Minggu, 15 Februari 2009

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Pengertian
- Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (lippes loop) atau berbentuk lain (copper T CU 200, copper T atau ML CU 250) yang dipasang didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan / para medik lain yang sudah dilatih. (Depkes, 1998 : 73).
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum melalui perubahan pada tuba fallopii dan cairan uterus dan menghambat pembuahan. (Suzanne Everett, 2007 : 112)
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah pilihan kontrasepsi yang efektif, aman dan nyaman bagi banyak wanita merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan di seluruh dunia. (Anna Glasier dan Ailsa Gabbie, 2005 : 89).
Jenis – jenis AKDR
a. Ota Ring
b. Copper 7
c. Copper T (Cu 200, Cu 208A, Cu 380A)
d. Spiral (lippes loop)
e. Multi load (ML-CU 250)
Mekanisme kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
d. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. (Saifudin, 2003 : MK-72)
e. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi. Mekanisme kerja yang pasti belum diketahui dan masih dalam penelitian (Manuaba, 1998 :455).
Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Sangat efektif → 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan)
b. AKDR dapat efektif segera setalah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat - ingat.
e. Tidak memepengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T-380A).
h. Tidak mempegaruhi kulitas dan volume ASI.
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
j. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat - obat. (Saifudin, 2003: Mk – 73).
Keterbatasan AKDR
a. Efek samping yang umum terjadi :
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spooting) antar menstruasi
- Saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain :
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
- Perdarahan berat pada waku haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
c. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan..
d. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
e. Penyakit radang panggul terjadi ssudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jariya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. (Saifudin, 2003 : MK-73)
Yang Dapat Menggunakan AKDR (indikasi)
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
e. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
f. Resiko rendah dari IMS.
Tidak menghendaki metode hormonal.
g. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
h. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
i. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama.
Kontra Indikasi
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas.
g. Diketahui menderita TBC pelvik
h. Kanker alat genital.
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Waktu menggunakan AKDR
a. Setiap saat selama siklus haid, asalkan ibu tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tiggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan.
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. (Saifudin, 2003 : MK-77)
Manajemen Asuhan
a. Konseling prametode tentang efek samping AKDR.
b. Memantau keberadaan benang AKDR dengan cara menganjurkan pasien untuk kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR, atau ajarkan kepada ibu untuk memeriksa keberadaan benang AKDR secara rutin terutama setelah haid selama bulan pertama penggunaan AKDR.
c. Copper T perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
d. Gunakan kondom, apabila berisiko terhadap HIV atau PMS. (Varney, Helen, 2002 : 36)

Tidak ada komentar: