Jumat, 06 Februari 2009

Anemia dalam Kehamilan

a. Definisi
Anemia secara umum adalah turunnya kadar hemoglobin kurang dari 12 gram persen pada wanita tidak hamil dan kurang dari 10 gram persen pada wanita hamil (Manuaba I.B.G, 2002: 51). Anemia adalah suatu keadaan dimana eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun. Sebagai akibatnya anemia lazim terjadi dan biasanya terjadi oleh defisiensi zat besi sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau masukan besi yang tidak adekuat (Tabel B, 2001: 84).
Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin 11 gram persen pada trimester 1 dan 3 atau kurang dari 10,5 gram persen pada trimester 2 (JNPKKR-POGI, 2002: 281).
Anemia yang terkait dengan kehamilan adalah anemia defisiensi zat besi yaitu anemia yang disebabkan oleh karena kekurangn zat besi dalam darah, merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah (Manuaba I.B.G, 1998: 29).
Anemia dalam kehamilan menyebabkan ibu hamil mengalami hipoksia yang dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan (Prawirohardjo S, 2002: 450). Karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba I.B.G, 1998: 40).
b. Etiologi
Anemia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Komponen (bahan) yang berasal dari makanan, terdiri dari :
a) Protein, glukosa dan lemak
b) Vitamin B 12, B6, asam folat dan Vitamin C
c) Elemen dasar : Fe, ions Cu, Zink
2) Sumber pembentukan tulang
Tulang sumsum
3) Kemampuan reabsorpsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan
4) Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua dibenarkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel baru.
5) Terjadinya perdarahan kronik (menahun)
a) Gangguan menstruasi
b) Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks dan penyakit darah
c) Parasit dalam usus
(Manuaba I.B.G, 1998: 30)
c. Patofisiologi
Pada saat kehamilan keperluan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan (huperemia/ hipervolumia) akan tetapi pertambahan sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan pertambahan tersebut adalah plasma (30%), sel darah (18%) dan hemoglobin (19%) (Prawirohardjo S, 2002: 448).
Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba I.B.G, 1998: 29).
d. Klasifikasi
Pembagian anemia secara garis besar dibagi menjadi :
1) Anemia dengan defisiensi besi :
Anemia defisiensi besi yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi.
Anemia defisiensi zat besi mencerminkan kemampuan sosial ekonomi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam jumlah dan kualitas makanan yang memadai (Manuaba I.B.G, 2001: 51).
2) Anemia megaloblastik
Yaitu anemia yang disebabkan karena difisiensi asam folik (pterolgylutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin).
3) Anemia hipoplastik
Yaitu anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
4) Anemia hemolitik
Yaitu anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya (Prawirohardjo S, 2002: 453).
e. Penilaian Klinik menurut Manuaba I.B.G, 2001 dan Dinkes RI, 2001.
1) Tanda dan gejala
Pada anemia tanda dan gejala yang muncul dapat dibedakan menjadi :
a) Anemia ringan meliputi :
(1) Pusing, cepat lelah
(2) Prestasi kerja menurun
b) Anemia sedang meliputi :
(1) Tampak anemia
(2) Pusing-pusing
(3) Nyeri dada
(4) Sukar bernafas (Manuaba I.B.G, 2001: 51)
c) Anemia berat meliputi :
(1) Wajah pucat
(2) Cepat lelah
(3) Kuku pucat kebiruan
(4) Kelopak mata sangat pucat (Dinkes RI, 2001: 30)
2) Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengna anamnesa. Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan hemoglobin dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Kadar hemoglobin (11 gram%) tiadak anemia
b) Kadar hemoglobin (9-10 gram%) anemia ringan
c) Kadar hemoglobin (7-8 gram%) anemia sedang
d) Kadar hemoglobin (< 7 gram%) anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dilakukan selama 2 kali selama hamil, yaitu 1 kali trimester 1 dan 1 kali pada trimester 3 (Manuaba I.B.G, 1998: 30).
f. Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin
1) Pengaruh terhadap kehamilan
a) Hamil muda (trimester I)
(1) Abortus
(2) Missed abortus
(3) Kelainan konginetal
b) Trimester 2
(1) Persalinan prematur
(2) Perdarahan antepartum
(3) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
(4) Asfiksia intrauterine sampai kematian
(5) Berat Badan Lahir Rendah
(6) Gestosis dan mudah terkena infeksi
(7) IQ rendah
(8) Dekompensasio kodis-kematan ibu
c) Saat persalinan
(1) Gangguan his primer dan sekunder
(2) Janin lahir dengan anemia
(3) Persalinan dengan tindakan tinggi
Meliputi : (a) Ibu cepat lelah
(b) Gangguan perjalanan persalinan perlu
tindakan operatif.
d) Masa nifas
(1) Atonia uteri menyebabkan perdarahan
(2) Retensio plasenta
(3) Perlukaan sukar sembuh
(4) Mudah terjadi febris puerperalis
(5) Gangguan involusi uteri
(6) Kematian ibu tinggi
Meliputi : - Perdarahan
- Infeksi puerperalis
- Gestosis
(Manuaba I.B.G, 2001: 52-52).
2) Pengaruh terhadap janin
Pengaruh anemia terhadap janin, meliputi :
a) Abortus
b) Terjadi kematian intrauterine
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat Badan Lahir Rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegensia rendah (Manuaba I.B.G, 1998: 32).
g. Penatalaksanaan
1) Anemia Zat Besi
Terapi oral lebih disukai, biasanya tablet ferosulfat 225 mg 2x1 sehari. Setiap tablet memberikan unsur besi 65 mg. Respon retikulosit harus diperhatikan dalam 1 minggu serta hematokrit dan hemoglobin harus mulai meningkat segera setelah itu. Pentingnya meneruskan terapi harus ditekankan, karena cadangan besi sumsum tulang harus diisi lagi.
Terapi besi parental dapat diindikasikan bila ada defisiensi besi berat dan pasien tidak dapat mentoleransi besi orang atau bila diperlukan restorasi hemoglobin yang cepat kira-kira 250 mg dekstran besi (imferon) diperlukan untuk setiap 1,0 g/100 ml kekurangan dalam konsentrasi hemoglobin (Ben­_Zion Taber, M.D: 89).
2) Anemia Megaloblastik
Asam folat 1 mg per oral sekali sehari, biasanya menghasilkan retikulositosis yang mencolok (striking) dalam empat atau lima hari. Tambahan besi harus diberikan sebab sintesis hemoglobin yang cepat membutuhkan besi tambahan (Ben­_Zion Taber, M.D: 89).
3) Anemia Hipolastik
Selama kehamilan tidak diperlukan untuk menaikkan kadar hemoglobin pasien di atas kadar yang biasanya selama tidak hamil (sering dalam rentang 79/100 ml). Selama persalinan dan kelahiran, tranfusi eritrosit padat (packed red cell) mungkin diperlukan. Tambahkan asam folat 1 mg sehari dianjurkan, tetapi tambahan besi biasanya tidak dibutuhkan, terapi oksigen harus diberikan selama ada peningkatan kebutuhan oksigen.
4) Anemia Hemolitik
Bila mungkin, agen hemolitik (darah tak cocok, toksin kimia atau bakteri) harus disingkirkan (Ben­_Zion Taber, M.D, 2001: 89).

Tidak ada komentar: