Selasa, 10 Februari 2009

Masa Puerpurium

a. Definisi
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono Prawirahardjo, Jkt, 2001: 122). Menurut Mochtar R (1998: 115), masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Masa nifas (puerperium) mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 1999: 237). Menurut Farrer, H (2000: 225), nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu.
Menurut Mochtar, R (1998: 115), nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
b. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan relaksasi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi, plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum (Manuaba, 1998: 190).

KUNJUNGAN MASA NIFAS
Kunjungan 1
6-8 jam setelah persalinan
· Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
· Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut.
· Memberikan konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
· Pemberian ASI awal
· Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
· Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
Kunjungan 2
6 hari setelah persalinan
· Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
· Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
· Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
· Memberikan konseling pada Ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan 3
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan 4
6 minggu setelah persalinan
· Menanyakan pada Ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
· Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Sarwono Prawirahardjo, jkt, 2000: 123)
Menurut Manuaba (1998: 192), proses involusi uterus pada bekas luka implantasi plasenta, terdapat gambaran sebagai berikut :
1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah bermuara.
2) Pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, di samping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua sebesar 6 sampai 8 cm dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokhia.
5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari luka dan lapisan basalis endometrium.
6) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.
c. Gambaran Klinis Masa Puerperium
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan tetapi tidak lebih dari 38 oC. Bila terjadi peningkatan melebihi 38 oC berturut-turut selama dua hari, kemungkinan terjadi infeksi. Dan nadi umumnya 60-80 denyut per menit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi, tekanan darah tidak kurang dari 110/120 mmHg apabila kurang dari 110/120 mmHg kemungkinan ibu akan mengalami anemia karena pengeluaran darah yang terlalu banyak dan respirasi tidak kurang dari 20-24 x/menit.
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut “nyeri ikutan” (after pain) terutama pada multipara. Masa puerperium diikuti pengeluaran sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implementasi plasenta disebut lokhia pengeluaran.
Menurut Mochtar R (1998: 116), lokhia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut:
1) Lokhia rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lokhia sanguinolenta
Berwarna merah, kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3 sampai ke 7 pasca persalinan.
3) Lokhia serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 sampai 14 pasca persalinan.
4) Lokhia purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
5) Lokhia alba
Cairan putih, setelah 2 minggu.
6) Inkhiostasis
Lokhia tidak lancar keluarnya.
Menurut Manuaba (1998: 193), perubahan patrun (pengeluaran lokhia menunjukkan keadaan yang abnormal) seperti:
1) perdarahan berkepanjangan
2) Pengeluaran lokhia tertahan (lokhia statika)
3) Lokhia purulenta, berbentuk nanah
4) Rasa nyeri yang berlebihan
Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan, terjadi infeksi intra uterin.

Tidak ada komentar: