Pengertian
a. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur (Wiknjosastro, 2007 : 262).
b. Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik seperti buah anggur. (Wiknjosastro, 2005 : 342).
c. Mola hidatidosa adalah penyakit wanita dalam maa reproduksi, yaitu kehamilan yang tidak ditemukan janin. Villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih menyerupai buah anggur. (Sastrawinata, 1981 : 38).
d. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi korialisnya mengalami hidropik (Mansjoer, 2001 :265).
e. Mola hidatidosa adalah suatu kahamilan di mana setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. (Saifuddin, 2002 : 156)
f. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hanpir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidropik. (Mansjoer, 2001 : 265)
g. Hamil anggur atau Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.
(Rosmaladewi, 2007 : 746).
Etiologi
Belum jelas diketahui pasti, ada yang mengatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi protein dan gangguan peredaran darah (Mansjoer, 2001 : 265).
Patofisiologi
Hamil anggur atau Mola hidatidosa dapat terjadi karena tidak adanya buah kehamilan (agenesis), kelainan substansi kromosom (kromatin) seks atau adanya perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke 3 sampai minggu
ke 4. Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi sel telur yang telah dibuahi), terbentuk jaringan permukaan permukaan membran (villi) yang berisi cairan jernih yang membesar dan tumbuh terus,gambarannya seperti gerombolan buah anggur (Mola hidatidosa).
Jenis Mola hodatidosa
a. Mola hidatidosa komplete (MHK)
Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh villi korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur. Mikroskopik tampak edema stroma villi tanpa vaskularisasi disertai hiperplasi dari kedua lapisan trofoblas, satu ovum dibuahi oleh satu sperma tapi kadang dibuahi oleh dua sperma (dispermi).
b. Mola hidatidosa Parsial (MHP)
Seperti pada MHK, tapi di sini masih ditemukan embrio yang biasanya mati pada masa dini (sebelum trimester pertama). Degenerasi hidropik bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari villi dan stromal trophoblastic inclusions. Biasanya satu ovum dibuahi oleh dua sperma (dispermi). (Sastrawinata, 2005 : 30)
Faktor Resiko Terjadinya Mola hidatidosa
a. Umur : Mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur <> 35 tahun, Pada usia 45 tahun biasanya kejadian hamil mola 10 x lebih tinggi.
b. Etnik : Lebih banyak dijumpai pada mongoloid daripada kaukasus.
c. Genetik : Wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih tinggi.
d. Gizi : Mola hidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein.
e. Sosial ekonomi rendah.
f. Paritas tinggi. (Sastrawinata, 2005 : 30).
Manifestasi Klinik
- Amenore dan tanda-tanda kehamilan
- Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat, pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
- Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
- Peningkatan kadar hCG.
- Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih.
- Mual muntah dan nafsu makan kurang.
- Pre eklampsi atau eklampsi yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
- Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan maupun biopsi pasca perasat. (Saifuddin 2002 : 157).
Komplikasi Dari Mola Hidatodosa
- Karena perdarahan yang berulang bisa menyebabkan anemia.
- Syok.
- Infeksi.
- Perforasi misalnya oleh mola distruens di mana gelembung menembus dinding rahim.
- Resiko tinggi terjadi keganasan (Koriokarsinoma). Koriokarsinoma setelah mola hidatidosa antara 2% - 8% dan makin tinggi pada umur tua. (Mansjoer, 2001 : 266)
Penatalaksanaan
a. Perbaikan keadaan umum
Bisa dengan tranfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemia.
b. Evakuasi
- Pada kasus mola yang belum keluar gelembungnya harus dipasang dahulu laminaria stift (12 jam sebelum kuretase), sedangkan pada kasus yang sudah keluar gelembungnya, dapat segera di kuret setelah keadaan umumya distabilkan. Bila perlu dapat diberikan narkosis neuroleptik.
- Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuretase hanya dilakukan satu kali, kuretase kedua dilakukan bila tinggi fundus uteri lebih dari 20 cm setelah hari ketujuh / bila ada indikasi lain.
- Selama proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V.(NaCL atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes/menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektivitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat). Pengosongan dengan aspirasi vakum lebih aman dari kuretase tajam.
c. Tindakan Profilaksis
Adalah unuk mencegah terjadinya keganasan pasca mola pada mereka yang mempunyai faktor resiko, seperti umur di atas 35 tahun atau gambaran perdarahan antepartum yang mencurigakan.
Ada dua cara, yaitu :
a. Histerektomi dengan jaringan mola in toto, atau beberapa hari pasca kuretase. Tindakan ini dilakukan pada wanita dengan umur di atas 35 tahun serta anak cukup.
b. Sitostatika profilaksis, diberikan pada mereka yang menolak histerektomi atau pada wanita muda dengan perdarahan antepartum mencurigakan.
Caranya :
· Methotrexate 20 mg/hari atau
· Actinimycin D1 flc/hari, 5 berturut-turut
Tindakan lanjut :
Tujuannya untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan kearah keganasan. Dilakukan selama satu tahun dengan jadwal sebagai berikut :
1. Tiga bulan pertama : tiap 2 minggu
2. Tiga bulan kedua : tiap 1 bulan
3. Enam bulan terakhir : tiap 2 bulan
Waktu Yang Tepat Untuk Hamil Kembali
Pada dasarnya penderita mola dianjurkan tidak hamil sampai pengawasan lengkap selesai dilakukan. Bagi wanita yang belum punya anak, dianjurkan memakai alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan selama 1 tahun, dan bagi yang sudah punya anak dianjurkan tidak hamil selama 2 tahun. (Rosmaladewi, 2007 : 746)
Minggu, 15 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar