemukakan pendapat mereka jika ada hal yang perlu ditanyakan.
Harapan tercermin dari apa yang dikerjakan dan dibuat oleh dosen dan mahasiswa. Harapan dapat terdiri dan berbaga; hal seperti:
1) tugas-tugas yang jelas diketehui oleh setiap mahasiswa,
2) pembagian waktu yang jelas untuk mengerjakan setiap tugas,
3) perilaku yang semestinya ditunjukkan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas, atau
4) cara pemberian balikan untuk setiap tugas.
Harapan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam profesi dosen. Di bidang profesi lain harapan ini selalu ada. Misalnya, bila kita memasuki tempat praktik seorang dokter, kita mengharapkan layanan yang ramah dari perawat, ruang tunggu yeng bersih, serta periakuan yang adil. Demikian juga halnya dengan seorang mahasiswa yang memasuki kelas untuk mengikuti kuliah. la akan mengharapkan banyak hal, seperti pengajar yang berwibawa dan kompeten, rasa aman, aturan kelas yang jelas, atau hubungan sosial yang baik sesama mahasiswa. Untuk memenuhi harapan tersebut, hal-hal berikut perlu diperhatikan oleh dosen.
1) Tujuan
Nyatakan tujuan/arah kegiatan pada aval kuliah. Pengkomunikasian persyaratan mata kuliah yang mencakup garis besar kegiatan dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa lulus dari mata kuliah tersebut merupakan salah satu cara untuk membuat para mahasiswa sadar akan tujuan yang dicapai dan persyaiatan utjtuk mencapainya.
2) Respek (Rasa Marmot)
Rasa honest mahasiswa terhadap dosen dapat ditumbuhkan dengan cara menunjukkan lebih dahulu rasa respek dosen terhadap mahasiswa. Rasa saling menghormati antara dosen dan mahasiswa perlu dipelihara kartaa hal ini akan menumbuhkan lingkungan belajar yang sehat
3) Keteraturan
Aturan kelas yang jelas, seperti tidak boleh merokok selama mengikuti kuliah, cara mengajukan pertanyaan yang sopan, atau batas waktu penyerahan paper yang jelas, akan membuat keteraturan dan rasa aman dalam kelas.
4) BerlakuAdil
Periakuan yang adil yang ditunjukkan oleh dosen terhadap mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan aturan dan persyaraten mata kuliah yang telah disepakati sebelumnya, akan membantu menumbuhkan iklim kerja yang positif.
5) Rasa Aman
Menjaga rasa aman para mahasiswa dengan mencegah terjadinya kekacauan merupakan tantangan berat bagi dosen-dosen muda yang belum berpengalaman. Ketegasan, ketepatan, dan kecepatan bertindak merupakan salah satu kunci dalam mencegah terjadinya hal-hal yang menghilangkan rasa aman mahasiswa.
6) Penuh Perhatian (Caring)
Perhatian dosen terhadap para mahasiswa, baik melalui kontak pandang, senyuman, maupun kata-kata yang wajar, akan membantu menumbuhkan iklim kelas yang kondusif, dan memenuhi harapan mahasiswa.
Sebagaimana halnya dengan jenis komunikasi secara umum, komunikasi antara dosen dan mahasiswa dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Kedua jenis komunikasi ini cukup efektif jika syarat-syarat terjadinya komunikasi terpenuhi.
Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan Mengajar yang Bersifat Generik
Mengajar adalah perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponen kemampuan. Komponen kemampuan tersebut berupa pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai, sebagian telah dibentuk secara bertahap sejak awal mulainya pelatihan ini. Penyajian prinsip-prinsip belajar, berbagai teori dan strategi mengajar, rancangan instruksional, serta evaluasi instruksional adalah merupakan contoh pembentukan kemampuan tersebut.
Setelah dosen pemula dianggap menguasai materi dan sistem penyampaian, tiba saatnya untuk berlatih menguasai keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan yang bersifat generik yang harus dikuasai oleh semua guru atau dosen, terlepas dari tingkat kelas dan bidang studi yang diajarkannya.
Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang kompleks pula, yang pada dasamya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak. Di antara keterampilan yang sangat banyak tersebut, menurut hasil penelitian (Tumey, 1973) terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan beiajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah keterampilan:
1. bertanya,
2. memberi penguatan,
3. mengadakan variasi,
4. menjelaskan,
5. membuka dan menutup pelajaran,
6. membimbing diskusi kelompok kecil,
7. mengelola kelas, serta
8. mengajar kelompok kecil dan individual.
Perlu ditekankan bahwa hanya untuk tujuan latihon, keterampilan yang kompleks tersebut dapat dipilah-pilah menjadi 8 keterampilan dasar mengajar seperti tersebut di atas, sehingga masing-masing dapat dilatihkan secara terpisah. Namun, ketika dosen menggunakan/menerapkan keterampilan ini di dalam kelas, ia harus mampu menampilkan secara utuh dan terintegrasi. Penguasaan terhadap setiap keterampilan tidak berarti penguasaan dalam mengintegrasikannya secara utuh. Dengan demikian, latihan mengintegrasikan keterampilan itu secara utuh perlu dilakukan.
Cara Menguasai Keterampilan Dasar Mengajar
Untuk menguasai keterampilan dasar mengajar para dosen pemula perlu mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Memahami Hakikat, Prinsip, dan Komponen Keterampilan yang Dapat Dilakukan dengan Berbagai Cara, antara lain:
a. membaca dan mendiskusikan setiap jenis keterampilan,
b. mengenal komponen-komponen keterampilan melalui: skrip mengajar yang tersedia dan pengamatan episode mengajar, baik dalam situasi yang sebenamya maupun dalam situasi buatan, dan dapat secara langsung, ataupun melalui video.
2. Penerapan Keterampilan dalam Bentuk Pengajaran Mikro.
Latihan penguasaan keterampilan secara terpisah dilakukan dalam bentuk Pengajaran Mikro. Pengajaran Miktu adalah pengajaran biasa yang ukurannya diperkecil, sehingga memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
Tujuan pengajaran : terbatas (1-2 tujuan)
Tujuan latihan : penguasaan satu keterampilan
Materi pelajaran : terbatas (yang dapat disajikan dalam waktu
10 - 20 menit).
Jumlah mahasiswa : 5 – 10 orang
Waktu : 10 – 20 menit
Pengajaran Mikro dapat dilakukan dalam bentuk sebenarnya, yaitu dengar menggunakan mahasiswa sebenamya sebagai murid, dan dapat juga dilakukan dalam bentuk simulasi, yaitu dengan menggunakan teman sendiri sebagai mahasiswa (peer-teaching).
Akhirnya perlu ditekankan, bahwa dalam latihan penguasaan satu keterampilan dosen juga menggunakan keterampilan lain, hanya tekanannya pada pendemonstrasian penguasaan satu keterampilan.
3. Penerapan Keterampilan dalam Praktek Mengajar.
Setelah melakukan latihan penguasaan keterampilan dalam bentuk Pengajaran Mikro, dosen pemula kini meningkatkan latihannya dengan beriatih menerapkan keterampilan ini dalam Praktek Mengajar. Seyogyanya dalam hal ini dosen pemula dibimbing oleh dosen senior, sehingga setiap akhir latihan dapat diadakan diskusi balikan. Dosen pemula dapat juga dibantu oleh dosen pemula lain ysng bertindak sebagai pengamat.
Dengan tahap-tahap latihan separti tersebut di atas, diharapkan para dosen pemula akan menguasai kedelapan keterampilan dasar mengajar sehingga dapat diterapkan dalam melakukan tugasnya sehari-hari di depan kelas.
Uraian Singkat Delapan Keterampilan Dasar Mengajar
Setiap keterampilan dasar mengajar mempunyai komponen dan prinsip penggunaan tersendiri. Berikut ini diuraikan secara singkat komponen dan prinsip penggunaan setiap keterampilan, yang disarikan dari Seri Panduan Pengajaran Mikro No. 1 s.d. 8 yang diterbitkan oleh Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1984, dengan editor T. Raka Joni.
Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh dosen karena hampir pada setiap kegiatan belajar-mengajar dosen rnengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan dosen menentukan kualitas jawaban mahasiswa.
Dengan pertanyaan dosen dapat mengaktifkan mahasiswa sehingga terlibat optimal dalam pembeiajaran, di samping dapat mengecek pemahaman mahasiswa terhadap materi yang sedang dibahas. Keterlibatan ini akan mampu meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar karena ia merasa ikut berperan dalam pembeiajaran. Perlu ditekankan, bahwa dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pertanyaan adalah semua pemyataan dosen (tidak terbatas pada kalimat tanya) yang meminta respon dari mahasiswa. Dengan demikian, kalimat perintah dan kalimat tanya, dalam konteks ini, termasuk ke dalam jenis pertanyaan.
Keterampilan bertanya dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
a. Keterampilan bertanya dasar yang terdiri dari komponen-komponen berikut
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, sehingga mudah dipahami oleh mahasiswa.
2) Pemberian acuan, yaitu informasi yang diberikan sebelum rnengajukan pertanyaan. Informasi ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan.
3) Pemusatan perhatian. Kadang-kadang dosen periu memulai pertanyaan dengan cslrapan yang luas, kemudian memusatkan perhatian mahasiswa pada satu tugas yang lebih sempit
4) Penyebaran pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dosen, hendaknya ditujukan ke seluruh kelas, bukan kepada mahasiswa tertentu. Setelah memberikan waktu berpikir sejenak, barulah dosen menunjuk secara acak mahasiswa lain untuk menanggapi jawaban temannya.
5) Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab oleh bsberapa mahasiswa, sehingga semua aktif memikirkan pertanyaan yang diberikan.
6) Pemberian waktu berpikir. Setelah rnengajukan pertanyaan, dosen hendaknya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpikir, sebelum meminta jawaban.
7) Pemberian tuntunan. Jika pertanyaan dosen tidak dapat dijavvab oleh mahasiswa, dosen hendaknya memberi tuntunan. Tuntunan dapat diberikan dengan cara:
a) mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain;
b) menyederhanakan pertanyaan; dan
c) mengulangi penjelasan (acuan) sebelumnya.
b. Keterampilan bertanya lanjut yang terdiri dari komponen-kornponen berikut:
1) Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
2) Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai can pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang agak kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks.
3) Penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti:
a) klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas jawaban mahasiswa,
b) meminta mahasiswa memberi alasan atas jawabannya,
c) meminta kesepakatan pandangan dari mahasiswa lain,
d) meminta ketepatan jawaban,
e) meminta jawaban yang lebih relevan,
f) meminta contoh,
g) meminta jawaban yang lebih kompleks.
4) Peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta mahasiswa lain memberi jawaban atas pertanyaan yang sama.
Dalam menerapkan keterampilan bertanya, dosen pedu menghindari kebiasaan berikut:
Mengulangi pertanyaan sendiri atau mengulangi jawaban mahasiswa.
Menjawab pertanyaan sendiri.
Menunjuk dulu sebelum bertanya.
Mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak.
Mengajukan pertanyaan ganda.
Jika seluruh keterampilan di atas dikuasai dosen, maka ia akan mampu bertanya secara efektif, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran, yang sekaligus berarti maningkatkan keefektifan pembelajaran.
Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi mahasiswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian.
Penguatan dapat diberikan dalam bentuk:
a. Verbal, yaitu berupa kata-kata/kalimat pujian. seperti bagus, tepat sekali, atau "saya puas akan pekerjaanmu".
b. Nonverbal, yaitu berupa:
1) gerak mendekati,
2) mimik dan gerakan badan,
3) sentuhan,
4) kegiatan yang menyenangkan, serta
5) token (simbol atau benda kecil lain).
Dalam memberikan penguatan, dosen perlu memperhatikan hal-hal berikut.
a. Penguatan hams diberikan dengan hangat dan antusias sehingga peserta dapat merasakan kehangatan tersebut.
b. Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai dengan perilaku yang diberi penguatan.
c. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta.
d. Peserta yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya, atau tujukan pandangan kepadanya).
e. Penguatan dapat juga diberikan kepada kelompok peserta tertentu.
f. Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang baik ditunjukkan.
g. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Kehidupan akan menjadi lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para mahasiswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian.
a. Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
1) variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil,
2) memusatkan perhatan,
3) membuat kesenyapan sejenak,
4) mengadakan kontak pandang,
5) variasi gerakan badan dan mimik, dan
6) mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, yang meliputi:
1) variasi alat dan bahan yang dapat dilihat,
2) variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta
3) variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi.
c. Variasi dalam Pola Interaksi dan Kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan. atau demonstrasi.
Variasi yang dilakukan dosen hendaknya sesuai dengan kondisi kelas, lancar, dan logis, sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran yang sedang berlangsung. Tegasnya, setiap variasi harus mempunyai tujuan/sasaran yang jelas, dan bukan dilakukan hanya untuk tujuan variasi.
Keterampilan Menjelaskan
a. Pengertian dan Tujuan
Dalam kaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, atau pelatihan, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh mahasiswa. Dan definisi ini dapat dipahami bahwa keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para dosen. Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk:
1. membimbing mahasiswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur,
2. membimbing mahasiswa menjawab pertanyaan mengapa secara bernalar,
3. melibatkan mahasiswa untuk berfikir,
4. mendapatkan balikan mengenai pemahaman mahasiswa, serta
5. menolong mahasiswa menghayati berbagai proses penalaran.
b. Komponen Keterampilan
Keterampilan menjelaskan terdiri dan berbagai komponen sebagai berikut.
Komponen merencanakan penjelasan, rnencakup:
a) isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh, dan
b) hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan (mahasiswa).
Ketika merencanakan isi pesan (pokok-pokok materi), karakteristik mahasiswa haruslah dipertimbangkan, sehingga materi mudah dicerna. Misalnya, penggunaan istilah/bahasa dan tingkat kesukaran materi haruslah disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa.
Komponen menyajikan penjelasan, yang mencakup hal-hal berikufc
a) Kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti:
1) bahasa yang jelas,
2) berbicara yang lancar,
3) mendefinisikan istilah-istilah teknis, dan
4) berhenti sejenak untuk melihat respon mahasiswa terhadap penjelasan dosen.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif.
c) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara, membuat ikhtisar, atau mengemukakan tajuan.
d) Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimik mahasiswa atau mengajukan pertanyaan.
c. Prinsip Penggunaan
Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
2) Penjelasan harus relevan dengan tujuan.
3) Materi yang dijelaskan harus bermakna.
4) Penjelasan yang diberikan sesuai dengin kanompuan dan latar belakang mahasiswa.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a. Pengertian dan Tujuan
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri mahasiswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah:
1. membangkitkan motivasi dan perhatian,
2. membuat mahasiswa memahami batas tugasnya,
3. membantu mahasiswa memahami hubungan berbagai materi yang disajikan, dan
4. membantu mahasiswa menoetihui tingkat keberhasilannya.
b. Komponen Keterampilan
Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut :
Membuka pelajaran, mencakup hal-hal berikut
a) Menarik perhatian mahasiswa dengan berbagai cara, seperti menyampaikan satu kejadian yang menarik.
b) Menimbulkan motivasi dengan:
1) kehangatar dan keantusiasan,
2) menimbulkan rasa ingin tahu,
3) mengemukakan ide yang bertentangan, dan
4) memperhatikan minat mahasiswa.
c) Memberikan acuan dengan cara:
1) mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
2) menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
3) mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan
4) mengajukan pertanyaan.
d) Membuat kaitan, dengan cara:
1) mengajukan pertanyaan appersepsi, atau
2) mengkaji ulang pelajaran yang lalu.
Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut:
a) Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan,
b) Mengadakan evaluasi penguasaan mahasiswa, dengan meminta mereka:
1) mendemonstrasikan keterampilan,
2) menerapkan ide baru pada situasi lain,
3) mengekspresikan pendapat sendiri, dan
4) memberikan soal-soal tertulis.
c) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat.
Keterampilan membuka pelajaran akan merupakan awal keberhasilan seorang dosen karena kiat membuka pelajaran sangat menentukan termotivasi tidaknya mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan ketarampilan menutup pelajaran menentukan.tingkat kemantapan pembelajaran yang dilaksanakan. Tidak semua keterampilan yang disebutkan di atas harus ditampilkan pada setiap membuka dan menutup pelajaran. Dosen dapat memilih cara/keterampilan yang paling sesuai dengan tujuan, materi, mahasiswa, serta kondisi kelas.
Perlu ditekankan bahwa kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak saja dilakukan pada awal dan akhir kegiatan, tetapi juga pada awal dan akhir kegiatan, tetapi juga pada awal dan akhir setiap penggal kegiatan, dengan catatan bahwa: kegiatan ini harus bermakna dan berkesinambungan.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
a. Pengertian dan Tujuan
Diskusi kelornpok kecil merupakan sa'ah satu bentuk kegiatan belajar-mengajar yang penggur.aannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kebmpok kecil adalah:
1) melibatkan 3-9 orang peserta,
2) berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, artinya setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya,
3) mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antara anggota lainnya,
4) berlangsung menurut proses yang sistematis.
Diskusi kelompok kecil memungkinkan mahasiswa:
1) berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah,
2) meningkatkan pemahaman atas masalah penting,
3) meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
4) mengembangkou kemampuan berfikir dan berkomunikasi, serta
5) membina kerja sama yang sehat kelompok yang kohesif, dan bertanggung jawab.
b. Komponen Keterampilan
Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pernimpin diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut.
1) Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara:
a) merumuskan tujuan diskusi secara jelas,
b) merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan,
c) menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi penyimpangan, serta
d) merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.
2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat, dengan cara:
a) menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta,
b) mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat anggota lain, atau
c) menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.
3) Menganalisis pandangan mahasiswa, dengan cara:
a) meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat. dan
b) memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4) Meningkatkan urunan mahasiswa, dengan cara:
a) mengajukan pertanyaan kunci yang menantang mereka untuk berpikir,
b) memberi contoh pada saat yang tepat,
c) menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat,
d) memberikan waktu untuk berpikir, dan
e) mendengarkan dengan penuh perhatian.
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara:
a) memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi,
b) memberikan kesempatan pertama pada peserta yang enggan berpartisipasi,
c) mencegah secara bijaksana peserta yang suka memonopoli pembicaraan,
d) mendorong mahasiswa untuk mengomentari pendapat temannya, serta
e) meminta pendapat mahasiswa jika terjadi jalan buntu.
6) Menutup diskusi yang dapat dilakukan dengan cara:
a) merangkum hasil diskusi,
b) memberikan gambaran tindak lanjut, atau
c) mengajak para mahasiswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung.
Dalam pelaksanaan diskusi, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
1) Diskusi hendaknya bedangsung dalam iklim terbuka,
2) Diskusi yang efektif selalu didahului oleh perencanaan yang matang, yang mencakup:
a) topik yang sesuai,
b) persiapan/pemberian informasi pendahuluan,
c) menyiapkan diri sebagui pemimpin diskusi,
d) pembentukan kelompok diskusi, serta
e) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua anggota kelompok bertatap muka.
Keterampilan Mengelola Kelas
a. Pengertian dan Tujuan
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar-mengajar yang serasi dan efektif. Dosen perlu menguasai keterampilan ini agar dapat:
1) mendorong mahesiswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung,
2) menyadari kebutuhan mahasiswa, serta
3) memberikan respon yang efektif terhadap perilaku mahasiswa.
b. Komponen Keterampilan
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dapat dilakukan dengan cara berikut.
a) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pemyataan atau memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas.
b) Membagi perhatian secara visual dan verbal.
c) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan mahasiswa dan menuntut tanggung jawab mahasiswa.
d) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
e) Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatar atau ocehan, serta membuat aturan.
f) Memberikan penguatan bila perlu.
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon dosen terhadap respon negatif mahasiswa yang berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini dosen dapat menggunakan 3 jenis strategi yaitu: modifikasi tingkah laku, pengelolaan (proses) kelompok, serta menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
a) Modifikasi Tingkah Laku
Dalam strategi ini terdapat 3 hal komponen yang hams dikuasai dosen yaitu:
1) mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara memberi contoh dan bimbingan,
2) meningkatkan munculnya tingkah laku siswa/mahasiswa yang baik dengan memberikan penguatan, dan
3) mengurangi munculnya tingkah laku yang kurang baik dengan memberi hukuman.
Ketiga hal ini harus dilakukan dosen dengan catatan bahwa:
(1) pelaksanaan dilakukan segera setelah perilaku terjadi, serta
(2) hukuman harus diberikan secara pribadi dan tersendiri, hanya bila diperlukan.
b) Pengelolaan/Proses Kelompok
Dalam strategi ini, kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah pengeloiaan kelas yang muncul, terutama melalui diskusi. Dua hal yang perlu diiakukan dosen adalah:
1) memperlancar tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasama dan memantapkan standar serta prosedur kerja; serta
2) memelihara kegiatan kelompok, dengan cara memehiidra dan memulihkan semangat, menangani konflik yang timbul, serta memperkecil masalah yang timbul.
c) Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkah laku yang keliru merupakan gejala dari suatu sebab. Untuk mengatasinya, ada berbagai teknik yang dapat diterapkan sesuai dengan hakikat terscbut, yaitu sebagai berikut-
1) pengabaian yang direncanakan,
2) campur tangan dengan isyarat,
3) mengawasi dari dekat,
4) mengakui perasaan negatif mahasiswa,
5) mendorong kesadaran mahasiswa untuk mengungkapkan perasaannya,
6) menjauhkan benda-benda yang bcrsifat mengganggu,
7) menyusun kembali program belajar,
8) menghilangkan ketegangan dengan humor,
9) menghilangkan penyebab gangguan
10) pengekangan secara fisik, dan
11) pengasingan.
c. Prinsip Penggunaan
Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu dingat 6 prinsip berikut.
1) Kehangatan dan keantusiasan daiam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
2) Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang mahasiswa untuk berpikir.
3) Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
4) Keluwesan dosen dalam pelaksanaan tugas.
5) Penekanan pada hal-hal yang barsifat positif.
6) Penanaman disiplin din sendiri.
Selanjutnya, dalam mengelola kelas, dosen hendaknya menghindari hal-hal berikut.
1) Campur tangan yang berlebihan.
2) Kesenyapan/penghentian suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidaksiapan dosen.
3) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri pelajaran.
4) Penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
5) Bertele-tele.
6) Pengulangan penjelasan yanq tidek diperlukan.
Keterampiian Mengajar Kelompok Kecil dan Individual
a. Pengertian dan Tujuan
Mengajar kelompok kecil dan individual, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang dosen mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak mahasiswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok atau secara individual.
Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual memungkinkan dosen mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya sebagai:
1) organisator kegiatan belajar-mengajar,
2) sumber informasi bagi mahasiswaya,
3) pendorong bagi mahasiswa untuk belajar,
4) penyedia materi dan kesempatan belajar bagi mahasiswa,
5) pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada mahasiswa sesuai dengan kebutuhannya, serta
6) peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperii peserta lainnya.
b. Komponen Keterampilan
Pengajaran kelompok kecil dan individual masing-masing memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan mahasiswa dan penanganan tugas. Ada 4 kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh dosen dalam kaitan ini, yaitu sebagai berikut.
1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi yang dapat ditunjukkan dengan cara:
a) kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan mahasiswa,
b) mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan mahasiswa,
c) memberikan respon positif terhadap gagasan mahasiswa,
d) membangun hubungan saling mempercayai,
e) menunjukkan kesiapan untuk membantu mahasiswa,tanpa kecenderungan mendominasi,
f) menerima perasaan mahasiswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan, serta
g) mengendalikan situasi agar mahasiswa merasa aman.
2) Keterampilan mengorganisasikan, yang ditampilkan dengan cara:
a) memberi orientasi umum,
b) memvariasikan kegictan,
c) membentuk kelompok yang tepat,
d) mengkoordinasikan kegiatan,
e) membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas, serta
f) mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
3) Keterampilan membimbing dan memudahkan beiajar, yang dapat ditampilkan dalam bentuk
a) memberi penguatan yang sesuai,
b) mengembangkan supervise proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan mahasiswa pada awal kegiatan,
c) mengadakan supervisi proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif, berupa:
(1) Pelajaran tambahan, bila perlu,
(2) Melibatkan diri sebagai peserta diskusi,
(3) memimpin diskusi, jika perlu, dan
(4) bertindak sebagai katalisator,
d) mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar mereka siap untuk mengikuti kegiatan akhir.
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, yang meliputi hal-hal berikut
a) Menetapkan tujuan pelajaran.
b) Merencanakan kegiatan belajar.
c) Berperan sebagai penasehat
d) Membantu mahasiswa menilai kemajuan sendiri.
c. Prinsip Penggunaan
1) Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, individual disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, kemampuan mahasiswa, ketersediaan fasilitss, waktu, serta kemampuan dosen.
2) Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan individual. Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal.
3) Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya.
4) Dosen perlu mengenal mahasiswa secara individual agar dapat mengatur kondisi belajar dengan tepat.
5) Dalam kegiatan belajar individual, mahasiswa dapat bekerja secara bebas dengan bahan yang disiapkan.
Selasa, 31 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar